Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Inilah Makam Mbah Wastu, Sosok Legenda Babat Alas Kota Batu
12 April 2022 18:39 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mbah Batu sendiri adalah sosok leluhur atau tokoh babat alas yang dihormati. Dari cerita yang beredar, nama aslinya Dewi Condro Asmoro atau dipanggil Mbah Wastu atau Mbah Tuwo. Seiring waktu pelafalan nama itu mengalami penyingkatan menjadi Mbah Tu. Penyingkatan nama panggilan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal penamaan Kota Batu.
Latar belakang sejarah inilah yang kemudian makam ini dianggap memiliki kekuatan magis tersendiri. Tak sedikit, masyarakat baik dari Kota Batu maupun dari luar kota selalu ziarah ke makam ini meminta doa restu keselamatan hingga riyadoh.
''Orang ziarah ke sini tujuannya macam-macam. Ada yang ziarah saja, ada yang meminta doa, ada juga yang pamitan mohon keselamatan sebelum melakukan perjalanan. Kalau saya, niatnya riyadoh (mendekatkan diri pada tuhan, red),'' tutur Wahyudi (44), salah satu pegiat spiritual di sana.
Pria asal Singosari ini mengaku sering menginap di kompleks makam ini sudah sejak akhir 2021 lalu. Sehari-hari, Wahyu mengisi kegiatan di sana dengan beribadah dan berdiskusi dengan sesama peziarah. ''Ini karena saya dapat dawuh dari guru-guru saya,'' tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain Wahyu, ada juga peziarah lain yang datang dengan tujuan berbeda. Hingga saat ini, kompleks makam Mbah Wastu ditetapkan menjadi situs resmi wisata religi bersejarah di Kota Apel ini.
Bahkan, pejabat-pejabat di Kota Batu juga selalu berziarah pada momen peringatan hari jadi Kota Batu setiap 17 Oktober. Meski raganya sudah menghilang, Mbah Batu tetap dipercaya menjaga wilayah Kota Batu.
''Beliau itu tokoh yang menyebarkan agama islam di berbagai daerah termasuk di sini, di Kota Batu bahkan sampai akhir hayatnya juga di sini,'' jelas Kepala Desa Bumiaji, Edy Suyanto.
Dari sejarah lisan yang beredar, Mbah Wastu disebut sebagai tokoh bedah kerawang atau babat alas (pendiri, red) wilayah yang berada di lereng Gunung Arjuno dan Panderman ini.
ADVERTISEMENT
Bicara sosok Mbah Wastu sendiri adalah murid dari Pangeran Rojoyo yang adalah anak dari Sunan Kadilangu, cicit dari Sunan Kalijogo. Kehadiran Mbah Wastu sampai di sini karena sedang melarikan diri dari kejaran tentara Belanda.
Sesampainya disini, beliau mendirikan padepokan di kaki Gunung Panderman dan mengajarkan berbagai ilmu agama Islam kepada masyarakat. Untuk mengecoh Belanda, beliau yang juga dijuluki Syekh Abul Ghonaim ini punya nama lain yakni Kiai Gubuk Angin atau Mbah Wastu, yang kemudian disingkat jadi Mbah Tu.
Mbah Wastu sendiri terus mengajarkan berbagai ilmu dan syiar agama Islam di Batu dan wilayah sekitarnya hingga meninggal di tahun 1847. Selain Mbah Wastu, di kompleks makam seluas 500 m² ini juga terdapat makam 3 tokoh lain yakni Pangeran Rojoyo, Dewi Mutmainah dan Kyai Naim.
ADVERTISEMENT