Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Crispy Azola, Produk Unggulan Home Industry Pangandaran
22 Oktober 2020 10:03 WIB
ADVERTISEMENT
PANGANDARAN - Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (Jamtani) menjadi salah satu organisasi yang turut mendorong berkembangnya pelaku usaha agribisnis di pelosok desa dengan cara menarik, yakni memanfaatkan tanaman Azolla.
ADVERTISEMENT
Koordinator Umum Jamtani, Kustiwa Adinata, menjelaskan Crispy Azolla tengah dijadikan sebagai salah satu produk unggulan home industry kelompok, dalam upaya peningkatan pendapatan anggota di Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Menurutnya, program ini dirasa relevan dengan persoalan pasca panen yang kerap dialami petani. Dimana peran mereka selalu di ambil alih oleh tengkulak, maupun bandar industri di perkotaan dan distributor.
"Seperti diketahui bahwa mata rantai produk-produk pertanian yang selama ini dihasilkan cukup panjang sampai di tingkat konsumenm," bebernya.
"Nah, kelompok ini kami himpun dan latih serta kami dampingi untuk membentuk koperasi petani. Sehingga pengolahan pasca panen dan pemasaran bisa dilakukan secara kolektif," imbuhnya.
Melalui program ini, jelas dia, kelompok petani didorong untuk mengembangkan produk olahan kekinian dengan menggandeng kaum perempuan untuk turut ambil bagian di dalamnya.
"Hal menarik lainnya yang penting adalah selain padi, petani bisa memanfaatkan pekarangan sisa untuk ditanami kebutuhan dapur yang bisa diolah dan punya nilai jual lebih," jelasnya
ADVERTISEMENT
Antara lain, kripik bayam, pisang krispi, ataupun sayur mayur segar. Termasuk dengan Crispy Azolla yang masih asing ditelinga masyarakat. Crispy Azolla juga dipilih karena rasanya yang renyah dan aromanya yang khas.
Tak perlu khawatir, sebab para pelaku usaha inipun sudah mengantongi berbagai izin. Seperti sertifikat halal, PIRT (Perusahaan Industri Rumah Tangga), bahkan sertifikat organik untuk padi.
Menurut Kustiwa, dari segi agribisnis, kelompok tersebut memang dinilai masih perlu dorongan dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Sehingga, para pengusaha tersebut dapat terlibat dalam transaksi yang lebih besar.
"Dari segi kualitas seperti rasa, kemasan, sertifikat kelayakan, mereka masih perlu dikuatkan. Termasuk juga dengan kuantitas yang meliputi omset penjualan atau produksi," bebernya.
"Dengan demikian, kalau sudah menarik pasar, para pengusaha ini bisa mendistribusikan lebih banyak lagi. Untungnya pun juga lebih besar. Disamping itu, verifikasi jenis olahan maupun komoditas yang bisa dijual masih perlu ditingkatkan," imbuhnya.
Ke depan, pihaknya mengaku akan terus berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat melalui pendampingan lewat program yang sudah ditetapkan sampai dapat dipasarkan dalam jumlah besar.
ADVERTISEMENT
"Kalau pencapaian ya sebenarnya program ini sudah menunjukkan hasil. Akan tetapi, sekedar pencapaian saja belum cukup. Masih belum sesuai dengan harapan. Karena itu, pendampingan akan kita maksimalkan sehingga hasilnya bisa sesuai sempurna, dan sesuai dengan apa yang kita impikan," tandasnya.
Diketahui, program ini didukung oleh Medium Term Cooperation Program (MTCP) dan Asian Farmers Organization Support Program (AFOSP) Uni Eropa dan IFAD.
Serta akan difokuskan kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan atau di pedesaan terpencil yang kurang mendapatkan support program pemerintah maupun swasta. Baik laki-laki maupun perempuan, terutama pemuda sehingga program dapat bejalan sesuai tujuan, yakni untuk mensejahterahkan.(ads)