HUT 75 Tahun Korps Marinir Indonesia, Begini Nasib Monumen Perjuangan di Malang

Konten Media Partner
15 November 2020 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monumen perjuangan. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Monumen perjuangan. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Di sudut Kota Malang, terdapat sebuah monumen kecil bertuliskan dua nama pejuang yakni Warsito dan Samino. Tepatnya di pekarangan rumah warga di kawasan padat penduduk, di Jalan Selorejo B, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
ADVERTISEMENT
Warsito dan Samino adalah tentara PAS O (Pemuda Angkatan Samudra Oembara) yang merupakan pasukan Angkatan Laut. Keduanya tewas tertembak saat baku tembak dengan tentara sekutu, untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer.
Menurut keterangan warga sekitar, monumen ini dibangun sekitar tahun 80-an dan diresmikan oleh seorang TNI AL berpangkat Serma (Sersan Mayor) dari Lanal Malang.
Monumen perjuangan. Foto: dok
Sebelumnya sebagai penanda, hanya ada sebuah nisan dan tanda salib bertuliskan kedua nama pejuang ini. Sebab keduanya berkeyakinan Islam dan Kristiani.
Tepat di Momentum Hari Pahlawan juga merayakan hari jadi Korps Marinir Indonesia ke-75, sekumpulan pemuda yang terdiri dari Karang Taruna, GM-FKPPI, dan GP Ansor melakukan upacara dan doa bersama tepat di Monumen tersebut. Sebagai sebuah refleksi kegigihan perjuangan arek-arek Malang dalam mempertahankan kemerdekaan, pada Sabtu (14/11/2020).
ADVERTISEMENT
"Sebagai putra-putri purnawirawan, tentu sebuah kewajiban bagi kami terus mengingat perjuangan para pendahulu dalam mempertahankan kemerdekaan. Sekarang saatnya generasi muda seperti kami melanjutkan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan," ujar Ketua GM-FKPPI Rayon Lowokwaru, Rio.
Senada, Ketua Karang Taruna Kelurahan Lowokwaru, Ganda, mengingatkan pentingnya pemuda sebagai simbol perjuangan. "Semangat perjuanganlah yang akan membuat pemuda berjaya di masa depan," ujarnya.
Menurut warga yang juga anak veteran pejuang, Mulyono, warga sekitar secara rutin melakukan upacara di monumen kecil ini setiap tanggal 16 Agustus tepat jam 12 malam, setiap tahunnya. Di hari sebelumnya, biasanya warga mencuci dahulu kemudian mengecat monumen ini.
"Dulu setiap upacara ada perwakilan TNI AL yang kesini. Tapi belakangan sudah tidak ada lagi, hanya warga saja," terang pria paruh baya itu.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, momen-momen ini harus selalu dilakukan untuk menjaga marwah Malang Kota Pejuang. Khususnya oleh generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa. "Pesan Bung Karno soal Jas Merah hendaknya harus selalu diingat," imbaunya.(*)