Kemendikbud: Anak Belajar dari Rumah Perlu Pendampingan Orang Tua

Konten Media Partner
1 Juli 2020 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suasana Wibinar yang digelar oleh LP2M UM, Rabu (1/6). Foto: andita
MALANG – Masa pandemi COVID-19 yang belum usai ini, seakan memperbarui cara belajar konvensional di kelas. Belajar secara daring di rumah, dirasa lebih tepat dan aman. Namun bagaimana dengan sistem pembelajaran untuk mendukung program belajar dari rumah?
ADVERTISEMENT
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) membahasnya dalam webinar “Support System Pembelajaran dari Rumah untuk Anak dengan Permasalahan Kecerdasan, Sosial, dan Emosi," Rabu (1/6). Pemateri webinar; Analis Pelaksanaan Kurikulum di Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud RI Dr Baharudin MPd, Kepala Sekolah SLB River Kid Malang Sri Retno Yuliani Spsi, dan Dosen PLB UM Dr Ahsan Romaddlon Junaidi SPd MPd.
Suasana Wibinar yang digelar oleh LP2M UM, Rabu (1/6). Foto: andita
Baharuddin menyampaikan, konsep pendidikan di masa pandemi, dilakukan demi keselamatan seluruh elemen warga belajar, khususnya peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Saat ini, belajar dari rumah memang menjadi solusi kebijakan Kemdikbud.
“Anak atau peserta didik disabilitas masuk kategori rentan, mengingat juga memiliki ketergantungan yang relatif tinggi terhadap orang tua atau pendamping,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Belajar dari rumah kata Baharuddin, juga untuk terus memenuhi hak peserta didik mendapatkan layanan pendidikan. Hal ini, berlaku umum untuk semua peserta didik.
Suasana Wibinar yang digelar oleh LP2M UM, Rabu (1/6). Foto: andita
Begitu juga kata Sri Retno, PDBK membutuhkan pendampingan intensif, apalagi dalam proses belajar dengan metode daring. Keragaman karakteristik anak menurutnya, menuntut pendamping lebih teliti, detail, dan fokus. Orang tua lanjutnya, memiliki tantangan besar terutama untuk menggantikan peran guru di rumah.
“Orang tua tentu mengalami perubahan rutinitas dengan adanya kebijakan belajar dari rumah ini. Maka orang tua harus komitmen dan tidak putus asa untuk membimbing,” kata Sri Retno.
Ads
Sementara Ahsan menjelaskan, peran orang tua sangat vital dalam proses pembimbingan anak belajar dari rumah. Khususnya dalam menghadapi permasalahan karakter ataupun emosi anak atau peserta didik. Namun orang tua menurutnya tidak berjalan sendirian, sekolah atau guru juga ikut berperan aktif melakukan koordinasi dengan para orang tua, untuk menjembatani kebutuhan belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Ads.
“Orang tua harus mampu memahami paradigma proses pembelajaran, ini kunci sukses belajar dari rumah. Memahami karakter anak, dan melakukan koordinasi dengan guru,” tuturnya.
Butuh komitmen dan kesabaran, orang tua melakukan pendampingan belajar anak dari rumah. Perlahan, akan terjadi pola yang baik. Jika saat ini orang tua masih belum siap kata Ahsan, maka perlu latihan. Dan melatih kemampuan orang tua, lanjutnya, menjadi tanggungjawab sekolah.
Suasama webinar oleh LP2M UM.
“Bila perlu sekolah membongkar habis kurikulum untuk menyesuaikan kondisi masing-masing anak. Sekolah punya kewenangan melakukan itu,” pungkasnya.
Reporter : Andita Eka Wahyuni
Editor : Fajrus Sidiq