Aktivis Antikorupsi di Malang Diduga Jadi Pelaku Pemerkosaan

Konten Media Partner
28 Desember 2019 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kasus perkosaan dan pelecehan seksual. (Ilustrasi: Gigih Mazda/Tugumalang.id)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kasus perkosaan dan pelecehan seksual. (Ilustrasi: Gigih Mazda/Tugumalang.id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TUGUMALANG.ID – Kasus dugaan perkosaan dituduhkan pada salah satu aktivis anti korupsi dari Malang Corruption Watch (MCW), AF. Bahkan, AF disebut telah melakukan tindakan tidak terpuji tersebut terhadap dua orang korbannya.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut menyebar melalui pesan berantai di aplikasi Whatsapp Kamis (26/12/2019) lalu. Di mana, pesan tersebut berisi kronologi tindakan AF yang melakukan pelecehan seksual terhadap dua orang korban, X dan Y.
Dalam pesan berantai yang sama itu, keduanya tidak hanya sekali itu saja menjadi korban, melainkan hingga beberapa kali, pada rentang waktu cukup lama.
Yakni X menjadi korban antara Oktober hingga Desember tahun 2018 silam, sedang Y menjadi korban sejak Agustus hingga September 2019. Keduanya dilakukan dengan modus hampir sama, yakni berawal dari ajakan untuk berkemah di pantai.
Sayangnya, pesan tersebut tidak membubuhkan siapa penanggung jawab yang membuat kronologi pada pesan berantai tersebut. Hanya saja, salah seorang anggota badan pekerja (BP) dari aktivis antirasuah, Malang Corruption Watch dicatut sebagai pelakunya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menyebar melalui pesan Whatsapp, kejadian itu akhirnya menjadi viral di beberapa media sosial lain seperti Twitter dan juga Instagram.
Tak berselang lama, tersebar pernyataan sikap terkait kasus dugaan perkosaan tersebut oleh sebanyak 103 organisasi, aktivis, dan lembaga. Salah satu tuntutannya yakni memecat AF dari organisasi yang getol menyuarakan semangat anti korupsi di Malang tersebut.
Menanggapi hal itu, pihak Malang Corruption Watch akhirnya angkat bicara. Pihaknya menyatakan bahwa tindakan pelecehan seksual memang harus diselesaikan dan menjadi musuh bersama yang harus diselesaikan.
Hanya saja, MCW mengaku masih akan menelusuri duduk persoalan sesungguhnya dari kasus dugaan pelecehan yang disematkan pada salah satu anggotanya tersebut.
“Harus dilakukan dengan syarat-syarat prosedur dan skema yang jelas. Bukan dengan cara sporadis dan hanya berdasarkan informasi dari pihak lain yang sifatnya testimonium de auditu (mendengar keterangan dari orang lain, red),” terang Koordinator Badan Pekerja MCW, M Fahrudin dalam keterangan resmi yang diterima tugumalang.id Kamis (26/12/2019) malam.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mengaku bahwa saat ini pihaknya telah membentuk tim pencari fakta untuk melakukan proses investigasi internal terkait kasus tersebut.
“MCW juga menghormati segala upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan pendamping, namun hingga saat ini belum mendapatkan informasi yang valid dan memadai dari pihak yang kompeten untuk memberikan informasi yang sebenarnya. Sehingga masih terus mengupayakan bertemu dengan pendamping maupun korban,” lanjut Fahrudin.
Dirinya juga meminta agar semua pihak tidak mudah tersulut emosinya terkait kabar yang menyebar di media sosial. Menurutnya, informasi tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu.
Sementara itu, salah satu pendamping korban dari Front Mahasiswa Nasional Surabaya, Anin, menyatakan bahwa kronologi perkosaan yang tersebar di media sosial Whatsapp tersebut memang benar adanya.
ADVERTISEMENT
“Ya, kalau tidak benar kami pasti tidak akan berani membuat statement (pernyataan, red) seperti itu, mas,” terang Anin ketika dihubungi tugumalang.id Jumat (27/12/2019) siang.
Bahkan, ia juga mengaku bahwa pihaknya juga memiliki bukti-bukti berupa chat dari pelaku terhadap korbannya tersebut. Ia juga tidak mempermasalahkan jika banyak pihak yang meragukan kronologi yang tersebar tersebut.
“Ya kalau diragukan juga tidak apa-apa. Kami sendiri sudah koordinasi dengan WCC (Woman Crisis Center) dan Komnas Perempuan untuk pendampingan,” terangnya.
Sementara itu, terdapat dugaan bahwa korban dengan pelaku merupakan sepasang kekasih. Namun, ketika disinggung terkait kabar apakah dua orang korban tersebut sebenarnya pernah menjalin hubungan asmara dengan AF, dirinya menyatakan bahwa hal itu salah.
“Bohong (korban dan pelaku memiliki hubungan asmara, red),” lanjut Anin singkat.
ADVERTISEMENT
Ia menyatakan bahwa pihaknya saat ini akan fokus terlebih dahulu untuk memberikan pendampingan terhadap korban. Pihaknya juga menyatakan, akan membuat pernyataan tanggapan untuk Malang Corruption Watch terkait hal ini.