Konten Media Partner

Dr Aqua Dwipayana Silaturahim ke Ibunda Surasta Kepala BTN Cabang Malang

30 November 2022 7:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr Aqua Dwipayana silaturahim ke Hj Dini Ibunda Kepala BTN Cabang Malang, Surasta, di rumahnya di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto/ dokumen Dr Aqua
zoom-in-whitePerbesar
Dr Aqua Dwipayana silaturahim ke Hj Dini Ibunda Kepala BTN Cabang Malang, Surasta, di rumahnya di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto/ dokumen Dr Aqua
ADVERTISEMENT
SUKOHARJO - Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana minggu lalu dua hari berturut-turut ketemu Kepala PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Malang, Surasta. Keduanya bertemu dalam dua kesempatan, yakni yang pertama di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang pada Selasa (22/11/2022) sore dan di Kantor BTN Cabang Malang pada Rabu (23/11/2022) sore.
ADVERTISEMENT
Dalam silaturahim tersebut, Dr Aqua berjanji akan berkunjung langsung bersilaturahim dan menemui ibunda Surasta, yakni Hj Dini (81 tahun). “Insya Allah saya akan bersilaturahim dan berkunjung ke rumah ibunda Pak Surasta,” kata Dr Aqua.
Dr Aqua Dwipayana menyerahkan dua buku super best seller karyanya kepada Kepala Cabang Bank BTN Malang Surasta. Foto/dokumen Dr Aqua
Niat silaturahim tersebut berawal dari cerita Surasta tentang ibunya yang masih sehat dan segar bugar di Sukoharjo. Kemudian menceritakan kiprah ibu enam anak yang luar biasa dan hebat tersebut. Di antaranya mendorong anak-anaknya untuk urunan membangun Masjid Al Hidayah.
Dr Aqua sangat kagum setelah menyimak cerita Surasta tentang ibunya. Sehingga berniat untuk dapat segera menemuinya.
Selama ini selain konsisten menjalankan silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi tanpa henti, praktik nyata kebaikan yang kerap dilakukan oleh sosok Dr Aqua adalah keluhuran budinya dalam menyenangkan teman-temannya dan bahkan juga orangtua dari kawan-kawannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Kita ditunjukkan secara nyata bagaimana praktik autentik membaktikan diri sepenuh jiwa dan raga kita bagi orangtua kita tercinta. Termasuk juga mengembangkan sikap saling menghormati dan menyayangi manusia dengan melepaskan berbagai sekat dan rintangan yang kerap dijadikan pembeda. Inilah keluhuran humanisme silaturahim yang benar-benar menembus batas.
Dr Aqua Dwipayana dan Kepala BTN Cabang Malang Surasta saat menghadiri syukuran ulang tahun ke-11 OJK. Foto/dokumen Dr Aqua
Betapa keikhlasan, niat mulia, penghormatan dan kasih sayang kepada orangtua, dan nilai-nilai kebaikan lainnya telah menjadi bahasa yang universal. Inspirasi yang bisa kita petik adalah begitu tinggi rasa takzim dan penghormatan seorang Dr Aqua kepada sosok orangtua, bahkan yang bukan orangtua kandung dirinya.
Sudah menjadi kebiasaan baik Dr Aqua untuk senantiasa memberikan atensi tak hanya kepada sahabatnya, melainkan juga pada orangtua (terutama ibunda) dari sahabat-sahabatnya tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa yang disampaikan Dr Aqua bukan semata basa-basi. Ia memang sosok yang senang silaturahim ke orangtua teman-temannya dan sudah menjadi kebiasaan baiknya ketika berkunjung ke sebuah kota atau daerah, selalu meluangkan waktu bersilaturahim kepada orangtua temannya. Meskipun teman dan sahabatnya tidak berada di kota tersebut.
Dalam masa empat hari keberadaannya di Kota Malang, Jatim, Senin sampai Kamis (21-24/11/2022) Dr Aqua juga menjalankan hal serupa dan semua dilakukannya dengan senang hati dan penuh bahagia. Dirinya mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman berharga dari setiap kunjungan silaturahim ke kediaman orangtua sahabatnya.
Salah satunya saat Selasa (22/11/2022) pagi bersama dua teman akrabnya Arsyam Efendi dan Erwin Kustiman silaturahim ke Bobo Moelani. Dengan penuh semangat perempuan berusia 85 tahun itu memotivasi mereka.
ADVERTISEMENT
“Bobo” adalah panggilan sayang putra dan putri sosok perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan anak-anaknya dengan sukses. Salah satunya adalah sosok Soekeno, pengusaha sukses di Yogyakarta yang merupakan sahabat karib Dr Aqua.
"Selagi muda teruslah bekerja optimal. Jangan patah semangat. Raih semua cita-cita," ujar Bobo Moelani yang sukses mendidik ketujuh anaknya, meski suami tercinta meninggal saat anak-anaknya masih kecil. Bobo Moelani nampak sangat bahagia mendapat kunjungan dari sahabat dekat putranya. Seolah yang hadir adalah putranya sendiri.
