Antik Subagyo, Pioner Batik Druju di Kabupaten Malang

Konten Media Partner
15 Oktober 2020 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Harumkan Nama Desa Hingga Level Mancanegara

Antik Subagyo. Foto: Rizal Adhi
zoom-in-whitePerbesar
Antik Subagyo. Foto: Rizal Adhi
ADVERTISEMENT
MALANG - Nama Antik Subagyo sudah tidak asing lagi di kancah seni batik lokal sampai internasional. Pasalnya, dia adalah pioner seni batik di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, sejak 1996.
ADVERTISEMENT
Antik bercerita, sejak kecil dirinya sudah mencintai batik. "Saya dari kecil memang suka batik, itu menurun melalui darah dari eyang dan ibu," ujarnya, di Galeri Andis Batik, pada Kamis (15/10/2020).
Sayangnya, saat dirinya beranjak remaja, pamor batik di Malang masih rendah. "Kebetulan di tahun 1990 dan 1991 itu batik di Malang belum dikenal seperti sekarang. Dan dulu untuk anak muda memandang batik hanya dipakai oleh orang tua," kenangnya.
Kata dia, hal ini terjadi karena belum banyak inovasi-inovasi dari segi motif batik untuk anak muda.
"Memang dulu itu batik memiliki pakem seperti batik kawung, batik liris, batik sidoluhur, itu sudah tidak bisa dirubah-rubah. Kalau seperti itu terus, kita sebagai anak muda kurang tertarik," bebernya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, Antik coba-coba membuat inovasi motif batik kontemporer untuk anak muda.
"Makanya saya menciptakan batik itu agar dicintai anak-anak muda juga, tidak hanya untuk orang-orang tua saja. Jadi, kita merubah mulai dari desain dan berinovasi," ungkapnya.
"Kita buat batik dengan cara tradisional dengan canting, tapi motifnya kita buat supaya anak muda tertarik," sambungnya.
Antik memulai usahanya di Desa Druju dengan memberdayakan masyarakat lokal.
"Soalnya saya tinggalnya di Desa Druju dan asli dari sini. Memang saya tidak mau ke mana-mana. Saya ingin mengangkat Desa Druju ini bisa dikenal sebagai desa batik," harapnya.
Tentu awalnya tidak mudah. Saat merintis usahanya, dia mengalami jatuh bangun. "Merancang desainpun tidak bisa langsung jadi. Pasti banyak kegagalan dan kerusakan," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Dulu kita juga belum memiliki galeri sendiri, karena dulu kita awalnya ekspor sehingga tidak sempat membuat galeri. Jadi, kita hanya mengerjakan-mengerjakan, lalu mengirim," sambungnya.
Saat fokus ekspor tersebut, tiba-tiba ada pembeli lokal yang tertarik pada produknya.
"Tapi lama kelamaan mungkin ada yang mendengar, mungkin karena dia membeli batik saya dari luar negeri. Ternyata waktu dia selidiki ternyata itu pekerjaan dari dalam negeri," kenangnya.
"Lalu ada juga salah seorang pejabat yang mencari, akhirnya dia datang kemari. Lalu dia datang lagi bawa teman sampai akhirnya saya bingung karena memenuhi permintaan mereka bagaimana," imbuhnya.
Akhirnya, antik membagi karyawannya menjadi dua bagian untuk mengerjakan pesanan lokal dan mancanegara secara terpisah.
"Lama kelamaan peminat banyak. Kita dapat permintaan membuat seragam dari Jawa Timur. Karena permintaan membuat seragam mengalir terus, akhirnya ekspor sedikit saya kurangi," terangnya.
ADVERTISEMENT
Berkat usahanya, secara berangsur-angsur Antik membangun galeri. Mulai dari galeri kecil sampai sangat besar saat ini di Desa Druju.
"Kita membuat butik kecil di rumah. Baru ketika semakin besar kita membuat butik yang lebih besar di sini," tuturnya.
"Sekarang pegawai total ada 35 orang mulai dari pengrajin, pewarna, dan yang menjaga butik," sambungnya.
Lebih lanjut, Antik membocorkan rahasia kesuksesannya. "Saya memasarkan justru tidak dari media sosial, ini dari mulut ke mulut. Dan setidaknya kita sering pameran di Surabaya sampai Jakarta," jelasnya.
Untuk produk yang dia produksi bervariasi. Mulai dari pakaian perempuan dan laki-laki. "Kalau di sini produknya banyak sekali mulai dari gamis, gaun blus, celana, sarung selendang, kemeja panjang, dan kemeja pendek," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi ini, dia juga memproduksi masker dengan motif batik. "Selama masa pandemi ini saya memang memperbanyak produksi masker, karena masker sekarang menjadi kebutuhan," ungkapnya.
Terakhir, Antik memberi wejangan bagi wanita di luar sana yang ingin sukses menjadi designer.
"Pesan saya jangan takut, apalagi kalau pintar desain itu sangat mendukung sekali untuk pengembangan batik. Soalnya batik itu harus berkembang dan berkembang," ucapnya.