UGM Bantu Peternak Gunungkidul dengan Teknologi Fermentasi Limbah Batang Pisang

Konten Media Partner
5 Oktober 2018 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UGM Bantu Peternak Gunungkidul dengan Teknologi Fermentasi Limbah Batang Pisang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Musim kemarau kini tak lagi menjadi momok bagi para peternak saat mencari hijauan pakan ternaknya. Pasalnya di Gunungkidul, DIY, kini kelompok tani telah menerapkan teknologi pengolahan limbah pakan ternak dengan teknologi fermentasi limbah.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengenalkan pakan ternak sapi alternatif di wilayah Gunungkidul, yang terkena dampak kekeringan di musim kemarau panjang dengan menggunakan batang pisang. Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Deny Irawati, mengungkapkan, ide dasarnya tersebut muncul ketika musim kemarau yang mana para peternak akan kesulitan untuk pakan sapi mereka.
"Awalnya mau coba pakan alternatif dari limbah pertanian dan kehutanan, dan ternyata batang pisang yang berupa limbah dapat dijadikan pakan kalau difermentasi," kata Deny, Jum'at (5/10).
Ia menjelaskan, prinsip dasar fermentasi adalah pendegradasian senyawa kimia lignoselulosa pada kondisi anaerop dengan menggunakan mikroba. Dengan difermentasi limbah lignoselulosa jadi lebih mudah dicerna oleh ternak dan bisa awet hingga waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Ia menerangakan, ternak khususnya sapi memang merupakan salah satu ternak yang pada umumnya dipelihara oleh petani di pedesaan sebagai peternakan rakyat dengan skala kecil dan modal lemah. Di wilayah Gunungkidul, peternakan rakyat dengan skala kecil dan modal lemah menjadikan sistem pemberian pakan ternak umumnya diberi hijauan terutama dari tanaman rumput gajah yang ditanam disekeliling ladang pertanian.
"Selama musim hujan, memang cukup mudah bagi peternak untuk mencari pakan bagi ternak mereka masing-masing. Namun jadi masalah ketika datang musim kemarau dimana hijauan sulit ditemukan di wilayah Gunungkidul," ujarnya.
Semuanya cenderung kering, kata dia, di kebun pun sulit mencari hijau-hijauan. Ternak harus beradaptasi dengan keadaan.
"Mau tidak mau, ternak diberi makan dengan daun kering seadanya, atau dapat juga agar ternaknya tidak kelaparan, petani harus beli pakan dengan harga yang relatif mahal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, pemanfaatan daun kering dan batang pisang yang ada di lantai hutan perlu dimanfaatkan, selain tidak merusak tanaman, juga tidak membahayakan bagi petani.
"Untuk meningkatkan nutrisi dari limbah pertanian serta meningkatkan daya cerna dari daun-daun kering dapat digunakan teknologi fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme," ujarnya.
Untuk membuat pakan ternak tersebut, diperlukan bahan-bahanya seperti suplemen organik cair (SOC), batang pisang, bekatul, ampas tahu, garam dapur, gula pasir, air. Untuk alatnya dibutuhkan terpal, pisau, gembor, tong/drum.
Cara membuat dengan memasukkan air, gula dan SOC kedalam gembor dan diaduk- aduk, setelah itu biarkan 15-20 menit. Sementara, batang pisang dirajang tipis-tipis, dan diratakan di atas terpal. Setelah itu, lanjut Deny, taburkan bekatul, garam, dan ampas tahu, kemudian siram dengan larutan SOC dan gula, campur rata, masukkan ke dalam tong/drum, dan tutup rapat-rapat.
ADVERTISEMENT
"Setelah 24 jam pakan sudah bisa digunakan. Kalau terus ditutup rapat, pakannya bisa bertahan selama 2 tahun," pungkasnya. (Nadhir Attamimi/adn)