Terdampak PSBB Jakarta, Penumpang Bus di Gunungkidul Turun 70 Persen

Konten Media Partner
18 September 2020 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana garasi PO Bus Maju Lancar di Gunungkidul, Jumat (18/9/2020). Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Suasana garasi PO Bus Maju Lancar di Gunungkidul, Jumat (18/9/2020). Foto: Erfanto/Tugu Jogja.
ADVERTISEMENT
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sangat berpengaruh terhadap operasional bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) jurusan Gunungkidul-Jakarta. Jumlah penumpang yang menggunakan jasa mereka mengalami penurunan yang cukup drastis.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi pada PO Bus Maju Lancar, pengusaha otobus di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Jumlah penumpang mereka ke Jakarta ataupun dari Jakarta mengalami penurunan hingga 70 persen lebih. Mereka mengandangkan sebagian besar armadanya karena memang tidak ada penumpang.
Pengelola Garasi PO Maju Lancar Siyono, Sentot (47) menuturkan, jumlah penumpang sejak PSBB diberlakukan kembali di Jakarta pekan, jumlah penumpang langsung turun drastis. Usai PSBB diberlakukan, jumlah penumpang kini selalu di bawah 10 orang. Padahal sebelum PSBB kedua diberlakukan, penumpangnya sudah membaik.
"Kemarin (sebelum PSBB) sudah membaik. Sudah 50 persen dari kursi yang tersedia," ungkapnya, Jumat (18/9/2020) saat ditemui di kantornya.
Sentot menambahkan, hari ini pihaknya hanya memberangkatkan 3 armada bus dengan penumpang paling banyak 7 orang. Dan hampir setiap hari setelah PSBB diberlakukan, jumlah armada yang diberangkatkan juga rata-rata 3 armada. Jauh menurun ketimbang sebelum PSBB pekan lalu, yaitu sebanyak 10-12 armada setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Perusahaan tempatnya bekerja memang sengaja mengurangi jumlah armada yang beroperasi untuk mengurangi biaya operasional. Sebagian besar lebih banyak berada di garasi untuk mendapatkan perawatan. Saat ini, PO Maju Lancar sendiri memiliki sekitar 40 armada yang melayani berbagai kota.
"Paling banyak memang Jabodetabek," terangnya.
Tak hanya bus yang mengandalkan trayek penumpang umum, bus pariwisata yang mereka kelola juga mengalami pukulan karena sudah tidak beroperasi sejak Pandemi COVID-19 berlaku. Karena armada pariwisata mereka sama sekali tidak ada yang beroperasi.
Sementara itu, Kepala UPT Terminal Semin, Nur Wijaya mengatakan tidak ada peningkatan jumlah pendatang yang masuk melalui terminal Semin di mana sebagian besar berasal dari Jakarta. Setiap harinya, penumpang yang turun ke Terminal Semin hanya jumlah belasan.
ADVERTISEMENT
Dari sisi protokol kesehatan, Nur hanya mampu melakukan pengecekan seperti kelengkapan masker bagi para penumpang. Hal ini karena di UPT Terminal Semin sendiri belum memiliki sarana penunjang COVID-19.
"Kita terminal paling akhir penumpang turun," paparnya.