Konten Media Partner

Heri Cahyono Sebut Ada Saling Sandera di Pilkada, Seperti Apa?

2 Desember 2020 11:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
3 Paslon Bupati Malang. Foto: Ben
zoom-in-whitePerbesar
3 Paslon Bupati Malang. Foto: Ben
ADVERTISEMENT
MALANG - Calon Bupati Malang incumbent, Muhammad Sanusi dan Calon Bupati Malang dari jalur independen, Heri Cahyono, sejak debat pertama, seringkali terlibat debat panas.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam debat pamungkas pada tadi malam, begitu kentara rivalitas keduanya. Bahkan sampai saling sebut kekurangan masing-masing secara live.
Perdebatan panas ini bermula saat pertanyaan panelis terkait cara setiap Pasangan Calon (Paslon) untuk meningkatkan index antikorupsi masyarakat Kabupaten Malang yang dijawab oleh Paslon nomor urut tiga, Heri Cahyono dan Gunadi Handoko.
Heri Cahyono sempat menyinggung bahwa sikap antikorupsi bisa dimulai para Paslon sejak masa kampanye ini. "Harus ada keterbukaan biaya kampanye dari Paslon satu dan dua," tegasnya.
Heri Cahyono mencurigai, adanya kejanggalan pada dana kampanye Paslon lain yang diduga tidak sesuai dengan laporan kekayaan yang diberikan pada KPU Kabupaten Malang.
Mendengar hal tersebut, Sanusi sempat emosi karena terpancing statement tersebut. Dia bahkan sempat memprotes pernyataan tersebut pada moderator yang ada didekatnya.
ADVERTISEMENT
"Saya perlu mengatakan bahwa dalam peraturan debat ini seharusnya tidak diperbolehkan menyerang secara personal," balas Sanusi.
Perdebatan tersebut ternyata belum usai. Saat memasuki sesi debat terbuka, Heri Cahyono menegaskan tidak menyerang secara personal. "Saya konfirmasi saya tidak menyerang personal, tapi saya mengatakan fakta," tegasnya.
Penyataan tersebut kembali ditanggapi Sanusi dengan mengatakan jika Heri Cahyono tidak mengerti aturan. "Memang sudah berbicara pada orang yang tidak tahu aturan. Makanya pak Heri tak tahu aturan dan Bupati saja yang diserang," ujarnya.
Heri Cahyono kembali menepis tuduhan tersebut. Dia mengatakan dirinya mengerti birokrasi. Dia bahkan sempat menyinggung masalah pupuk yang diperdebatkan pada debat publik kedua.
"Tentu kami mengerti aturan. Seperti kami mengerti aturan terkait pupuk. Jadi tidak lagi menyalahkan Pak Kholiq (Ketua PKPTR) terkait pupuk," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sanusi sempat kembali berang saat sesi debat terbuka antara Paslon Dua dan Tiga. Dia bahkan sempat memotong perdebatan keduanya meskipun bukan gilirannya bicara.
Saat itu, Heri Cahyono yang berdebat dengan Calon Wakil Bupati Malang nomor urut dua, Didik Budi Muljono, terkait salah seorang ASN pindahan dari Papua dan langsung menjadi Kepala Dinas hanya dalam beberapa bulan saja.
Usai debat publik, permasalahan keduanya ternyata masih dibawa saat pers conference bersama wartawan.
Heri Cahyono sempat menyebut jika di Paslon nomor urut satu, antara Calon Bupati dan Wakil Bupati terikat hubungan saling sandera.
"Karakter arek Malang itu lugas, dan itu tidak ada di daerah lain. Dan Pak Sanusi dan Pak Didik itu saling sebut di media sosial, begitupun di debat mengarah di situ," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Mereka pernah satu jabatan. Ini bahaya jika calon pimpinan itu ada sesuatu yang mereka sebenarnya tahu tapi baru dibuka kalau ada kepentingan. Kan ini menyandera. Kalau salah satunya jadi bupati maka satunya pasti bisa menurunkan," imbuhnya.
Pengusaha asal Kasembon ini melihat, keduanya saling memegang kartu truf. "Jadi posisinya ada kasus-kasus tapi hanya mereka yang tahu, jadi saling menyandera dan saling ada kartu truf," tukasnya.
Alih-alih menjawab tudingan tersebut, Sanusi tidak ingin berkomentar. Dia justru kembali mengatakan jika Heri Cahyono tidak mengerti peraturan.
"Itu saya tidak akan berkomentar karena berkali-kali sepertinya tidak mengerti tata kelola birokasi. Selalu bicara menggunakan opini," jelasnya.
"Kita ini berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia, kabupaten harus tunduk pada provinsi dan provinsi harus tunduk ke pusat. Semua diartikan seperti mengelola perusahaan, sehingga ada tata aturan, dipikir Bupati itu segalanya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Alumni UIN Malang ini bahkan menyindir Heri Cahyono dengan mengatakan ingin membagi-bagikan pantai selatan.
"Masyarakat Kabupaten Malang harus jeli memilih pemimpin yang tahu aturan. Kemarin mau bagi-bagi pantai selatan, itu milik siapa?," tanyanya.