Konten Media Partner

Fasilitasi Petani, Koperasi Tani Masagena Lakukan Berbagai Pendampingan

2 Desember 2020 10:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Koperasi Tani Masagena Gandeng API hingga NGO

Koperasi Tani Masagena. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Koperasi Tani Masagena. Foto: dok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
LUWU UTARA - Koperasi Tani Masagena optimistis mampu mensejahterakan petani komoditas kakao di wilayah kerjanya, di Desa Pongo, Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Koperasi Tani Masagena, Ayu Antariksa Rombe. Menurutnya, masih banyak masyarakat tani setempat yang dirasa perlu mendapatkan edukasi melalui berbagai pendampingan.
Seperti pendampingan sertifikasi produk, pengolahan produk turunan kakao, coklat fermentasi, dan akses pasar.
Koperasi Tani Masagena. Foto: dok
"Langkah yang kita lakukan adalah melakukan pembinaan di tingkat kelompok untuk proses sertifikasi di tahun 2012. Supaya mereka tahu dan paham terkait standart sertifikasi. Khususnya soal pestisida yang dilarang untuk komoditi kakao. Bagaimana aturan di dalam mengelolah kebun sesuai dengan standar Good Agriculture Practice, tidak menembak hewan liar, dan beberapa aturan yang sifatnya berkaitan dengan produksi, lingkungan dan keberlanjutan," jelasnya.
"Sehingga, untuk proses jangka panjangnya bisa berdampak baik dan manfaat bisa dirasakan oleh petani itu sendiri," beber dia.
ADVERTISEMENT
Bekerja sama dengan Rikolto Indonesia sebagai salah satu NGO hingga dinas terkait dalam hal ini DP2KUKM, DPMD, DKP, dan pemerintah setempat, program ini juga difasilitasi oleh API melalui program MTCP2-AFOSP yang didukung oleh IFAD dan Uni Eropa.
Kakao. Foto: dok
Untuk mengembangkan bisnis koperasi, API juga turut memberikan fasilitas tambahan berupa rumah jemur dan box fermentasi dengan kapasitas yang jauh lebih besar dan produksi bisa lebih banyak dari sebelumnya.
Tak hanya itu, petani kakao juga didorong untuk menyiapkan produk dengan pasar khusus untuk menjual berbagai produknya. Sehingga negoisasi pasar berjalan semestinya. Antara lain, biji fermentasi, biji kakao asalan, biji basah, bisnis pembimbitan kakao, hingga pupuk.
"Pada intinya, koperasi sebagai payung untuk petani binaan. Bagaimana supaya mereka bisa mengakses pasar dari tangan pertama, berhubungan langsung dengan buyer ikut pemasaran bersama koperasi dengan harga atau posisi tawar yang jauh lebih baik," tegas Ayu.
Produk Kakao. Foto: dok
Dengan menggandeng pemuda tani, koperasi ini juga menciptakan inovasi berupa Masagena Education Center (MEC) yang mana didalamnya ada Klinik Kakao untuk dikembangkan sekaligus membina beberapa kelompok yang tergabung dalam program OP.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya anak muda sebagai Doctor Cacao itu sendiri, dididik untuk menjadi trainer yang akan mengedukasi dan memberikan solusi kepada petani terkait kendala dan permasalahan yang di hadapi dikebun. Sehingga, petani mampu menghasilkan produktivitas yang sesuai.
"Kita juga berdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan di desa kami. Itu ada sekitar 5 KWT untuk mengembangkan pertanian organik, dengan pola pengarangan, dan Alhamdulillah keaktifan wanita tani sangat menginspirasi kami, bahwa sejatinya perempuan memiliki kontribusi besar terhadap pemenuhan gizi dan nutrisi rumah tangga petani," tambahnya
Kedepan, Ayu berharap, petani ini tidak berfokus pada komoditi kakao saja. Namun juga mampu mengkolaborasikan dengan tanaman lainnya.
Misalnya, dalam satu kebun kakao juga bisa ditanami jahe, pepaya, nanas, durian, hingga pisang. Dengan harapan, bisa saling menopang perekonomian masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
"Apalagi kita juga baru mendapatkan musibah, terkena banjir ya, sekitar 80 persen kebun petani kakao kami terkena banjir yang membawa banyak lumpur jadi harus diberikan treatment dulu untuk mengembalikan kondisi tanah sebelumnya supaya lebih subur," tandasnya (ads)