Hikayat Monyet di Pemandian Wendit Malang

Konten Media Partner
18 Juni 2020 12:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandian Wendit. Foto: Rizal Adhi.
zoom-in-whitePerbesar
Pemandian Wendit. Foto: Rizal Adhi.
ADVERTISEMENT
MALANG - Pemandian Wendit di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terkenal dengan monyet-monyet yang berkeliaran. Padahal, pemandian tersebut dikelilingi rumah-rumah warga.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Mangliawan, Suprapto, menjelaskan jika warga sekitar percaya bahwa monyet-monyet di Pemandian Wendit adalah pelindung mata air.
"Di Wendit ini dipercaya oleh masyarakat Tengger ada mata air yang dianggap sakral. Dan monyet-monyet ini dipercaya sebagai utusan dari kerajaan di Tengger untuk melindungi sumber mata air," terang Suprapto, di kantor Desa Mangliawan, pada Selasa (16/6/2020).
Pemandian Wendit. Foto: Rizal Adhi.
Suprapto menambahkan, dulunya pemandian Wendit ini dipercaya sebagai tempat favorit raja Majapahit yang termasyhur, yakni Raja Hayam Wuruk. Kemudian, Bupati Malang yang pertama sampai yang kedua merupakan keturunan asli raja tersebut.
Suprapto mengkisahkan, menurut penuturan kakek buyutnya, Pemandian Wendit diambil dari kata 'pendito' yang artinya pendeta.
"Dulu di daerah Wendit ini sempat mengalaminya kekeringan akibat pergeseran Gunung Widodaren. Akibatnya banyak daerah yang mengalami kekeringan," ujarnya serius.
ADVERTISEMENT
Lalu muncul seorang pendeta yang bertapa di wilayah Mangliawan. "Dalam pertapaannya tiba-tiba muncul sumber air yang membuat wilayah tersebut subur kembali," kisah Suprapto.
Dia dan warga mempercayai jika pendeta yang bertapa di wilayah Mangliawan adalah keturunan raja Hayam Wuruk.
"Pendeta tersebut adalah anak dari Bupati Malang kedua yang tidak ingin meneruskan pemerintahan ayahnya. Anak dari Bupati Malang kedua tersebut lebih memilih mendalami ajaran spiritual yang biasa disebut Lelono," imbuh Suprapto.
Lalu, monyet-monyet yang mendiami wilayah Wendit dipercaya sebagai jelmaan pasukan Majapahit yang juga pengikut pendeta tersebut.
"Sejak saya kecil, jumlah monyet itu ya segitu-gitu saja. Tidak bertambah atau berkurang. Tapi untuk jumlah pastinya saya tidak tahu," ujarnya.
Bahkan, ketika penjajahan Belanda, orang-orang Eropa juga mempercayai manfaat sumber mata air Wendit. "Waktu penjajahan Belanda di sekitar pemandian Wendit dibangun lapangan tenis dan dibuat hutan kecil," ujar Suprapto bersemangat.
ADVERTISEMENT
"Namun, tempat tersebut sempat rusak ketika penjajahan Jepang, tapi sebulan sekali monyet tersebut diberikan vaksin oleh tentara Jepang," paparnya.
Kini, wisata Pemandian Wendit sudah menjadi salah satu wisata terindah dan tertua di Kabupaten Malang. Bahkan, kini sudah ada waterboom untuk memanjakan wisatawan anak-anak.