UAJY Kembangkan 29 Kawasan Wisata dalam Program Pengabdian Masyarakat

Konten Media Partner
7 September 2022 10:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inovation Week UAJY. Foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Inovation Week UAJY. Foto: istimewa
ADVERTISEMENT
Pengabdian Masyarakat menjadi salah satu komponen yang wajib dipenuhi sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini menjadi penting untuk mewujudkan sebuah tujuan bahwa apa yang dikerjakan oleh universitas dapat dibawa dan diaplikasikan kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Walaupun judulnya pengabdian masyarakat tapi itu awalnya dari penelitian. Itu arahnya sampai ke sana. Memang, arah Pemerintah sekarang penelitian tidak akan berguna kalau tidak dipakai oleh masyarakat," kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Suyoto, Rabu (7/9/2022).
Salah satu Dosen UAJY, Amos Setiadi mengatakan sejak tahun 2017 hingga 2022 sebanyak 29 titik telah dibangun melalui program pengabdian masyarakat yang dijalankan olehnya dengan fokus 'pengembangan kawasan' di wilayah Yogyakarta.
Amos kemudian membagikan pengalamannya saat melakukan pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, peta jalan akan menjadi kunci untuk memudahkan dosen/ mahasiswa/ peneliti lain yang hendak melalui pengabdian masyarakat.
"Sudah ada 29 titik. Jadi road map ini menunjukkan konsistensi kami, menangani satu fokus yaitu pengembangan kawasan. Semuanya terkait dengan wisata desa, bagaimana kita memberdayakan masyarakat desa dengan potensi yang ada," ujar Amos Setiadi dalam paparannya, Selasa (6/9/2022).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Amos mengatakan bahwa semua program di atas tidak melulu mengandalkan proposal, dan hasil dari pembangunan di kawasan wisata itu akan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menunjang perekonomian di desanya.
"Kita itu punya kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat. Apa pun bentuk kegiatan bapak ibu, baik dengan pendanaan dari luar eksternal atau tanpa pendanaan tetap lakukan. Tidak semua dengan proposal pendanaan, tapi ada laporan luarannya. Semua untuk masyarakat," lanjut Amos.
Sementara dosen UAJY lainnya, Khaerunnisa mengambil studi kasus pengabdian masyarakat yang berfokus pada pengembangan produk sampah non organik berbasis upcycle di kompleks Candi Borobudur.
Berbagai kendala tentu di alami saat melakukan pengabdian ini. Namun, Khaerunnisa memiliki cara tersendiri untuk mengatasi persoalan tersebut dengan melibatkan OPD (Organisasi Perangkat Desa) dan juga masyarakat setempat untuk mendukung program yang akan dibuatnya itu.
ADVERTISEMENT
"Kendala ketika melakukan pengabdian masyarakat adalah keberlanjutan program yang sudah kita launch di masyarakat. Kemudian itu tadi butuh perangkat desa yang incharge betul yang punya konsen yang sama terkait itu. Memang kadang di tempat pengabdian kita itu tidak semua masyarakatnya sepakat dengan program yang kita lakukan nah itu menjadi suatu kendala tetapi apabila ada tokoh masyarakat yang terlibat itu akan sangat memudahkan kita," kata Khaerunnisa saat diwawancarai oleh Tim Tugu Jogja, Selasa (6/9/2022).
Selain melibatkan masyarakat, pengabdian masyarakat ini juga menggaet mahasiswa untuk berperan aktif di dalamnya.
Menurutnya, mahasiswa akan menjadi agent of exchange/ agen perubahan yang bisa mengubah lingkungan masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat bisa dimanfaatkan sebagai wadah untuk tingkatkan kemampuan.
ADVERTISEMENT
"Yang dibutuhkan mahasiswa saat terjun di masyarakat adalah peningkatan soft skill yang terkait gimana caranya berkomunikasi kepada masyarakat, gimana caranya mensharingkan apa yang dibicarakan oleh masyarakat, lalu mereka mengelaborasi apa yang ada di knowledgenya dia menjadi suatu bentuk wujud program. Dengan adanya pengabdian masyarakat ini sebagai laboratorium hidup bagi mahasiswa untuk peningkatan soft skill dan hard skillnya mereka," jelas Khaerunnisa.
Khaerunnisa berharap program pengabdian masyarakat oleh universitas ini juga dapat digunakan masyarakat sebaik mungkin untuk membangun kawasannya. Sehingga pembangunan tersebut memiliki orientasi yang berkelanjutan.
"Keberadaan kita bukan berarti lingkungan harus berkontribusi pada kita tapi kita itu berada di lingkungan yang sudah indah ini. Kita bisa berkontribusi apa, besinergi apa. Jadi menjadi satu persatuan yang bersinergi untuk pembangunan," pungkasnya. (Maria Wulan)
ADVERTISEMENT