Geger Fetish Mukena, Pakar Kesehatan Mental: Ada Masalah Kejantanan

Konten Media Partner
20 Agustus 2021 18:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mukena. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mukena. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
MALANG - Setelah Gilang pengidap fetish kain jarik, asal Surabaya, kini ada lagi pengidap serupa di Kota Malang. Dia adalah Dimas Alvian, pengidap fetish mukena.
ADVERTISEMENT
Lelaki berkacamata ini viral usai ketahuan memanfaatkan foto-foto model mukena kenalannya untuk dijadikan konten di sebuah akun fetish.
Pakar Kesehatan Mental dari Universitas Brawijaya, Sumi Lestari, ikut angkat bicara memberikan analisis terkait perilaku aseksual ini. Namun, apakah pria ini mengidap fetish, masih belum dipastikan. Perkara inipun sedang diproses pihak kepolisian.
Menurut dia, faktor penyebab perilaku aseksual ini ada banyak macam. Umumnya diakibatkan faktor traumatis seperti pelecehan atau kekerasan seksual. Pengalaman ini membuat tubuhnya menolak atau mengalihkan objek seksualnya.
Selain itu, secara prevalensi menyebutkan gangguan fetish ini banyak dialami pria daripada wanita karena faktor kejantanan. Di mana jika dorongan seksual ini tidak terpenuhi, maka muncullah sikap inferioritas hingga perasaan ketakutan berlebih mengalami penolakan pasangannya.
ADVERTISEMENT
''Akhirnya pelarian seksual dialihkan ke obyek benda mati, sebagai pelindung dan mengimbangi perasaan ketidakmampuannya (kejantanan). Kalau benda matikan bisa dia kontrol daripada manusia,'' jelasnya, pada Jumat (20/8/2021).
Sumi menjelaskan, fetish adalah gangguan orientasi seksual pada benda mati atau bagian tubuh genital yang tidak umum. Misal sepatu, sapu tangan, kain jarik, rambut, hingga terbaru ini mukenapun ternyata bisa jadi objek fetish.
''Jadi saat melihat benda yang jadi preferensinya itu terjadi dorongan erotisme. Termasuk bagian tubuh non-genital kayak jari, telapak tangan, kaki itu juga cenderung jadi objek fetish,'' jelas dia.
Sumi menambahkan, obyek fantasi seksual para pengidap fetish ini bersifat random. Tergantung dari persepsi erotisme dan pengalaman individu itu sendiri. ''Kalau orang umumnya ngeliat bibir itu bergairah, tapi kalau pengidap fetish tidak,'' jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pengidap fetish, kata Sumi, bisa jadi ada di sekitar kita. Namun memang tidak mudah dalam mengidentifikasi ciri-ciri mereka karena memang sifatnya yang terselubung. Namun, perilakunya bisa dideteksi sejak dini di usia remaja hingga dewasa.
Gejala yang paling bisa diamati adalah perilaku anak saat melihat satu objek terus-menerus selama 6 bulan lamanya. Hingga kemudian pengidap ini akan memiliki fantasi atau perasaan senang berlebih jika menemui objeknya.
''Bahkan sampai dikoleksi. Nah itu perlu dicurigai karena bisa jadi cenderung mengarah ke fetish jika tak terkendali,'' ungkapnya.
Biasanya, orang dengan gangguan aseksual ini juga asosial. Dia sering terlihat murung dan menyendiri. Fungsi manusia sebagai makhluk sosial dan pribadi ikut terganggu.
''Karena memang ada tekanan pribadi dalam dirinya sehingga tidak bisa melakukan pekerjaan dan bersosialisasi dengan baik sehari-hari,'' tandasnya.
ADVERTISEMENT