Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
420 Hektare Kebun Apel di Desa Madiredo, Malang, Terancam Gagal Panen
18 Januari 2020 13:25 WIB
ADVERTISEMENT
Total sebanyak 420 hektare kebun apel di Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang terancam gagal panen. Sebab, kebun-kebun itu terserang penyakit mata ayam, atau yang biasa disebut warga sekitar sebagai kutu sisik.
ADVERTISEMENT
Jumlahnya tak main-main, sekitar 90 persen area kebun teridentifikasi terinfeksi penyakit ini. Sedangkan 10 persen sisanya hanya apel muda yang belum siap panen.
Salah seorang petani apel, Alyul Adzim membeberkan bahwa apel yang terinfeksi akan berwarna merah dengan dengan bintik-bintik pada kulit apel.
“Lama kelamaan buahnya (apel) akan busuk,” terang Alyul pada tugumalang.id melalui sambungan telepon Jumat (17/01/2020).
Ia menjelaskan penyakit pada buah apel ini sudah menyerang sejak 5 tahun yang lalu. Namun, pada tahun 2020 ini menurutnya merupakan yang terparah. Bahkan, para petani di Pujon juga terancam gagal panen seluruhnya.
“Penyebab penyakitnya sendiri sampai sekarang belum diketahui, sebelumnya petani hanya pakai pestisida dan insektisida dengan berbagai merek, tapi itu tidak bisa menyembuhkan tanaman secara signifikan," jelas pria yang sudah berpofesi sebagai petani apel sejak 2008 ini.
ADVERTISEMENT
Ia menerangkan bahwa sejak lima tahun belakangan, penyakit mata ayam sendiri selalu menyerang buah apel petani ketika memasuki musim penghujan tiba.
Aly juga menjelaskan biasanya sekali panen ia bisa memperoleh omzet 90 juta, kini dirinya hanya bisa gigit jari melihat apel-apelnya membusuk satu per satu.
“Sekarang sudah tidak menemukan solusi lagi,” ujarnya pasrah.
Sementara itu, Hisrul Majedi selaku Ketua Kelompok Tani Harapan Satu yang membawahi kelompok petani apel di Pujon meminta agar Pemkab Malang mau turun dan memberikan solusi.
“Kalau bisa dari dinas terkait mau kemari untuk memberikan solusi, jangan cuma menyalahkan petani,” ujarnya.
Menurutnya Malang dikenal dengan ikon apel, tapi bagaimana jadinya jika ratusan hektare kebunnya justru gagal panen. Ditambah, sudah banyak petani yang mulai tidak tertarik bertani apel dan beralih menanam sayuran lain.
ADVERTISEMENT
“Padahal Malang ini punya ikon apel, kalau rugi terus petani bakal beralih ke tanaman lain,” ucapnya.
Hisrul dulu juga mengungkapkan jika dulu di Pujon memiliki petugas PHP (Pengamat Hama dan Penyakit), tapi kini petugas tersebut sudah pensiun dan tidak ada penggantinya dari Pemkab Malang.
Hisrul juga berkata jika sebelumnya memang sudah ada dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang yang datang mengecek, namun masih belum ditemukan solusi dan akhirnya mereka tidak pernah datang kembali.
“Memang dari dinas ada yang datang, tapi belum ada solusi yang konkret,” ujarnya.
Terakhir, Hisrul berharap agar buah apel ini diprioritaskan dan segera dikirim ahli tanaman untuk mengecek tanamannya.
“Jadi kami bisa diberi edukasi apakah cara bertani kami yang salah atau bagaimana,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rizal Adhi Pratama