Bangkrut Usaha Rental Mobil, Pria di Cilacap Malah Buka Kursus Menyetir Gratis

CILACAP - Setelah mengekplorasi Jawa Barat selama dua hari yakni Rabu (31/8/2022) dan Kamis (1/9/2022), tim "Jelajah Jawa-Bali, Mereka yang Memberi Arti" oleh Tugu Media Group dan PT Paragon Technology and Innovation melakukan ekplorasi di Jawa Tengah dan Jogjakarta.
Tempat pertama yang kami kunjungi di Jawa Tengah adalah sebuah warung kopi di Kroya, Kabupaten Cilacap. Di tempat ini, ada sekolah warga bernama Paradesa. Nama ini sama dengan nama warung kopi tersebut.
Founder sekolah warga dan warung kopi Paradesa adalah Sutriyono, 44 tahun. Dia membuat warung kopi dan sekolah warga ini sekitar tahun 2019 silam.

Ketika itu, Sutriyono baru saja bangkrut dari usaha rental mobil. Total ada enam mobilnya dibawa kabur oleh penyewa. "Kapok benar saya usaha rental mobil,” kata Sutriyono, ketika ditemui.
Karena habis bangkrut inilah, Sutriyono mempunyai inisiatif untuk membuka warung kopi yang dinilai lebih minim resiko. Sutriyono yang tergabung dalam Jama’ah Maiyah Cak Nun juga terinspirasi dari teman-temannya yang mendirikan sekolah warga. "Kebetulan dari jama’ah maiyah banyak yang mendirikan sekolah warga juga, sehingga jadi sharing dan belajar,” kata Sutriyono.
Dalam membuat kegiatan sekolah warga, metode Sutriyono cukup sederhana. Sutriyono menampung kebutuhan warga sekitar dan pelanggan warung kopinya. Salah satu program sekolah warga yang cukup populer adalah kursus nyetir mobil secara gratis.

Kursus nyetir mobil gratis ini sudah digelar 98 kali. Dari total 98 kali kelas itu, total sudah ada 250 orang yang mengikuti kursus setir gratis ini. Setiap kali kursus, selalu digelar di Lapangan Widarapayung, Cilacap. "Sekali kursus, yang ikut 20-30 orang,” kata bapak tiga orang anak ini.
Untuk melancarkan kursus nyetir mobil ini, Sutriyono mempunyai empat mobil. Mobil-mobilnya sudah cukup berumur yakni mobil taft, mobil panther, daihatsu charade, dan vios.
"Saya dibantu oleh tiga teman lain yang menjadi mentor pelatihan setir mobil,” kata pria yang mengenyam pendidikan di jenjang SMK ini.

Ada cerita menarik saat awal-awal Sutriyono membuka kursus setir mobil gratis ini. Ketika itu, karena ada yang butuh kursus ini, dia lantas mengumumkan melalui pamflet digital.
"Padahal waktu itu mobil saya sudah habis semua karena yang bekas rental habis dijual, untungnya waktu itu saya ingat ada mobil saya yang saya gadaikan, akhirnya saya tebus, dan bisa dibuat latihan ini,” imbuhnya.
Meskipun secara materi dan tenaga Sutriyono tentu saja rugi karena program ini, tapi Sutriyono mengaku cukup bangga karena bisa berbagi. "Dan saya punya founder yang sangat luar biasa, yakni Allah, jadi kalau urusan rezeki tidak perlu khawatir,” katanya.
Apalagi, banyak alumni kursus setir yang sekarang terserap lapangan kerja setelah bisa menyetir mobil. "Kalau di kursusan yang berbayar kan lumayan, Rp 450 ribu hanya tiga kali pertemuan," ucapnya.
Selain soal kursus mobil, sekolah warga Paradesa juga menggelar kursus-kursus lain seperti kursus fotografi, desain, craft, master of ceremony, menjahit, otomotif, dan lain sebagainya. "Jadi kita sifatnya menghubungkan antara yang butuh dengan yang narasumber yang mau berbagi secara gratis,” pungkasnya.

Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.