Cita-Cita Jadi Guru, Belajar Mekanik Kemudian

Konten Media Partner
10 Juni 2019 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Muhammad Asrofi (kiri), siswa SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen, Kabupaten Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Asrofi (kiri), siswa SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tugumalang.id- Perjuangan mewujudkan cita-cita memang tidak mudah. Bahkan, sering mendapatkan tantangan di tengah jalan. Tak jarang cita-cita malah lain dari kenyataan. Mungkin itu yang kini dirasakan Muhammad Asrofi.
ADVERTISEMENT
Ya, siswa SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen ini memiliki cita-cita menjadi guru Bahasa Inggris. Namun, di tengah jalan mimpi itu harus pupus. Sebab dia berhasil menjadi juara di ajang Honda Student Skill Contest tingkat Nasional. Karenanya, dia mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke Politeknik Manufaktur (Polma) ASTRA. "Ya baru dapat hasil pengumuman lolos di Polman ASTRA. Dapat beasiswa penuh untuk pendidikan di sana," katanya, beberapa hari lalu.
Asrofi memang kurang tertarik menjadi mekanik sebelumnya. Meski dia berawal dari jurusan teknik sepeda motor. Dia lebih menyukai pelajaran Bahasa Inggris semasa sekolah. Bahkan nilainya selau bagus dibandingkan pelajaran lainnya. "Kalau untuk Bahasa Inggris memang suka sekali. Itu yang membuat saya ingin jadi guru," katanya.
ADVERTISEMENT
Bahkan dia sempat mengutarakan niatnya menjadi guru kepada orang tuanya. Memang orang tuanya sempat bingung. Sebab, dia sekolah di SMK dengan jurusan sepesa motor. Tapi malah ingin menjadi guru. "Orang tua tanya kenapa kok tidak jadi mekanik. Ya setelah saya jelaskan mereka paham dan mendukung," ungkapnya.
Namun, situasi berubah saat dirinya dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti lomba. Mulai dari tingkat Kabupaten dirinya sudah menjadi juara. Dirinya memang dikenal rajin berlatih di bengkel sekolah. Meski niatan awalnya hanya ingin belajar tambahan. "Sering main ke bengkel awalnya cuma lihat-lihat. Bahkan sering disuruh mengajari adik kelas, tidak berniat ikut lomba," terangnya.
Ternyata kemampuan itu dilirik guru pendamping. Hingga akhirnya dirinya berhasil melaju hingga tingkat nasional dan mendapatkan urutan 7. Prestasi itu pula yang membawanya dilirik ASTRA. "Ya kan kalau sudah masuk nasional dapat kesempatan. Karena di Polman ASTRA hanya 65 orang satu Indonesia termasuk saya," katanya.
ADVERTISEMENT
Kini Asrofi mengaku akan menjalani pilihannya. Meski tidak menjadi guru dirinya ingin berusaha maksimal. Sebab, nanti setelah lulus masih berkesempatan membagikan ilmunya. "Meski tidak jadi guru Bahasa Inggris gak papa. Kan ilmu selama kuliah nanti bisa di bagikan, sama saja menjadi pengajar," tutupnya.
Reporter : Hafis Iqbal
Editor : Irham Thoriq