Foto: Kampung Wisata Gerabah di Kabupaten Malang

Konten Media Partner
9 Januari 2021 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
zoom-in-whitePerbesar
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
ADVERTISEMENT
MALANG - Kabupaten Malang memiliki kampung penghasil gerabah legendaris. Tepatnya di Kampung Getaan, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Tercatat sejak sebelum tahun 1960, sudah ada banyak penghasil gerabah disana.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
Saat ini, tercatat ada sekitar 153 pengrajin gerabah yang masih eksis berkarya. Para warga Kampung Getaan sendiri kebanyakan menghasilkan gerabah tradisional yang mulai langka.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
Selain menjadi sentra penghasil gerabah, Kampung Getaan kini juga bertransformasi menjadi kampung wisata edukasi. Tujuannya untuk memperkenalkan dan melestarikan kerajinan gerabah.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
Perwakilan Pokdarwis Desa Pagelaran, Widayat, mengaku sempat khawatir dengan regenerasi pengrajin gerabah di Desa Pagelaran. "Kita sebenarnya sedikit prihatin dengan regenerasi pengrajin, terutama pada generasi pemuda ini hampir tidak ada yang meneruskan kerajinan gerabah. Mungkin karena daya jual gerabah yang masih murah," ungkapnya.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
"Tapi dengan model gerabah kreasi yang mengikuti tren, Alhamdulillah itu sekarang sudah mulai berkembang. Dan sekarang generasi muda sudah mulai mau melanjutkan kerajinan gerabah ini," sambungnya.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
Oleh sebab itu, dia berharap, para pemuda bisa ikut membangkitkan kerajinan gerabah lagi agar bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kampung Wisata Gerabah. Foto: Ben
Dia memaparkan, Pokdarwis Desa Pagelaran juga sudah memetakan jenis-jenis wisatawan yang akan berkunjung.
ADVERTISEMENT
"Nanti penyambutannya akan dibagi dua, seperti wisatawan lokal yang sekedar melihat-lihat, berfoto atau selfie sampai membeli gerabah untuk souvernir. Ada juga wisatawan dari sekolah-sekolah khusus, dan di sekolah-sekolah khusus ini yang diutamakan adalah proses pembuatannya," jelasnya.
"Itu sekarang sudah bisa diterapkan, untuk anak sekolah karena pandemi ini jadi belum bisa aktif. Tapi persiapan sudah mulai dilaksanakan saat ini," tutupnya.
Di tempat yang sama, Ketua Paguyuban Pengrajin Gerabah Desa Pagelaran, Sutrisno, bersyukur karena saat ini generasi muda sudah mau meneruskan kerajinan gerabah.
"Kalau perkembangannya mulai saat ini sudah banyak yang meneruskan untuk membuat gerabah kreasi," ucapnya.
Pasalnya, dia mengakui, membuat gerabah bukan perkara mudah yang bisa dipelajari semalam saja. "Untuk anak-anak belajar membuat gerabah sendiri minimal butuh waktu 15 hari, itupun tergantung keinginan anaknya. Kalau masalah membuat gerabah itu dari niat dihatinya sendiri," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau niatnya benar-benar tinggi itu nanti pasti cepat bisa, jadi dengan kemampuan ingin bisa itu bakal membuat anak cepat bisa membuat gerabah," imbuhnya.
Pria yang akrab disapa Tris ini juga menjelaskan jenis-jenis gerabah yang dihasilkan warga. "Warga sini membuat gerabah macam-macam mulai dari kendi, kemaron, cobek, pot hias, guci, sangan, sampai gendok. Kalau harganya bervariasi tergantung model, mulai dari Rp 2 ribu sampai Rp 700 ribu," pungkasnya.