Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
MALANG - Ban bekas menjadi salah satu limbah yang sulit terurai. Setiap hari, limbah ban ini terus bertambah, dan rata-rata berakhir dengan cara dibakar.

Di Kepanjen, Kabupaten Malang, limbah ban ini justru digunakan sebagai bahan dasar karya seni. Melalui tangan terampil Supriatna, ban bekas tersebut disulap menjadi replika hewan.
Beragam replika hewan telah dikerjakannya, seperti komodo, trenggiling, kura-kura. Tak hanya itu, dia juga membuat replika moge dari ban bekas.
Hasil karyanya yang terbaru sudah sampai di Kalimantan Tengah, tepatnya di Pangkalan Bun. Beberapa replika hewan berukuran besar dibuatnya di sana. Salah satunya dinosaurus dengan panjang 13 meter.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pria yang akrab dipanggil Nana ini banyak mengerjakan replika hewan berukuran kecil. Dia mengatakan, untuk karya yang berukuran kecil lebih banyak peminatnya. Pembuatannya pun terbilang lebih mudah karena ban yang digunakan berukuran kecil.
"Untuk replika berukuran besar membutuhkan ban besar juga. Pembuatannya juga butuh tenaga ekstra," papar Nana.
Untuk replika hewan, Nana mematok harga mulai dari Rp 100 ribu. Sementara yang besar bisa sampai puluhan juta.
Teks & Foto: Ben