Untuk menghidupi ketujuh anaknya, Bobo Moelani sempat rela menjadi pembantu rumah tangga dan buat kue. "Terpenting halal," tegasnya.
Salah satu hasilnya, anak keduanya Soekeno jadi pengusaha sukses di Yogyakarta. Punya dua mall besar (Jogja City Mall dan Sleman City Hall) serta banyak hotel berbintang. Juga mempekerjakan ribuan karyawan.
ADVERTISEMENT
Demikian juga, dua sahabatnya yang mendampingi di Kota Malang, Arsyam Effendi dan Erwin Kustiman juga sama-sama merasakan betapa bahagianya ibunda masing-masing saat mendapat kunjungan dari sahabat anak mereka.
Hj Siti Nurbaidah (67), ibunda dari Erwin Kustiman, mantan Wapemred HU Pikiran Rakyat Bandung yang kini total menekuni pekerjaan sebagai dosen di FISIP Universitas Pasundan, tak pernah menyangka mendapat kunjungan dari Dr Aqua, beberapa waktu lalu.
Dr Aqua Dwipayana bersama dua teman akrabnya Arsyam Efendi dan Erwin Kustiman silaturahim ke Bono Moelani di Malang. Foto/dokumen Dr Aqua
Padahal, kediamannya terletak di kawasan Kopo Sayati Kabupaten Bandung yang dikenal sebagai kawasan macet dan membuat orang enggan untuk ke sana. Akan tetapi, Dr Aqua dengan bahagia dan sangat menikmati tetap memaksa Erwin untuk mengantarnya bersilaturahim dengan ibunda. Sampai saat ini, ibunda Erwin, Hj Siti Nurbaidah, selalu mengingat semua kebaikan Dr Aqua.
ADVERTISEMENT
Donasi Keluarga
Masjid Al Hidayah dan Yayasan Al Hidayah dibangun dan terletak di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Masjid tersebut dibangun sejak November 2015.
Masjid dibangun di atas lahan seluas 600 m2, bangunannya seluas 14 x 12 dan terdapat sekolah dengan luas bangunan kelas masing-masing 3 x 4 (2 kelas). Dana pembangunan berasal dari donasi keluarga, donatur dan sumbangan dari yayasan Timur Tengah (+/- 60%) dari total anggaran Rp 600 juta.
Pemberian nama Al Hidayah disertai harapan seluruh yang melaksanakan ibadah di masjid diberikan dan mendapatkan hidayah.
Ayahanda Surasta adalah almarhum Hadi Suwarno yang telah wafat pada 1979. Ibundanya ialah Hj Dini yang saat ini berusia 81 tahun serta memiliki kebiasaan berbagi dan suka berderma.
ADVERTISEMENT
Para siswa sedang belajar mengaji di Rumah Quran Al Hidayah di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto/dokumen Dr Aqua
Pasangan Hadi Suwarno (alm) dan Hj Dini dikaruniai enam orang anak yakni. Mujiatmi (wirausaha, material, toko mebel, transportasi, bahan-bahan cetak), Rumiyati (wirausaha, dagang), Supriyanto (pensiun BUMN), Suradi (direktur BUMN karya), Surasta (BUMN), dan Sartono (dosen, penulis buku, konsultan pajak).
Saat ini sudah dibentuk Yayasan Al Hidayah Baran dan ke depan berencana mengembangkan sekolah Quran yang bisa mencetak generasi-generasi qurani, dan mewujudkan masjid yang bisa mandiri, karena para jamaahnya makmur ekonomi, memberikan kemaslahatan untuk jamaahnya.
Latar belakang dibangunnya sekolah adalah keprihatinan keluarga karena terdapat kesenjangan Dusun Baran Kulon (tempat di mana masjid Al Hidayah berdiri) dalam menghasilkan generasi-generasi yang mau ke masjid, apalagi mau belajar quran.
“Adanya niat ibunda kami, Hj Dini untuk mengajak anak-anaknya membeli tanah untuk dibangun masjid, hingga akhirnya membeli tanah yang kebetulan dapat di depan rumah. Sampai dengan pembangunan masjid dan dapat dua sekolah ngaji. Mengajinya Sabtu dan Minggu. Saat ini terdapat sebanyak 17 orang guru yang mengajar,” ungkap Surasta.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berkembangnya waktu, lanjut Surasta, sejak diresmikan masjid pada 2 April 2017 hingga saat ini sudah menjadi bagian syiar agama. “Saat ini mejadi tempat belajar Alquran, yaitu Rumah Quran Al Hidayah. Yang telah berjalan beberapa tahun ini siswa tidak dipungut biaya, baru tahun ini dikenakan Rp 30 ribu setahun. Biaya operasional termasuk gaji guru dari keluarga dan donatur,” katanya menguraikan.
Ia melanjutkan sekolah tersebut sebetulnya bukan milik keluarga. “Walaupun tanah dan pembangunan sudah kami hibahkan/wakafkan dan kami sekeluarga tidak ada masuk ke yayasan. Namun kami keluarga masih memantau dna ikut memonitor perkembangan dan donasi,” ujarnya lagi.*