news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Adevi Sabath, Alumni Ma Chung yang Jadi Kepala Kantor Perwakilan PT BEI

Konten Media Partner
4 Maret 2022 16:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adevi Sabath Sofani, perempuan yang kini dipercaya sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI NTT. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Adevi Sabath Sofani, perempuan yang kini dipercaya sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI NTT. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Adevi Sabath Sofani merupakan salah satu dari jajaran perempuan yang menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
ADVERTISEMENT
Perempuan 29 tahun ini resmi dipercaya memegang amanat serta tanggung jawab tinggi sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI sejak berusia 24 tahun.
"Saya resmi bergabung dengan BEI tanggal 11 September 2017 sebagai Kepala Kantor Perwakilan Manokwari, Papua Barat. Waktu itu, di zaman saya, saya yang paling muda dan paling kecil," ujarnya, pada Jumat (4/3/2022).
Adevi Sabath Sofani, perempuan yang kini dipercaya sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI NTT. Foto: dok
Sebelum memegang jabatan Kepala Kantor Perwakilan, pada tahun 2016, Adevi sempat bekerja sebagai Account Officer bagian Ritel Commercial di salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Di sana, dia bekerja lebih dari satu tahun.
"Dari bank itu saya resign. Kemudian, BEI di Kantor Jayapura sedang buka lowongan sebagai admin. Saya langsung ngelamar dengan tujuan waktu itu yang penting saya punya pekerjaan aja karena target saya dalam dua tahun ke depan mau lanjut sekolah lagi, S2," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lantas di tahun 2017, Adevi bergabung sekaligus diangkat menjadi Kepala Kantor Perwakilan PT BEI di Manokwari dan berpindah sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI NTT di tahun 2019 hingga sekarang.
Adevi Sabath Sofani, perempuan yang kini dipercaya sebagai Kepala Kantor Perwakilan PT BEI NTT. Foto: dok
Diketahui, Adevi lahir di Biak, 15 November 1992. Ia merupakan alumnus Universitas Ma Chung Program Studi Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal angkatan tahun 2010 serta Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Universitas Brawijaya angkatan tahun 2014.
"Saya lahir besar di Papua. Kemudian saat mau masuk SMA, saya dan adik-adik sekolah di Malang sekitar tahun 2007. Kebetulan ayah punya keluarga di Malang, lalu saya sekolah di SMA Katolik Cor Jesu," urainya.
Menurutnya, tantangan terbesarnya dalam berkarir adalah membangun building trust dengan stakeholder di usianya yang terbilang masih muda. Ia bahkan sempat minder dan tidak percaya diri dengan kompetensi yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Di sepanjang karir saya yang paling menantang sejak menjadi banker dan kepala kantor adalah membangun building trust ke orang karena saya juga perempuan. Apalagi waktu itu masih muda tapi sudah diberi tanggung jawab yang cukup tinggi dari perusahaan, sehingga untuk membuat orang percaya bahwa yang saya katakan, informasikan, dan sampaikan itu benar, itu membutuhkan proses yang sangat panjang sampai sekarang," beber penghobi traveling ini.
Meski demikian, ia merasa terbantu dengan pendidikan yang telah ditempuhnya. Termasuk, di Universitas Ma Chung. Sebab, tak sedikit ilmu yang diperolehnya dapat diaplikasikan dalam pekerjaannya selama ini.
Mulai dari setumpuk tugas seperti membuat makalah, artikel, kuis, presentasi, menjalin relasi ke perusahaan, dosen yang responsif, suasana kampus, hingga circle pertemanan yang saling mendukung.
ADVERTISEMENT
"Dari awal saya masuk di Universitas Ma Chung tidak ada ospek. Melainkan ada yang namanya Ma Chung Festival. Saya inget banget. Jadi kami dibuatkan grup mentoring untuk mengenal dunia perkuliahan. Dosen di Ma Chung juga punya responsibility yang tinggi dalam menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk ngasih ilmu ke mahasiswa," urai Adevi.
Diakui Adevi, selama duduk di bangku perkuliahan, ia hanya seorang mahasiswa yang rajin dan santai, bahkan cenderung tidak menonjol dalam bidang prestasi seperti perlombaan. Selayaknya mahasiswa pada umumnya, Adevi pernah mengeluh dengan tugas-tugas kuliahnya yang menggunung.
"Justru saya sering marah karena tugas itu bener-bener banyak. Rasanya kayak kuliah di luar negeri. Apalagi sejak semester tiga itu banyak banget presentasi sampai kami merasa mengatur jadwal satu sama lain aja susah. Namun akhirnya saya merasakan betul manfaat presentasi itu sampai hari ini," kata dia.
ADVERTISEMENT
Diakui Adevi, dirinya tidak akan bisa memiliki skill dan pengetahuan seperti saat ini jika bukan karena terbiasa diasah sejak kuliah dulu.
"Saya juga nggak akan bisa menyalurkan waktu dan kompetensi yang saya punya hari ini dengan baik kepada stakeholder kalau dari dulu saya nggak punya role models," sambungnya
Saat ini, Adevi baru saja lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru jenjang Magister Program Studi Manajemen Inovasi di Universitas Ma Chung dan tengah bersiap untuk memulai perkuliahan pada bulan September 2022 mendatang.
Ke depan, ia berharap dapat terus bertumbuh dan mengembangkan diri pribadi yang lebih baik dan profesional di manapun dirinya berada. Selaras dengan target dan mimpinya yang terus tumbuh setiap tahun.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap Universitas Ma Chung juga demikian. Bisa berproses dan bertumbuh bersama-sama sebagai lembaga pendidikan yang mampu memberi dampak bagi sekitar melalui alumni, dosen, dan berbagai kegiatan maupun penelitiannya," tukasnya.(ads)