Wedang Uwuh, Minuman Favorit Sultan Agung yang Berkhasiat bagi Tubuh

Konten Media Partner
20 November 2019 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wedang Uwuh. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Wedang Uwuh. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Yogyakarta sebagai Kota Budaya memiliki banyak warisan budaya dalam berbagai wujud, salah satunya kuliner. Sebagian besar orang mengenal kuliner Yogyakarta identik dengan gudeng, makanan yang terbuat dari nangka muda. Namun di kota ini juga ada warisan kuliner yang sudah ada sejak zaman dahulu kala.
ADVERTISEMENT
Wedang Uwuh namanya. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, wedang berarti minuman dan uwuh memiliki arti sampah sehingga kalau digabung menjadi minuman sampah. Sebagian besar orang pasti langsung merasa jijik ketika mendengarnya untuk pertama kali.
Wedang Uwuh merupakan minuman penghangat tubuh yang berasal dari Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Disebut uwuh karena karena bahan-bahan yang ada dalam minuman ini tampak seperti sampah, padahal berkhasiat tinggi. Komposisi bahan-bahannya mencakup daun pala kering, daun cengkeh kering, batang cengkeh kering, jahe, daun kayu manis kering, gula batu, dan kayu secang kering.
Fitri Rahmawati dalam jurnalnya yang berjudul Kajian Potensi "Wedang Uwuh" Sebagai Minuman Fungsional menyebut bahwa bahan-bahan tersebut terbukti bermanfaat bagi kesehatan. Saat ini, minuman itu mulai banyak dicari orang untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan, terutama dalam pencegahan penyakit degeneratif yang makin banyak ditemui di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Fitri juga menulis fungsionalitas beberapa bahan dalam wedang uwuh dapat menurunkan kolesterol, mencegah osteoperosis, anti diare, anti kanker, dan sebagai antioksidan sebagai senjata melawan radikal bebas yang menjadi penyebab penyakit degeneratif.
Dalam sejarahnya, minuman ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Mataram, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Wedang Uwuh juga menjadi minuman favorit Sultan ketiga Mataram itu. Konon pada saat itu bahan-bahan, terutama daun, yang ada dalam Wedang Uwuh berasal dari rontokan pohon-pohon yang ada di kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri.
Maka tidak heran di lokasi makam yang sekaligus menjadi objek wisata itu, kita dapat dengan mudah menemukan warga sekitar menjual wedang uwuh di kios-kios kecil. Mereka menjualnya dengan harga Rp 2.500,- hingga Rp 3.500,- per plastik. Namun saat ini kita tidak hanya bisa membeli wedang uwuh di sana saja. Di berbagai penjuru DIY, dari warung kelontong hingga supermarket, kita juga dapat menemukan minuman ini. Tinggal dibawa pulang dan diberi air panas, siap untuk menghangatkan tubuh.
ADVERTISEMENT
Sekarang para penjual wedang uwuh juga mulai berpikir untuk meluaskan jaringan pasar, tidak hanya di seputaran DIY dan Jawa Tengah saja. Indra Tri Wahyudy, pelaku UMKM di Yogyakarta, mengatakan mereka memulai inovasi dengan mengubah kemasan wedang uwuh menjadi lebih menarik. Dari yang semula kebanyakan hanya dimasukkan ke dalam plastik, beberapa kini sudah menggunakan dus.
"Bahkan ada yang memberi edukasi terhadap konsumen dengan menceritakan sejarah dan khasiat wedang uwuh ini di eksterior dusnya. Selangkah lebih maju lagi, edukasi itu ditulis menggunakan bahasa Inggris karena target pasarnya tidak hanya dalam negeri, tetapi juga mancanegara," kisah Indra saat workshop Menuju Difabel Mandiri Melalui UMKM yang Terencana di Gedung Societet Yogyakarta, Rabu (20/11/2019).
Wedang Uwuh merupakan bukti betapa kayanya warisan rempah-rempah Nusantara. Siapa yang menyangka dari sampah dapat menjadi minuman yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh. (Dionysius)
ADVERTISEMENT