Konten Media Partner

Benda Purbakala Ditemukan, Situs Kerajaan Diduga Jadi Proyek Tol

6 Maret 2019 19:19 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejarawan asal Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono (kiri) saat meninjau lokasi penemuan situs purbakala dengan sejumlah wartawan, rabu (6/3).
zoom-in-whitePerbesar
Sejarawan asal Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono (kiri) saat meninjau lokasi penemuan situs purbakala dengan sejumlah wartawan, rabu (6/3).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID–Sebuah situs purbakala peninggalan zaman Kerajaan Majapahit ditemukan pada jalur pembangunan proyek tol Malang, yakni di daerah Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (5/3).
ADVERTISEMENT
Dari pantauan wartawan tugumalang.id, Rabu (06/3) di lapangan, situs tersebut berupa tumpukan batu bata berukuran besar yang membentuk bangunan berundak. Namun, beberapa bagiannya tampak rusak oleh alat berat proyek jalan tol yang melintas jalur tersebut. Selain itu, struktur bangunan tersebut tertutup oleh permukaan tanah dengan ketebalan sekitar 40 sentimeter.
Penemuan yang diduga gobok atau mata uang cina yang digunakan di zaman Kerajaan Majapahit.
Cermin perunggu yang diduga peninggalan kerjaan majapahit ditemukan di Malang.
Untuk diketahui, sehari sebelumnya, dikabarkan telah ditemukan peninggalan-peninggalan kuno seperti guci, keramik, mata uang koin gobog, cermin perunggu dengan hiasan ornamen, hingga perhiasan emas di situs tersebut.
Sejarawan asal Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, mengatakan bahwa bangunan tersebut diperkirakan merupakan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit.
“Kalau saya melihat lokasinya, struktur bangunan, dan juga letaknya yang dekat sungai. Kemungkinan ini adalah perumahan zaman Majaphit. Mungkin sekitar abad 10 hingga abad 15,” ucap Dwi disela-sela pemantauan penemuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, bisa jadi situs itu sudah berumur 400 hingga 900 tahun yang lalu.
Ia menerangkan, kemungkinan area ditemukannya situs purbakala di Sekarpuro tersebut masih luas meliputi area-area di sampingnya.
”Jadi ini rasa-rasanya bukan desa kecil. Ada koin, keramik. Itu adalah produk asing, produk impor. Jadi kemungkinan di sini dulu adalah sebuah kota,” terangnya.
Kesimpulan tersebut bukan tanpa alasan, ia menerangkan bahwa kata ‘pura’ sendiri sebenarnya memiliki arti lain sebagai ‘kota’.
Dan di Malang sendiri, terdapat beberapa lokasi yang berdekatan dengan kata pura, yakni Madyopuro, Ngadipuro, Sekarpuro, Lesanpuro. Keempat daerah tersebut masih ada hingga sekarang.
”Jadi di zaman Majapahit itu membuat kota selalu berdasar arah mata angin. Dan Madyopuro ini berasal dari madya yang artinya tengah, dan pura artinya kota. Jadi Madyopuro ini adalah pusatnya, kemudian dikelilingi oleh empat ‘pura’ lagi. Dan kota di sini (situs purbakala) memang masuk akal karena ini masuk wilayah Sekarpuro,” tambah Dwi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ia menerangkan bahwa sebenarnya ada satu kota dengan nama ‘pura’ lagi di Malang yang seharusnya ada, namun belum ditemukan.
Dirinya menuturkan, dari peninggalan yang ditemukan oleh warga seperti perhiasan emas dan cermin perunggu dengan ornamen hiasan, bukan tidak mungkin bahwa situs kompleks perumahan tersebut merupakan rumah dari petinggi kerajaan Majapahit.
“Seperti cermin dengan pegangan ornamen, kemungkinan di sini ini bukan permukiman menengah ke bawah. Tapi mungkin kalangan atas,” terangnya.
Batu bata dengan panjang 30-40 centimeter yang diduga peninggalan kerajaan majapahit ditemukan di Malang.
Oleh karena itu, dirinya berharap bahwa pihak pekerja proyek jalan tol tidak serta merta langsung menghancurkan situs peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut.
“Jadi sebenarnya bisa menghubungi Polsek, pihak desa terlebih dahulu. Nanti dilihat dulu potensi sejarah budaya yang bisa dipelajari dari sana seperti apa,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyarankan, agar proyek pengerukan lahan di wilayah sekitar tempat ditemukannya situs tersebut bisa dihentikan terlebih dahulu dan mengerjakan bagian lain.
”Jadi sebaiknya ya dipasang garis polisi terlebih dahulu agar tempat tersebut aman,” tandasnya.
Reporter : Gigih Mazda
Foto-Foto : Istimewa dan Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq