Konten Media Partner

Dulu Berjaya, Begini Kondisi Kampung Warna-warni Jodipan Kota Malang Sekarang

16 April 2022 15:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampung Warna-warni Jodipan, Kota Malang. foto/M Sholeh
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Warna-warni Jodipan, Kota Malang. foto/M Sholeh
ADVERTISEMENT
Malang - Pada era keemasannya, Kampung Warna-warni Jodipan (KWJ) begitu santer dan identik sebagai icon destinasi wisata Kota Malang. Kini kondisi wisata kampung tepi sungai yang berada kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing ini, kondisinya cukup memperihatinkan pasca Pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi tempat wisata, kampung ini tak jauh berbeda dengan kampung kampung bantaran sungai lain di Kota Malang. Hanya saja, kampung ini terkesan agak kumuh dan berada di tengah kota.
Salah satu sudut kampung jodipan. foto/M Sholeh
"Karena di pinggir sungai, warga disini SDM nya rendah. Mayoritas perempuan di sini ibu rumah tangga dan kebanyakan suaminya kerja jadi kuli bangunan, sopir, jualan di warung sampai tukang becak," ucap Soni Parin, Pengelola KWJ Kota Malang, Sabtu (16/4/2022).
Sejarah berdirinya Kampung Warna warni ini tak terlepas dari gagasan nyata mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 2016 lalu. Kala itu mereka tengah melakukan KKN di kampung Jodipan ini dan menawarkan ide menjadikan kampung ini bersih dan berwarna.
"Waktu itu gak ada rencana untuk buat wisata. Karena ide itu positif dan masyarakat menerima ya saya izinkan saja," ungkapnya.
Tetap berbenah meski sepi pengunjung. foto/M Sholeh
Tak berselang lama, sebuah perusahaan cat berkenan menjadi sponsor dan menggelontorkan catnya untuk kampung Jodipan. Alhasil, kampung ini menjelma menjadi jujukan wisatawan luar kota bahkan manca negara.
ADVERTISEMENT
Kampung Warna warni Jodipan Kota Malang mencapai puncak kejayaannya pada tahun 2017 hingga 2019. Ribuan wisatawan bisa hilir mudik mampir ke Kampung Warna warni ini dalam waktu satu hari saat akhir pekan.
Kampung ini bahkan menjadi percontohan dan cikal bakal berdirinya 24 kampung tematik lainnya di Kota Malang. Mulai Kampung Tridi, Kampung Arema, Kampung Budaya Polowijen, hingga Kampung Kajoetangan Heritage Kota Malang.
Adanya wisata ini juga merubah gaya hidup warga setempat akan kebiasaan buang sampah sebangangan. Disebutkan, warga mulai peduli menjaga lingkungan dan sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sebab, jika wisata ini kotor maka wisatawan tak akan kembali.
"Adanya wisata ini segi ekonomi warga ada perubahan, mereka juga menjadi peduli lingkungan dan kerukunan warga tampak harmonis," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun 2020, Kampung Warna warni terkena dampak Pandemi COVID-19. Kebijakan penutupan wisata di Kota Malang sempat membuat warga setempat kehilangan harapan. Tak satupun wisatawan berkunjung ke Kampung Warna warni saat itu. Pemerintah pun disebut tak memberikan perhatian sama sekali.
"Tentu awal pandemi kami kaget, karena sepi, tak ada pengunjung, warga gak bisa jualan. Tapi alhamdulillah tak banyak warga sini yang meninggal karena COVID-19," ungkapnya.
Beruntung kampung ini juga memiliki tim pengelola yang punya pandangan jauh ke depan. Alhasil, wisata ini masih mampu menunjukkan gemerlap warnanya untuk menerjang badai pandemi dengan biaya perawatan dan operasional secara mandiri tanpa sentuhan bantuan pemerintah.
"Meski pandemi, kami tetap optimis masyarakat mau kesini. Otomatis kami melakukan peremajaan cat. Karena daya tarik kami kan pada keindahan warna. Kalau pudar kan mereka akan putar balik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Semantara itu, Soni juga mengungkapkan kondisi terkini Kampung Warna warni yang mulai meredup. Terlebih memasuki bulan Ramadhan 2022 ini hanya ada sekitar 10 hingga 20 pengunjung per hari. Meski begitu, pihaknya tetap bersyukur bahwa wisata ini masih diminati wisatawan.
Kini pihaknya terus melakukan peremajaan warna dengan memperbarui cat di sudut sudut wisata ini. Pasalnya, libur lebaran 2022 mendatang diprediksi bakal ada kenaikan pengunjung.
"Inginnya kami ada penambahan fasilitas baru, misalnya tempat main anak. Tapi kami memiliki keterbatasan biaya. Apalagi dari pemerintah gak ada suplai sama sekali," tandanya.