Konten Media Partner

Ayu Utami, Rasa Itu Tanpa Batas, Termasuk Rasa Saat Jatuh Cinta

20 Maret 2019 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sastrawan Ayu Utami (berdiri) saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB).
zoom-in-whitePerbesar
Sastrawan Ayu Utami (berdiri) saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Jika biasanya kelas menulis disajikan dengan formal, namun kali ini ada suguhan yang berbeda di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB). Siang (20/3) tadi, kelas menulis ini langsung diisi oleh Sastrawan Ayu Utami.
ADVERTISEMENT
Dalam kelas ini, ia menyuguhkan dengan sangat lugas dan enteng. Tapi jangan salah, Ayu ingin mengajak para peserta lebih kritis menulis tentang spiritualitas. Yakni soal rasa.“Spiritual itu tanpa batasan, dia bebas tapi punya energi,” ucap alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) ini.
Menurutnya, dalam hal menulis Ayu ingin mengajak para peserta lebih dalam menggali ide yang lahir dari lingkungan sekitar. Namun, tidak lepas dari nilai-nilai yang berlaku.
Seperti menulis novel, lanjutnya, kekritisan itu lahir ketika logika berbenturan dengan rasa. Dalam pergolakan tersebut, cita rasa sebuah karya sastra akan muncul. Sebab, antara rasa dan rasio bertemu. Atau bahkan melakukan perdebatan.
“Rasa itu tidak memiliki batas, tapi kalau kalian masih minta bukti saat merasakan jatuh cinta, maka kalian membatasi rasa cinta,” kata Ayu. Ia memberikan contoh hubungan spiritualitas dengan kritis. Menurutnya, hal itu bisa menjadi karya kreatif ketika kalian bisa menghubung-hubungkan sebuah rasa spiritualitas dengan daya kritis. Artinya, perasaan yang muncul dalam lalu disaring dalam sebuah pemikiran kritis, maka karya itu bisa mempunyai rasa batin yang sangat kuat.”Saya gambarkan seperti ini, kreatif itu tanpa melihat perintah atau larangan. Jadi kamu bisa hubung-hubungkan semua hal tapi nggak ada batasnya. Ini kreatif. Tapi tetap kritis,” ungkap penulis Novel Bilangan Fu tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Ayu Utami juga menyampaikan jika sastra akan berkembang maju ketika memiliki dua unsur tersebut. Maka masyarakat timur yang lebih mempunyai pendekataan rasa akan tetap kritis melihat kondisi sekitarnya.
Reporter : Rino Hayyu S
Editor : Irham Thoriq