Konten Media Partner

FEB Unisma Gelar Webinar Kebijakan Cash Flow Keuangan Perusahaan Masa New Normal

17 Juli 2020 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
zoom-in-whitePerbesar
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
ADVERTISEMENT
MALANG - Dampak global COVID-19 yang menimbulkan krisis telah menghantam kinerja keuangan global maupun kinerja keuangan pada perusahaan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, mengungkapkan bahwa skenario terburuk dari dampak pandemi COVID-19 yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi turun menjadi 2,3 persen pada skenario berat dan berlanjut menjadi -0,4 persen pada skenario sangat berat.
"Untuk itulah, perusahaan di Indonesia harus didorong untuk menerapkan berbagai strategi bertahan agar tetap berlayar menjalankan nahkoda bisnisnya di masa sulit ini," ucap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma), Nur Diana SE MSi, saat membuka webinar bertajuk Cashflow Modelling and Optimazation During New Normal Era, pada Rabu (15/7/2020).
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma), Nur Diana SE MSi. Foto: dok.
Diana menyampaikan, dengan adanya komitmen pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 serta kebijakan New Normal, perusahaan perlu menyusun berbagai skenario dan terus memantau perkembangan situasi dan kondisi terkini serta tidak akan tergesa-gesa melakukan operasional pabrik secara penuh normal.
ADVERTISEMENT
“Krisis kesehatan berimplikasi pada opersional bisnis perusahaan, dimana akan mengakibatkan turunnya permintaan produk sehingga perusahaan tidak akan beroperasi pada kapasitas biasa disebabkan idle capasity," terang Diana.
"Di sisi lain, timbul suply chain disruption, yaitu terganggunya siklus pengadaan barang. Banyak pabrik produksi yang menghentikan sementara kegiatan operasionalnya atau mengurangi produksi dan merumahkan karyawan,” jelasnya.
Webinar FEB Unisma. Foto: dok.
Diana juga menjabarkan, akibat pandemi ini, banyak perusahaan terpaksa menghentikan rencana yang bersifat strategis seperti rencana ekspansi, penambahan investasi, dan juga penambahan pinjaman.
"Dan yang terpenting dalam kondisi pandemi ini, cash menjadi raja sehingga banyak perusahaan kelimpungan karena terganggunya cash flow perusahaan," paparnya.
Menurut Diana, terhentinya aktivitas usaha secara langsung berakibat pada terhentinya pula pemasukan cash flow ke dalam perusahaan. Sementara di sisi lain, perusahaan tidak bisa secara otomatis menghentikan pula pembayaran atas biaya operasional perusahaan terutama untuk gaji karyawan dan pembayaran kewajiban atau hutang yang telah jatuh tempo.
ADVERTISEMENT
“Untuk itu perlu membuat kebijakan–kebijakan pengelolaan cash flow yang tepat agar di masa krisis ini, kinerja keuangan perusahaan bisa terselematkan,” sarannya.
Webinar ini menghadirkan Senior Manajer Accounting PT Barata Indonesia Persero, Erma.
Dalam paparannya, Erma menyatakan bahwa PT Barata di masa pandemi dan new normal telah melakukan berbagai upaya untuk mengelola cash flow. Diantaranya menghemat sebisa mungkin agar cash flow bisnis perrusahaan terbantu dalam aliran pengeluarannya.
"Diantaranya menghemat biaya produksi. Misalnya biaya pembelian bahan baku, biaya pembelian mesin, biaya overhead dan lain sebagainya," papar Erma.
“Laporan cash flow dengan kondisi terkini harus dibuat secara berkala agar selalu dapat memantau kondisi keuangan perusahaan. Sehingga bisa segera tahu tindakan apa yang harus diambil. Selain itu, perlu upaya melakukan strategi sumber pendanaan dan komunikasi yang tepat, melakukan review atas rencana capital expenditure dan operating expenditure dengan melihat pada skala prioritas,” jelasnya.(ads)
ADVERTISEMENT