Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Bertemu Fafi, Anak Tukang Becak yang Jadi Pengusaha Sukses
4 Juli 2019 15:06 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Semua orang berhak mengubah nasibnya. Orang yang terlahir di keluarga kurang beruntung, bukan berarti akan selamanya jadi 'buntung'. Ya, mungkin pemikiran inilah yang ada di benak Fafi Fathur Rohman, owner dari brand Awesam.
ADVERTISEMENT
Awesam tidak menjual kaos sablon sebagaimana bisnis fesyen pada umumnya, melainkan berjualan kaos polos. Kini, di usianya yang baru 27 tahun, Fafi sudah membuka 7 store Awesam yang tersebar di Malang. Omzetnya kini sudah puluhan juta rupiah per bulan.
Lalu, bagaimana, sih, sebenarnya kisah sukses Fafi?
Tugu Malang berkesempatan bertemu Fafi dan mendengarkan ceritanya dalam menapaki kesuksesan, Selasa (7/4). Fafi lahir dari keluarga sederhana. Bapaknya, Marzuki, adalah tukang becak, sedangkan sang ibu, Suginem, bekerja serabutan. Alih-alih minder, kondisi tersebut justru memicunya untuk sukses.
Awalnya, Fafi mulai berjualan kaos secara online pada tahun 2013. "Awal itu tahun 2013 lewat website, waktu itu belum ada yang buat secara online. Karena enggak ada modal kami pakai sistem pre-order," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Fafi memanfaatkan rumah orang tuanya yang berukuran 4x4 meter sebagai lapak. Setiap kali ada pesanan, sebagian keuntungannya selalu dia masukkan untuk stok kaos. Lama-kelamaan, seiring dengan meningkatnya pesanan, stok kaosnya pun jadi melimpah.
Alhasil, rumahnya jadi tidak muat untuk menaruh semua stok kaosnya. Dari situ, dia dapat ide untuk menjual kaos polos eceran.
"Munculnya (ide) juga tidak sengaja, karena banyak kaos akhirnya dijual saja. 'Kan belum ada beli kaos polos tapi eceran jadi bisa sablon sendiri," ungkap pria yang akrab disapa Fafi Awesam ini.
Usahanya semakin berkembang, tapi karena rumahnya berada di gang sempit, alhasil tetangganya menjadi tak nyaman. Akhirnya, dia memutuskan untuk menyewa ruko di daerah Kasin.
ADVERTISEMENT
"Ya tetangga 'kan kurang nyaman, soalnya jalan masuk jadi penuh. Nekat saja pindah ruko, ternyata lumayan mahal," ungkap alumnus SMKN 4 Malang tersebut.
Namun, keberaniannya untuk berjualan di ruko justru adalah titik balik nasibnya. Hingga akhirnya terpikir ide untuk membuat branding Awesam. Fafi membedakan usahanya menjadi dua, ada yang khusus melayani penjualan kaos polos, ada juga yang sablon.
"Branding-nya pakai Awesam, tapi dibagi. Ada Awesam Store dan Awesam Merch," jelasnya.
Dalam menjalankan usahanya, Fafi bukannya tanpa rintangan. Saat memutuskan ekspansi ke Kepanjen, ia sempat risau karena penjualannya cukup sepi. Bahkan sewa ruko terpaksa tidak dilanjutkan dan ditinggal begitu saja.
"Buka di Kepanjen itu bagian tes pasar, awalnya memang sepi padahal sudah sewa ruko. Akhirnya pindah lokasi dan sewa sebelumnya ditinggal meski sudah dibayar," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Dari pengalaman itu, dirinya yakin usaha itu butuh proses. Menurutnya, tidak ada kegagalan karena semuanya proses memahami pasar. Jadi, harus tetap bangkit dan mencari solusinya.
Karena ketekunannya ini, bapak satu anak ini sekarang sudah mampu mempekerjakan sekitar 40 orang. "Itu jadi pelajaran, 'kan ini semua juga autodidak. Belajarnya ya sambil jalan, yang penting di coba lagi," katanya.
Saat ini, dirinya sedang mempersiapkan Awesam Distro. Fokusnya menyediakan semua kebutuhan fesyen, dengan harga yang terjangkau tapi kualitasnya terjaga.
"Sekarang masih menyiapkan distro, jadi nanti lebih bebas memilih. Ditunggu saja karena banyak pilihannya juga," ungkapnya.
Bagi alumnus STIMATA (STMIK Pradnya Paramita Malang) ini, ada dua hal utama yang menjadikannya sukses seperti sekarang, sabar dan menabung. Sabar, artinya kita harus menikmati semua proses yang ada. Mulai sabar menjual, sabar menanti pelanggan, hingga sabar menunggu hasil.
ADVERTISEMENT
Menabung, artinya setiap hasil dari usaha harus disisihkan. Jangan setiap dapat untung langsung dinikmati. "Kalau saya kuncinya cuma dua itu. Jadi jangan dilihat sekarangnya, lihat juga prosesnya," tutupnya.
Reporter: M. Hafis Iqbal
Editor: Irham Thoriq