Ekowisata Boon Pring, dari Hutan dan Rawa-rawa Disulap Menjadi Wisata Populer

Konten Media Partner
24 Oktober 2020 16:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekowisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Ekowisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
MALANG - Warga Kabupaten Malang mungkin sudah familiar dengan Ekowisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Objek wisata yang kini mulai naik daun ini bahkan masuk dalam nominasi ekowisata terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) award 2020.
ADVERTISEMENT
Namun, siapa yang menyangka jika sebenarnya Ekowisata Boon Pring dulunya adalah rawa-rawa dan hutan bambu. "Ini dulunya adalah tanah kas desa seluas 36,8 hektare, ini dulunya merupakan kebun bambu yang dikelola masyarakat," terang Direktur BUMDes Kertoraharjo, Syamsul Arifin pada Sabtu (24/10/2020).
"Ini dulu bisa dibilang masih hutan dan rawa-rawa, dan juga hanya ada sungai seperti itu," sambungnya. Sebelum menjadi Ekowisata Boon Pring, sebenarnya lokasi ini sejak 2014 sudah menjadi objek wisata bagi warga lokal. "Lalu di tahun 2014 sebenarnya sudah dicoba untuk wisata tapi hanya waktu-waktu insidental. Misalnya hanya saat bulan-bulan Idul Fitri," bebernya.
Kemudian pada Bulan Maret 2017, BUMDes Kertoraharjo mulai mengambil alih lokasi tersebut. "Kita mulai mencoba membangun wisata ini dengan dana desa, di tahun pertama kita pakai Rp 170 juta," bebernya.
ADVERTISEMENT
"Lalu di tahun kedua itu Rp 300 juta, dan di tahun ketiga itu kita sudah tidak meminta dana desa lagi. Meskipun sebenarnya Pak Kades ingin ngasih lagi, tapi kita ingin mencoba mandiri," sambungnya. Alumni Universitas Brawijaya ini menjelaskan jika dana desa tersebut di tahun pertama digunakan untuk promosi dan pembenahan. Pembenahan pertama yang dilakukan adalah pengerukan sungai. "Dalam prosesnya itu sungai kita keruk dengan alat berat, dan sedimennya kita angkat untuk membuat pulau itu," ungkapnya.
"Berkembang lagi 2018 kita buat embung lagi. Dan dulu parkir ini masih sawah, dengan cost yang cukup tinggi kita buat parkir seperti itu," tambahnya.
Kepada tugumalang.id, Syamsul menceritakan kisah uniknya saat menerima bantuan dana dari Kemendes pada tahun 2017. "Waktu itu tahun 2017 Menteri Desa sebelumnya, Pak Eko Sandjojo, datang ke Malang untuk peresmian gedung rektorat di UNISMA," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, ia berupaya bagaimanapun caranya Mendes harus mengunjungi Ekowisata Boon Pring. "Harapan saya beliau harus masuk di Boonpring, kebetulan Dirjendnya waktu itu Nugroho adalah adik kelas saya di Universitas Brawijaya. Akhirnya saya minta beliau ke Boonpring dan mau, saya pameri di Boonpring ada embung sampai akhirnya beliau mau," tegasnya.
Ketika mendengarkan presentasi dari Syamsul, Eko Sandjojo langsung memberikan bantuan dana. "Waktu saya jelaskan jika semua di sini dikelola oleh BUMDes, saat itu juga beliau memberikan bantuan Rp 50 juta. Dan di bulan Mei 2017 kami dipanggil ke Jakarta dikasih lagi Rp 460 juta, itu saya buat bangun jalan paving dan toilet," tuturnya.
Tak berhenti di situ, melihat perkembangan Ekowisata Boon Pring yang pesat. Kemendes kembali mencairkan dana bantuan.
ADVERTISEMENT
"Lalu pada Agustus tahun 2018, saya dipanggil lagi oleh Pak Nugroho dan saya dokasih lagi Rp 1,5 miliar. Itu saya gunakan untuk membangun pertokoan dan gedung pertemuan," jelasnya. Terakhir, mengungkapkan jika dana yang dihabiskan untuk membangun Ekowisata Boon Pring lebih dari Rp 10 miliar. "Kalau ditotal ini pembuatan nilainya lebih dari Rp 10 miliar, itu digunakan untuk pembangunan dalam jangka waktu 3 tahun," pungkasnya.