Capasitor Bank, Alat yang Bikin Warga Malang Kena Tagihan Listrik Rp 20 Juta

Konten Media Partner
13 Juni 2020 17:21 WIB
Ilustrasi PLN. Foto: Instagram PLN UP3 Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLN. Foto: Instagram PLN UP3 Malang.
ADVERTISEMENT
MALANG - Sempat heboh kabar warga Lawang, Kabupaten Malang bernama Teguh Wuryanto yang kaget dengan tagihan listriknya yang mencapai angka Rp 20 juta.
ADVERTISEMENT
Saat dikonfirmasi, pihak PLN Malang mengatakan jika Capasitor Bank milik Teguh sudah terlalu tua dan rusak. Sehingga tagihannya melonjak begitu fantastis. Padahal biasanya, tagihan listrik Teguh hanya berkisar Rp 900 ribu sampai Rp 2,5 juta.
Lalu apa itu Capasitor Bank? Dan kenapa alat itu bisa membuat pengusaha bengkel las ini mendapat tagihan listrik sebesar itu?
Pakar Elektro Universitas Brawijaya, Ir Soeprapto MT IPM. Foto: dok.
Pakar Elektro Universitas Brawijaya, Ir Soeprapto MT IPM, menjelaskan jika untuk pelanggan listrik PLN kategori industri, membutuhkan peralatan kompensasi daya reaktif yang namanya Capasitor Bank, biasanya terletak di panel.
"Pada pelanggan kategori industri ini biasanya akan terpasang pencatat energi berupa kWh-meter dan kVARh-meter. Jadi kalau di industri itu rata-rata pakai motor listrik yang menyerap daya reaktif-induktif," jelas Soeprapto, pada Sabtu (13/6/2020).
ADVERTISEMENT
"Lalu, capasitor itu fungsinya untuk memperbaiki faktor daya agar bertahan diangka minimal 0,85 (sesuai dengan setting yang diinginkan). Dan di dalam Capasitor Bank itu ada KWH (Kilo Watt Hour) meter dan KVarh (Kilo Volt Ampera Reactive)," imbuh Soeprapto.
Lebih lanjut, Soeprapto mengatakan, sistem arus bolak balik PLN itu ada tiga macam daya. Diantaranya ada daya aktif, reaktif dan daya nyata.
"Ini yang jelas PLN menjualnya energi listrik yang satuannya VA (volt ampere). Kita sebagai pelanggan PLN yang dikonsumsi adalah Watt. Antara Watt dan VA ini bedanya ada di faktor daya," tutur Soeprapto.
Lulusan S2 ITS Surabaya ini mencontoh, lampu LED itu sifatnya resistif sehingga antara Watt dan VA memiliki daya yang sama.
ADVERTISEMENT
"Kalau misalkan industri yang banyak menggunakan motor-motor listrik, itu antara Watt dan VA tidak sama. Dan untuk mendekatkan antara Watt dan VA ini agar sama, itu membutuhkan Capacitor Bank," jelas Soeprapto.
Dia menganalogikan Watt dan VA tadi seperti minuman beralkohol di dalam gelas. "Di dalam gelas itu kan ada 2 jenis yaitu buih dan cairan. Sebenarnya cairan itu yang kita butuhkan untuk dikonsumsi, tapi buihnya itu hanya untuk gaya-gayaan saja," ucap Soeprapto.
"Nah agar buihnya itu keluarnya sedikit, kita menuangkan alkohol tersebut sedikit demi sedikit. Nah, di listrik juga seperti itu. Fungsi kapasitor ini untuk mengeliminir buih itu tadi. Sehingga dalam gelas itu lebih banyak cairannya daripada buih tadi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, pria yang menjabat sebagai Lektor Kepala di UB ini mengungkapkan, tarif industri saat beban puncak ada di pukul 17.00 WIB sampai 22.00 WIB. Sehingga akan terkena beban reaktif kalau faktor dayanya kurang dari 0,85.
"Untuk mempertahankan faktor daya tetap di angka minimal 0,85 itu membutuhkan Capacitor Bank. Sehingga, kalau Capacitor Bank itu rusak, maka faktor daya beban tidak bisa bertahan diangka 0,85 yang berdampak terhadap bekerjanya kVARh-mete," paparnya.
Soeprapto juga mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan Capacitor Bank rusak. Diantaranya adalah usia dan cacatnya jaringan kelistrikan di industri tersebut.
"Cacatnya jaringan kelistrikan di industri tersebut dikarena ada peralatan pengendali kecepatan motor dan perangkat elektronik yang lainnya yang dapat berdampak pada kapasitor bank," bebernya.
ADVERTISEMENT
"Contohnya untuk motor-motor listrik yang menggunakan pengendali kecepatan. Kalau itu misalkan kontrolnya gak ada, filternya bisa membuat jaringan kelistrikan dalam industri tersebut menjadi cacat. Sehingga hal itu membuat Capacitor Bank menjadi hubung singkat, rusak dan bisa juga meledak," sambungnya.
Dia memberi contoh lain jika mesin AC atau lemari es yang memiliki teknologi inverter. Teknologi inverter juga sebagai alat elektronik penyumbang harmonik atau kecacatan di jaringan kelistrikan PLN.
"Untuk Capacitor Bank itu memang yang menyediakan pelanggan sendiri, dan Capacitor Bank itu bisa difungsikan secara manual ataupun secara otomatis. Yang otomatis itu bisa diset selalu di angka 0,9," pungkasnya.
--------------------------
Saksikan video menarik di bawah ini: