Konten Media Partner

5 Cerita Mudik: dari Kehilangan Dompet hingga Pesona Masjid

17 Juni 2019 11:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Agung Jawa Tengah pada momen mudik yang  dipotret oleh Regina Citra Mahardika, salah seorang pemenang lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Agung Jawa Tengah pada momen mudik yang dipotret oleh Regina Citra Mahardika, salah seorang pemenang lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang.
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Berikut adalah lima cerita dari lima orang pemenang yang mengikuti lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang. CCFrontier adalah lembaga yang konsen pada lingkungan dan kemanusiaan. Sedangkan Tugu Malang adalah media partner resmi kumparan.
ADVERTISEMENT
Kiriman dari peserta lomba di Instagram kami edit, tanpa mengubah substansi. Kami juga hapus hastag yang ada di Instagram. Selamat menikmati cerita mudik tahun ini. Sampai jumpa di even-even kami selanjutnya.

Berburu Senja di Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah pada momen mudik yang dipotret oleh Regina Citra Mahardika, salah seorang pemenang lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang.
Ada yang kurang rasanya jika mudik ke kota lumpia, Semarang, tapi tidak mampir ke Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid megah ini telah menjadi salah satu icon destinasi wisata di ibu kota Jawa Tengah. Keunikannya di antara masjid lain yakni memiliki payung layaknya masjid Nabawi, di Arab Saudi. Payung-payung itu, berpadu dengan gapura-gapura cantik berwarna ungu.
Tidak sekedar berwisata religi saja, di masjid ini juga bisa mendapati pemandangan anggun setiap sorenya, ya nuansa matahari terbenam tampak jelas menjadi background sang rumah ibadah ini.
ADVERTISEMENT
Siapapun yang memandang pasti terpukau, mulai dari pengunjung yang ingin berselfi dengan keluarganya, hingga kerap kali terlihat beberapa fotografer mondar-mandir mencari sudut pandang yang pas. Bahkan, ada pula para pemburu momen ini siap berjajar dengan tripod dan senjata kamera-nya masing-masing. Tidak berhenti di sore hari, Biasanya hunting pun bisa berlanjut sampai malam hari.
Masjid Agung Jawa Tengah pada momen mudik yang dipotret oleh Regina Citra Mahardika, salah seorang pemenang lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang.
Selama berkeliling mencari momen tentu badan akan merasa loyo, ada baiknya jika sebelum hunting kita juga sudah siap air minum.
Masjid Agung Jawa Tengah pada momen mudik yang dipotret oleh Regina Citra Mahardika, salah seorang pemenang lomba 'Cerita Mudik' yang digelar oleh CCFrontier dan Tugu Malang.
Nah untuk menjaga lingkungan, membawa tumbler minum bisa jadi solusi, selain praktis mengurangi sampah baik plastik dan sedotan plastiknya, juga hiegenis. Hal ini sesuai dengan himbauan CCFrontiter, sebuah lembaga yang konsen pada lingkungan dan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Penulis : Regina Citra Mahardika

Mak, Anakmu Pulang tanpa menantu

Membawa tulisan pulang tanpa bawa menantu, Joko Apriyo jadi sasaran permintaan foto bareng oleh para pemudik lainnya. (foto Joko Apriyo for Tugu Malang).
Mudik 2019 merupakan mudik saya yang ketiga setelah saya bekerja di Kota Malang, tiga tahun terakhir. Saya mudik ke kampung halaman yakni Jogjakarta. Mudik bareng yang diadakan salah satu minimarket, memberi kenikmatan sendiri, karena bisa lebih berhemat.
Karena bisa berhemat itu, saya bisa membeli oleh-oleh kripik tempe dan kripik apel kesukaan keluarga. Ketika saya mudik, sengaja tas koper saya beri tulisan ‘Mak Anakmu mulih sepurane durung iso gowo mantu’. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kira-kira seperti ini: Ibu, Anakmu pulang belum bisa bawa menantu.
Ternyata, kata-kata itu banyak menarik minat orang-orang untuk berfoto dengan saya. Banyak orang berkenalan dengan. Saya termasuk beberapa kakak-kakak berhijab ini. Semoga tahun depan, bisa membawa pulang mantu untuk ibu.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, kurangi sampah plastik terutama sedotan untuk menjaga alam kita seperti yang disarankan CCFRONTIER, sebuah lembaga yang konsen pada lingkungan dan kemanusiaan.
Penulis : Joko Apriyo

