Founder CCF Ingatkan Bahayanya Sampah Plastik bagi Manusia dan Lingkungan

Konten Media Partner
26 September 2021 10:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Founder Climate Change Frontier Eko Baskoro (kiri) dalam sebuah kegiatan.
zoom-in-whitePerbesar
Founder Climate Change Frontier Eko Baskoro (kiri) dalam sebuah kegiatan.
ADVERTISEMENT
MALANG - Founder Climate Change Frontier atau yang dikenal dengan CCFrontier, Baskoro, mengingatkan bahayanya sampah plastik bagi manusia dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap kampanyenya Baskoro menyebut, plastik merupakan salah satu inovasi teknologi bahan dalam bidang kimia. Dikenal memiliki sifat yang serba guna, lentur, tahan lama serta memiliki biaya produksi yang murah.
''Tidak heran jika industri plastik tumbuh dan berkembang dengan pesat dalam memenuhi kebutuhan manusia,'' kata Baskoro. Hampir semua produk disekitar kita memiliki kandungan bahan plastik, seperti tekstil, smartphone, laptop, peralatan listrik dan yang lain.
Founder CCF Eko Baskoro dalam kampanye bahaya plastik. Foto diambil sebelum COVID-19 melanda.
''Namun disisi lain, produk berbahan plastik ini telah berubah menjadi permasalahan serius yang dihadapi hampir disetiap negara di dunia karena dampaknya terhadap lingkungan, manusia, dan mahluk hidup yang lain,'' jelasnya.
Baskoro menyebut 3 produk plastik yang sering dijadikan permasalahan sehingga harus dikurangi bahkan di larang penggunaannya yaitu Tas Plastik, Sedotan Plastik dan Botol Plastik.
ADVERTISEMENT
''Dibutuhkan cara tersendiri untuk dapat mengurangi penggunaan 3 produk plastik tersebut. Dan tidak semua harus ditujukan kepada masyarakat umum,'' tandasnya.
Seperti yang dilakukan oleh Climate Change Frontier atau yang dikenal dengan CCFrontier. Komunitas yang peduli terhadap lingkungan danm kemanusiaan ini didirikan tahun 2015. Sejak tahun 2015 komunitas ini telah memberikan perhatian lebih terhadap mengurangi plastik. Baskoro selaku Founder CCF menyampaikan “Kami telah bergerak mengurangi plastik sejak 2015. Berupaya menumbuhkan kesadaran akan bahaya plastik khususnya atas 3 produk plastik yaitu tas plastik ; sedotan plastik ; dan botol plastik,” ujar Baskoro.
Totebag Campaign
Kegiatan CCF.
Gerakan mereka diawali dengan mengurangi penggunaan tas plastik sejak tahun 2015. Target mereka adalah masyarakat. Dalam mengedukasi masyarakat mereka selalu membagikan totebag secara gratis sebagai pengganti tas plastik. Totebag memang dipilih CCF bukan karena 100% ramah lingkungan namun dikarenakan totebag memiliki durability yang tinggi.
ADVERTISEMENT
“Kami memilih totebag karena durabilitynya, butuh sekitar 1 bulan lebih untuk rusak jika kita pakai sehari-hari. Logika sederhana, andai setiap hari kita membuang 3 tas plastik, maka jika kita memakai totebag, itu artinya kita telah mencegah sekian banyak tas plastik untuk dibuang ke alam tiap bulannya. Dan lagi tas yang ramah lingkungan seperti tas dari singkong masih ada celah kekurangannya selain harganya yang mahal,” kata Baskoro.
#byesedotanplastik Campaign
Gerakan mereka berlanjut dengan mengurangi sedotan plastik yang mereka sebut #byesedotanplastik. Target mereka bukan masyarakat umum namun para pelaku usaha seperti cafe ; resto ; dan hotel. Mereka memilih target para pelaku usaha karena mudah dikontrol dari pada masyarakat umum. Baskoro CCF menyampaikan, “Target kami para pelaku usaha, misal sebuah cafe setiap harinya membuang sekitar 500 sedotan plastik. Dengan gerakan ini, dapat dihitung berapa persen penurunan penggunaan sedotan plastik tiap harinya. Kalau target kita masyarakat umum akan sulit.”
Kegiatan CCF.
Sudah sekitar 50 an para pelaku usaha yang tergabung dalam gerakan #byesedotanplastik. Awalnya gerakan ini mengharuskan para pelaku usaha untuk sama sekali tidak menggunakan sedotan plastik. Namun kenyataan berbeda saat mereka turun ke lapangan.
ADVERTISEMENT
Sehingga mereka merubah tujuan dari gerakan ini, dimana para pelaku usaha tidak lagi menggunakan sedotan plastik kecuali by request. Disisi lain mereka juga merekomendasikan penggunaan sedotan yang ramah lingkungan seperti sedotan kertas dan sedotan jagung. Walau sulit diterima karena harga yang mahal dibanding sedotan plastik.
“Silahkan ganti sedotan plastik dengan sedotan yang lebih ramah lingkungan namun jangan ganti prinsip Sekali-Pakai dengan Berulangkali-pakai” imbuh Baskoro CCF. Hal ini dia sampaikan karena [saat itu] masih ada cafe dan resto yang menyediakan sedotan dipakai bergantian untuk customer mereka, seperti sedotan stainless. Survey yang pernah mereka lakukan menyebutkan bahwasanya hampir 90% customer enggan menggunakan sedotan berulangkali pakai, karena faktor kebersihan.
#byesmallestbottles Campaign
ADVERTISEMENT
Gerakan mengurangi plastik selanjutnya adalah mengurangi botol plastik. Gerakan ini ditujukan pada perusahaan pengguna botol plastik. Atau perusahaan yang menggunakan botol plastik untuk produk mereka. Mereka menyampaikan Pembatasan Ukuran Botol Plastik. Dimana mereka berharap perusahaan tidak lagi menggunakan botol dengan ukuran dibawah 500 ML untuk produk mereka, seperti 220 atau 250 ML.
“Coba bayangkan, kita dijalan di siang hari. Merasa haus kemudian membeli air mineral dalam kemasan 220 ML. Minimal kita beli 3 botol. Beli sekarang ; Diminum sekarang ; dan menjadi sampah diwaktu yang bersamaan,” tutur Baskoro.
Pelarangan penggunaan botol plastik adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Maka dari itu CCF menyampaikan Pembatasan Ukuran Botol Plastik.
''Mari tetap menjaga Bumi. Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian tidak lah mudah. Dibutuhkan kerja keras untuk itu,'' pungkas Baskoro.
ADVERTISEMENT