Konten Media Partner

Geliat Bisnis Lokalisasi Suko di Malang yang Tersamarkan Rumah Karaoke

16 Juli 2020 9:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokalisasi Suko. Foto: Rizal Adhi.
zoom-in-whitePerbesar
Lokalisasi Suko. Foto: Rizal Adhi.
ADVERTISEMENT
MALANG - Bisnis prostitusi atau biasa disebut bisnis esek-esek seperti tidak ada matinya. Meskipun kerap kali dilarang, nyatanya bisnis ini terus beroperasi dengan berkedok panti pijat atau rumah karaoke yang menyediakan wanita-wanita panggilan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya di eks Lokalisasi Suko, di Dusun Suko, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Puluhan rumah-rumah karaoke berjajar di sepanjang jalan menjajakan wanita-wanita berpakaian seksi demi menarik pria hidung belang.
Ketua RT 29 RW 03 Dusun Suko, Iskandi, mengatakan jika kebanyakan para Pekerja Seks Komersial (PSK) tersebut berasal dari berbagai kota besar di Indonesia.
"Perempuan-perempuan itu bukan asli sini kebanyakan, mereka dari mana-mana. Mulai dari Blitar, Surabaya, Jakarta dan lain-lain," ujar Iskandi, di rumahnya, pada Kamis (16/7/2020).
Berdasarkan data dari Ketua RT, total ada 44 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Suko ini. "Kalau yang pendatang ada sekitar 9 orang," beber pria yang sudah 4 tahun menjadi Ketua RT ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Iskandi, para pendatang ini bersifat nomaden alias tidak menetap tinggal di Dusun Suko. "Pendatang di data juga tapi mereka tidak selalu menetap. Mereka yang mengontrak rumah yang sendiri ada, yang bersama yang punya rumah ada," ucapnya.
Pemilik salah satu rumah karaoke ini juga mengatakan, di Dusun Suko ini memiliki sebuah paguyuban yang membawahi setiap rumah karaoke di sini.
"Usaha di sini rata-rata karaoke atau warung kopi dan makan. Semua di sini satu paguyuban karaoke, cuma nama karaokenya beda-beda," jelasnya.
Tarif untuk rumah karaoke milik Iskandi sendiri dikemas dalam bentuk satu paket. Harga paketnya Rp 400 ribu. Mendapatkan fasilitas 6 botol bir, satu jam karaoke dan seorang purel (PSK).
"Semua tarif paketnya sama karena ditetapkan oleh satu paguyuban. Jadi semua segitu (harganya)," terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, salah seorang PSK, Bunga (nama samaran), mengaku sudah lebih dari 10 tahun bekerja di Lokalisasi Suko ini.
Biasanya, ketika pagi sampai sore hari, Bunga membuka warung kopi. Namun saat malam hari, dia mulai aktif menjajakan diri. "Tapi kadang kalau siang ada pelanggan ya ditinggal dulu warungnya," ujar wanita asal Blitar ini.
Dalam sehari, Bunga bisa menerima 2 tamu di masa pandemi COVID-19 ini. "Sekarang cuma 1-2 orang saja. Soalnya masih Corona jadi sepi," paparnya.
Bunga menjelaskan, di Dusun Suko ini dirinya tinggal di rumah germonya yang juga membuka warung sekaligus rumah karaoke.
Sementara itu, seorang penjaga parkir yang tidak ingin disebutkan namanya, menjelaskan jika rumah-rumah karaoke ini menjamur sejak pembubaran Lokalisasi Suko pada 2014 silam. "Ya sejak dibubarkan itu ada tempat karaoke di sini," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, sejak itu perizinan di eks Lokalisasi Suko ini berubah menjadi ijin usaha rumah karaoke. "Ijinnya kan sekarang jadi usaha karaoke semua sekarang," ungkapnya.
Perlu diketahui, Lokalisasi Suko adalah lokalisasi legendaris di Kabupaten Malang. Bahkan rumornya, tempat ini adalah yang terbesar setelah Lokalisasi Dolly di Surabaya.
Berdiri sejak 1960, lokalisasi yang terletak di tengah persawahan ini seolah sulit dibubarkan. Baik oleh pejabat Desa Sumberpucung maupun Bupati Malang sekalipun. Bahkan, jumlah germo dan wanita-wanita penjaja seks terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Setelah ditutup oleh Bupati Malang, Rendra Kresna, pada 2014, Lokalisasi Suko berubah wujud menjadi rumah karaoke, kafe, dan panti pijat. Namun dengan parktik prostitusi yang sama.