FEB Unisma Gelar Business Online Talk Tentang Corporate Culture

Konten Media Partner
3 Juli 2020 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
zoom-in-whitePerbesar
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
ADVERTISEMENT
MALANG - Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia bahkan di Indonesia, tak menyurutkan langkah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) untuk memberikan wawasan maupun pengetahuan terkini kepada mahasiswa, dosen praktisi, maupun masyarakat, tentang dampak krisis kesehatan terhadap corporate culture dan human resorces management.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, kali ini FEB Unisma menggelar webinar internasional bertajuk Business Online Talk: Corporate Culture & Human Resources Management Era Society 5.0, pada Rabu (1/6/2020).
Webinar ini mendatangkan narasumber dari luar Unisma yaitu Dean Faculty Entrepreneurship and Business Universiti Malaysia Kelantan Malaysa, Prof Dr Roselina Binti Ahmad Saufi dan Direktur Risk Compliance and Human Capital PT Bank Mega Syariah Tbk, Marjana.
Nur Diana. Foto: dok.
Dekan FEB Unisma, Nur Diana, dalam paparannya menyatakan bahwa corporate culture di tengah bias informasi akan selalu didasarkan pada data dan kepercayaan yang tinggi pada otoritas sains.
Menurut Diana, perusahaan harus selalu siap untuk drawing pada tiga sumber data: big data, big data (wawasan mendalam tentang orang-orang), broad data (contextual and market trends).
ADVERTISEMENT
"Hal ini menjamin bahwa semua sumber data terus diperbarui dan digunakan secara optimal. Namun disisi lain, belum satu dekade berjalan, dunia dan kehidupan didiskrupsi oleh digital, dan banyak perusahaan memperkirakan proses ini walau cepat tetap akan bertahap," ucap Diana.
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
Dia juga mempertegas, mayoritas perusahaan memprediksi model bisnis akan perlahan berubah sesuai proses digitalisasi yang dimulai dari era Revolusi Industri 3.0 sampai memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang kemudian Jepang menawarkan era Society 5.0.
"Kemudian masuk abad 21 adalah Era Big Data. Tetapi implementasi di perusahaan belum sepenuhnya mapan diterapkan, badai COVID-19 telah merevolusi semuanya, karena banyak diterapkan berbagai kebijakan untuk penyelamatan," terang Diana.
“Banyak perusahaaan dipaksa untuk memasuki dan mengikuti abad virtual. Ada yang sebagian mengikuti bahkan ada yang terpaksa mengikuti secara paripurna,” imbuh Diana.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Marjana menyampaikan masuknya Revolusi Industri 4,0 dan menghadapi VUCA dimana dunia belum ada kemapanan dalam implementasi digitalisasi teknologi serta upaya antisipasi perubahan pld way yang terdisrupsi new way (cara baru), tiba-tiba muncul pandemi COVID-19 yang menimbulkan krisis kesehatan di hampir seluruh negara.
“Impact dari COVID-19 bagi Indonesia adalah beberapa lembaga pemeringkat internasional mengatakan kondisi ekonomi belum akan membaik. Bahkan kita akan ketemu dengan pertumbuhan negatif," prediksi Marjana.
Dia menambahkan, Menteri Keuangan Srimulyani memprediksi tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 persen. Sedangkan Bloomberg memprediksi minus 3,1 persen, data mandiri sekuritas minus 3.4 persen sedangkan Oxford Economy minus 6,1 persen. Satu–satunya yang memprediksi pertumbuhan positif hanya Moodys dengan pertumbuhan ekonomi 1.9 persen.
ADVERTISEMENT
Marjana menjabarkan, beberapa perubahan-perubahan yang dilakukan dalam menghadapi era New Normal diantaranya Corporate Strategi Business Plan (penyesuaian strategi bisnis perusahaan), penyesuaian corporate culture, penyesuaian KPI, Online Pshicology Test, Phone Interview, Developing Online Learning & Training, Online Coaching dan Consultant dan Retainin (pemetaan talent melalui asessmen secara virtual).(ads)