Dompet Hilang saat Mau Mudik

ADVERTISEMENT
Cerita mudik saya tahun ini awali dengan berita kehilangan dompet, tepat saat mau berangkat, sabtu 2 juni 2019. Ketika itu juga, saya merasa benar-benar kembali ke fitri: tanpa uang, KTP, SIM, ATM, STNK, dan KIS. Termasuk tanpa surat-surat dari pegadaian tentunya. Hehehe….
Ketika tahu dompetnya hilang, Sigit Bayu Mahendra langsung posting pengumuman di grup Facebook bermama Gresik Sumpek.
Lebaran tetaplah lebaran. Dengan atau tanpa uang saya harus tetap pulang untuk berlebaran. Gresik-kediri, kediri-Ponorogo, Ponorogo-Tuban, Tuban-Gresik, itulah rute saya bersama istri tahun ini. Eh, bersama orang tua juga karena saya minta di jemput pada akhirnya. Ada yg pernah ngalami kah mudik ke orang tua dgn di jemput saat pulangnya ?
ADVERTISEMENT
Kantong saya memang kosong tapi tidak dengan istri saya Chasanatur Rochmah (@chasanatur_rachmah). Amunisi keuangan dia full. Disitulah saya merasa perjuangan kartini tentang emansipasi wanita memang penting adanya. Saya tetap bisa lebaran lahir-batin hatin, senang perut kenyang, benar-benar kenyang, organ-organ pencernaan saya harus kerja lembur lebaran ini untuk tetap mengimbangi kalap-nya saya saat bertemu sate ayam ponorogo, dawet jabung, dan gulai yg sedapnya aduhai saat di Ponorogo.
Berakhir ? belum, kuliner tuban masih mengancam. belut saya sikat, kodok saya makan, sampai akhirnya beberapa gelas tuak membuat saya tergeletak. Mabuk.
Sebelum kembali ke gresik saya menyempatkan ke pantai daerah panyuran Tuban bersama teman saya yakni Ainul Yakin.
Pantai ini memang baru diorbitkan dan cukup jadi primadona, bak pantai Pandawa di Bali, katanya. Lumayanlah, cuma kok kotor ya, banyak sampah plastik bekas pentol, bungkusan es teh beserta sedotannya, jajan emang wajar tapi juga harus sadar, jadi mari mulai kurangi penggunaan sedotan plastik, plastik bungkus, dan sampah sampah lain yang tak terurai, sebagaina dianjurkan oleh CCFrontier, lembaga yang konsen pada kemanusiaan dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Mudik sudah berakhir, lebaran tak selalu tentang uang, belanja jor-joran, pamer kesuksesan. Lebaran tahun ini saya belajar tentang menyikapi keadaan dan menikmati kebersamaan.
Penulis : Sigit Bayu Mahendra

Mudik Perdana dengan Si Kecil

Mudik adalah kegiatan yang paling dinanti bagi para perantau. Ya, suamiku adalah perantau dari Tanah Osing, Banyuanyi, sejak tahun 2010, tepanya saat dia menjadi mahasiswa. Perjalanan sebagai anak rantau tidak berhenti saat ia lulus, karena dia menikah denganku, seorang Aremanita dari Malang.
Kini ada yang berbeda. Mudik tahun ini ditemani sang buah hati, Ghani. Ini adalah pengalaman pertama bagi kami mengajak si kecil naik transportasi umum. Pilihan kami jatuh pada kereta api.
Lailil Hidayah mudik bersama suami dan anaknya bernama Ghani.
ADVERTISEMENT
Awalnya, kami ragu untuk mengajak Ghani naik kendaraan umum. Sebelumnya, kami juga pernah pulang ke kampung halaman bersamanya, tetapi menggunakan kendaraan pribadi.
Berbagai kemungkinan telah kami pikirkan ketika naik kereta api. Mulai dari bagaimana jika dia bosan, kemudian rewel hingga membuat kami bingung menghadapinya. Keraguan kami sedikit mereda ketika kami melihat ketertarikan si kecil melihat kereta api. Dia menikmati perjalanan mulai dari Stasiun Kota Lama hingga Stasiun Bangil. Suamiku mengajak Ghani keluar sebentar di Stasiun Bangil, karena di sana kereta berhenti sejenak untuk memutar posisi loko.
Perjalanan dilanjutkan saat Ghani terasa lapar. Bekal makannya telah kami siapkan dengan berbagai pilihan. Ada nasi plus lauk kesukaannya, ada bubur instan yang lebih praktis, dan beberapa makanan ringan untuknya. Kami sediakan makanan cukup banyak, karena Ghani ini paling suka makan meskipun tidak banyak. Harapannya, ketika dia kenyang, dia akan nyaman.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di Stasiun Pasuruan, dia tertidur. Akan tetapi, Ghani terbangun saat mendengar suara speaker yang sedikit memekakkan telinga, menurutku. Agar tidak rewel, kami mengajaknya berjalan dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Hingga akhirnya ia kembali mengantuk. Kamipun memutuskan untuk menidurkannya di kursi penumpang dan ia tertidur lelap mulai dari Stasiun Klakah hingga sampai di tujuan kami, Stasiun Sumberwadung Banyuwangi.
Sebagai informasi, selama perjalanan kami tidak menggunakan plastik sebagai wadah makanan. Kami juga telah meminimalisir penggunaan plastik dengan tidak menggunakan sedotan plastik. Kurangi penggunaan sedotan plastik ya teman-teman, sebagaimana gerakan yang selama ini dilakukan oleh CCFrontier, lembaga yang konsen pada lingkungan dan kemanusiaan.  
Penulis : Lailil Hidayah
ADVERTISEMENT

Ngemper di Mall

Tidak tahu berapa lama saya tidak belanja baju, sudah berapa lama saya tidak pulang kampung atau seberapa cepat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Jember ?
Yaa, beginilah pemandangannya.
Suasana jelang lebaran di Jember yang dipotret oleh peserta lomba Mega Ayu.
Siang hari di Bulan Ramadhan mereka ‘;Ngemper di Mall' jadi salah satu alternatif mengobati lelah saat berbelanja . Bukan cuma lelah karena banyaknya belanjaan, tapi antrinya, begitu padat.
Momen langka, hanya dapat dijumpai ketika Ramadan .
Sempat viral gambar salah satu pusat perbelanjaan di Jember yang padat pengunjung . Ketika saya datangi, tidak seramai yang viral itu .
Tapi cukup jadi bukti, tingginya minat Ngemper di Mall di Jember.
Suasana jelang lebaran di Jember yang dipotret oleh peserta lomba Mega Ayu.
Oiya buat kalian ya belom sadar betapa plastik sangat merugikan bumi kita yang indah ini, yuk kita mulai dari lakukan hal kecil. Mengganti sedotan plastik dengan yang non plastik seperti bambu dan besi, sebagaimana gerakan CCFrontier selama ini.
ADVERTISEMENT
Sayangi bumi, demi anak cucu kita.
Penulis : Mega Ayu