Foto: Geliat Industri Sepatu Kulit Sello Shoe di Malang

Rini menata sepatu di toko miliknya, yang ada di jalan Bogor, Kota Malang.

MALANG - Berawal dari coba-coba, produk sepatu kulit asli Kota Malang merk Sello Shoe justru mendunia. Tak tanggung-tangung, produk bikinan Arek Polehan (Arpol) Malang ini bahkan menembus pasaran Jerman hingga Amerika Serikat.

Kayu untuk mempermudah proses pembuatan sepatu.

Penuh dan sibuk. Begitulah kata yang tepat saat memasuki gerai sentra sepatu kulit Sello Shoe yang terletak di Gedung Balai Bahasa Universitas Negeri Malang (UM), Jalan Bogor, Kota Malang.

Proses perancangan desain.

Penuh karena banyak pilihan sepatu berjejer yang akan membuat khilaf mata. Sibuk karena tempat produksinya jadi satu di gerai jual tersebut.

Pengerjaan bagian bawah atau sol sepatu.

Begitu masuk, anda akan disambut ratusan sepatu kulit berbagai jenis dan model yang berjejer rapi di rak. Mulai dari jenis pantofel, wedges, sepatu boot, sepatu safety, sepatu trail, sepatu gunung, hingga sepatu koboi berbagai tipe semua ada. Semua terbuat dari kulit binatang asli, mulai sapi, domba, kambing hingga kulit ular.

Pengeleman sol.

Uniknya, sepatu kulit handmade bikinan Timotius Darmawanto (51) ini, mampu mencuri perhatian banyak mahasiswa luar negeri yang sedang menempuh program pertukaran pelajar.

Penghalusan bagian bawah.

''Jadi pas mereka pulang bawa oleh-oleh sepatu saya, akhirnya ada yang pesen lagi. Getuk tularlah istilahnya, jadi ada dari mereka mulai pesan dan kirim ke sana,'' ujar Tius, sapaan akrabnya, saat ditemui di gerainya, pada Minggu (9/8/2020).

Produk jadi yang dipajang di toko sepatu.

Tius menerangkan, merintis usahanya ini sejak tahun 2011 dari skala kecil rumahan di Polehan, Kota Malang. Dulu, dia hanya melayani pesanan sepatu custom dari sejumlah rekan.

Tius memotong kulit yang digunakan sebagai bahan sepatu.

Hingga kemudian pada 2014, dia tergabung menjadi mitra binaan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dari Pertamina.

Deretan sepatu di etalase toko.

Dari situ, Tius disediakan rumah produksi sekaligus gerai di Gedung Balai Bahasa UM ini. Bak gayung bersambut, mulai banyak orang yang menaruh minat terhadap produk bikinannya. Terlebih, sejak kedatangan mahasiswa luar negeri yang bersekolah di UM. Mereka turut andil dalam segi promosi hingga bisa melejit seperti saat ini.

Pemilik toko, Tius.

Tius termasuk perajin kulit serba bisa. Dia sedikit banyak telah membuat ratusan jenis sepatu kulit berbagai jenis dan mode, termasuk sepatu kulit kombinasi dan sepatu kulit rajutnya.

Sepatu yang diproduksi kebanyakan berbahan kulit.

''Sepatu kulit rajut ini kayak anyaman bambu, tapi itu kulit. Tingkat kesulitannya tinggi dan jarang ada di pasaran. Langka sih, peminatnya juga belum tinggi,'' tutur pria yang tidak tamat SMP ini.

Pelanggan mencoba sepatu di toko.

Uniknya, sepatu bikinannya ini dibandrol dengan harga ekonomis. Lebih murah dari yang biasanya ada di pasaran. Rentang harganya bervariasi. Mulai dari Rp 300 ribu hingga 1 jutaan. Tergantung jenis dan kesulitan pembuatannya.

''Soal kualitas bisa dijamin setara dengan yang ada di pasaran,'' jaminnya.

Usut punya usut, jauh sebelum menggeluti industri kreatif ini, Tius merupakan pekerja buruh tambang di Freeport yang kesehariannya menggunakan sepatu safety. Kebiasaan inilah yang membawa dirinya jatuh hati dengan penampilan modis bersepatu kulit.

Hingga saat ini, Tius pun tetap melayani pemesanan sepatu custom yang dipercayakan kepadanya. Setiap hari, dia bisa melayani 5-10 pasang sepatu kulit. Terkadang, dia juga melayani pesanan sepatu safety dari para buruh proyek di Papua.

''Ya namanya usaha kan pasang surut. Yang jelas meski tanpa orderan, kami tetap produksi. Laku gak laku itu urusan belakangan. Yang penting tetap berkarya memberikan yang terbaik,'' tukasnya.

Selain sepatu kulit, Sello Shoe juga mengeluarkan beberapa produk handmade kulit lain. Mulai dari tas, jaket, dompet dan aksesoris lainnya. Sello Shoe sendiri menerima custom sepatu kulit sesuai desain dan selera yang diinginkan.

Teks: Ulul Azmy

Foto: Ben