UMKM Jogja Jangan Sampai Waton Payu

Konten Media Partner
15 November 2019 8:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UMKM Jogja Jangan Sampai Waton Payu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Beragam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bertebaran menghiasi Jogja. Mulai dari UMKM di bidang produk kerajinan, fashion, makanan, hingga produk UMKM lainnya. Tak heran selain terkenal dengan budaya, Jogja juga bisa dikatakan sebagai salah satu daerah yang memiliki banyak UMKM. Seluruh UMKM yang ada di Jogja bahkan masih harus menhadapi tantangan bersaing antara produk satu dan produk lainnya. Sebagian bahkan ada yang kerab abai dengan kualitas, sehingga muncul anggapan waton payu (yang penting laku).
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang kemudian disorot oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, KGPAA Paku Alam X, mengenai keberadaan UMKM. Ia mewakili Gubernur DIY mengatakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Yogyakarta ditopang oleh keberadaan UMKM. Bahkan angka usahanya menempati jumlah 92 persen dari total jenis usaha di DIY.
"Dalam sepuluh tahun terakhir, mesin penggerak ekonomi daerah adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan proporsi jenis usaha hingga sebesar 92% dari total jenis usaha di DIY. UMKM memegang kunci dinamisasi laju perekonomian daerah yang pergerakannya sudah terbukti cenderung lebih stabil dan tahan banting," ujar Sri Paduka saat membuka acara Grebeg UMKM di Ambarukkmo Plaza, Kamis (14/11/2019).
Salah satu upaya yang bisa dijaga dan dibangun agar masyarakat semakin mempercayai produk UMKM Jogja ialah dengan konsep cost of quality. Ia mencontohkan seperti halnya batik, bukan berarti batik dihargai senilai Rp 50 ribu. Namun, bagaimana batik tersebut memiliki nilai dan kualitas baik sehingga nilainya akan mengikuti kualitas. Atau dalam istilah gampangnya ada harga ada barang. Dengan mengusung cost of quality, nantinya loyalitas konsumen juga akan mengukuti atau terbangun dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
kegiatan Garebeg UMKM yang ketiga tahun 2019 dengan tema peluang dan tantangan di era digital "The Future Work".
Technology and quality synergy akan melahirkan produk-produk berkualitas secara berkelanjutan, dengan menghilangkan konsep 'waton payu'," jelas Sri Paduka.
Bertepatan dengan kegiatan hari ini, digelar salah satu kegiatan yang mengusung UMKM untuk unjuk gigi di masyarakat. Program ini mulai konsisten dijalankan tiap tahunnya dan kali ini telah memasuki tahun ketiga.
Karena kegiatan ini dimaknai positif sebagai salah satu upaya pengembangan UMKM, pihak Gubernur maupun Wakil Gubernur DIY menyambut kegiatan Grebeg UMKM ini. upaya ini dibangun oleh Bank Indonesia, dalam rangka berpartisipasi dan terlibat langsung dalam pengembangan UMKM di DIY tentunya untuk keberlangsungan perekonomian Jogja yang terus bertumbuh semakin baik.
ADVERTISEMENT
“Besar harapan kami, peningkatan kualitas produk diiringi dengan pengambangan SDM pengusaha UMKM dengan tiga literasi dasar yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia,” pungkas Sri Paduka Pakualam.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Yogyakarta, Hilman Trisnawan mengungkap bahwa kemajuan industri UMKM berkaitan erat dengan kesiapan dari pelaku dunia usaha di bidang pariwisata, atau industri dan kerajinan. Sehingga hal tersebut tampaknya perlu saling berjalan beriringan.
“Perlu segera berbenah. Nampaknya kalau kita berjalan sendiri-sendiri, maka tidak akan dapat optimal, usaha yang sifatnya one man show kemungkinan tidak berjalan dengan optimal. Supaya optimal, Bapak dan Ibu sekalian dapat berkolaborasi,” ujarnya Hilman