Bisnis Kafe dan Jeratan Harga Kontrak Tempat yang Selalu Naik

Konten Media Partner
5 Maret 2019 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Poster tentang pertumbuhan kafe di Kota Malang.
TUGUMALANG.ID – Deni Yuga Permana, masih ingat betul waktu itu. Pertengahan Desember tahun 2017 silam, kebakaran hebat meludeskan lapak bisnisnya di daerah Jalan Sigura-Gura Barat, Kota Malang. Jilatan si jago merah dari tempat laundry di sebelah warungnya, merembet ke warung bebek miliknya dan memaksa dia untuk menutup warung itu hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum tragedi kebakaran tahun 2017 tersebut, pria yang akrab disapa Deni ini adalah pengusaha kafe tak jauh dari kampus Universtas Brawijaya (UB) Malang. Nama kafe itu adalah Ketan Tempo Doeloe di Jalan MT Haryono, Kota Malang yang buka kurang lebih selama dua tahun. Yakni mulai tahun 2014 hingga tahun 2016. Lalu kenapa ia menutup bisnis kafe tersebut?
“Iya, jadi tempanya kontrak di ruko (rumah toko) dan nilai kontraknya naik begitu mahal,” tutur pria asli Trenggalek tersebut. Oleh karena itu, ia akhirnya memutusukan untuk menutup kafe tersebut dan pindah usaha membuka kuliner olahan bebek di Jalan Sigura-Gura. “Tapi belum empat bulan buka, malah terjadi kebakaran,” imbuh Deni.
Ia bercerita, bahwa kenaikan nilai kontrak tempat itu naik Rp 5 juta dalam satu tahunnya.”Jadi dari awalnya yang Rp 20 juta ke Rp 25 juta per tahun,” ujarnya. Ia menyatakan, bahwa sesungguhnya bisnisnya sebenarnya sudah berjalan lancar dan beromset cukup tinggi.“Dulu omset bulanan kisaran 16-18 juta per bulan. Dan saya memiliki dua karyawan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Ia menyatakan, bahwa saat itu target pasarnya adalah mahasiswa.“Fokus saya ke warung kopi dan ketan. Pengunjungnya hampir seluruhnya adalah mahasiswa,” terang alumnus jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) tersebut.
Ia mengaku bahwa saat ini, dirinya tidak membuka usaha kuliner sama sekali. “Sementara berhenti total mas. Tetapi pertengahan tahun ini Insya Allah akan bukan lagi. Tapi kali ini berkaitan dengan otomotif,” bebernya.
Ketika disinggung apakah dia kapok berbisnis di dunia kuliner? Dia menggelengkan kepala. Menurutnya, ia akan selalu berbisnis dan selalu berusaha untuk melihat peluang usaha yang ada. “Sebenarnya bukan saya juga yang langsung terjun di kuliner. Saya hanya hobi bisnis saja,” tandasnya.
Grafis tentang pertumbuhan Kafe di Kota Malang.
Grafis tentang pertumbuhan Kafe di Kota Malang.
Reporter : Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq
ADVERTISEMENT