Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kesaksian Penjual Kopi Melihat Jembatan Gladak Perak Roboh
5 Desember 2021 16:47 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
LUMAJANG - Jembatan Gladak Perak, satu-satunya akses penghubung Lumajang-Malang terputus akibat diterjang aliran lahar awan panas guguran pada Sabtu (4/12/2021).
ADVERTISEMENT
Kini, jembatan sepanjang 192 meter itu hanya tersisa puing-puing yang hancur berselimutkan material vulkanik di dasar sungai Besuk Sat.
Jembatan Gladak Perak yang roboh itu merupakan jembatan baru yang dibangun sekitar tahun 2000-an. Menggantikan jembatan lama yang dibangun pada zaman kolonial sekitar tahun 1925 dan 1952.
Jembatan lama yang juga masih ada, tepatnya di sisi utara yang tidak difungsikan, ikut ambrol diterjang aliran awan panas ini.
Nurul Hasanah (29), salah satu penjual di warung kopi persis di pinggir jembatan Gladak Perak menuturkan kesaksiannya. Waktu itu, dia berjualan seperti biasa. Hanya ada empat orang yang sedang nongkrong saat itu.
Hingga kemudian tiba-tiba dia merasa ada yang ganjil karena aliran air Besuk Sat tiba-tiba jadi deras. ''Saat dilihat, ada wedus gembel dari kawah Semeru dan ternyata ada aliran lahar ke sungai deras sekali. Asapnya mengepul. Begitu tahu kami langsung lari ke atas,'' kisah dia.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui Tugu Malang ID, Nur Hasanah bersama pemilik warung tengah sibuk membereskan dagangan yang terpaksa ditinggalkan pasca kejadian. Seluruh isi warung tampak diselimuti abu vulkanik tebal.
Waktu kejadian, lanjut Nurul, jembatan Gladak Perak tidak langsung roboh. Nurul yang terpaksa bolak-balik mengecek ke warung baru melihat jembatan ini roboh pada sekira pukul 16.00 WIB. ''Bunyi gruduk-gruduk keras sekali,'' kenangnya.
Dia bersama warga lain yang terjebak di jalan yang tak jauh dari jembatan hanya bisa bergidik ngeri dan melantunkan kalimat takbir. Tak lama, begitu dirasa situasi kondusif, Nurul bersama empat tamu warung lainnya bergegas menyelamatkan sepeda motor di depan warung dan lari menuju tempat yang aman.
''Nah, kemudian waktu itu tiba-tiba sudah gelap aja. Padahal saya liat jam masih jam empat sore. Udah gak sempet selamatin apa-apa, cuman bawa hape aja,'' kenangnya.
ADVERTISEMENT
Nurul menururkan bahwa kejadian ini bisa dibilang paling parah jika dibanding erupsi Gunung Semeru sebelum-sebelumnya. Seperti di tahun 2019 lalu misalnya, aliran lahar tidak sampai menerjang pemukiman warga.
''Ini tergolong tinggi lho abunya, kemarin-kemarin gak sampai segitu,'' terangnya, menunjukkan ketebalan material vulkanik.
Seperti diketahui, luncuran awan panas yang terjadi juga membuat kerusakan parah di permukiman warga terutama di enam desa. Bahkan, ada satu dusun yang sebanyak 25 rumah terendam endapan material vulkanik.
Dilaporkan, ada sekitar 1.250 warga di Kabupaten Lumajang terpaksa mengungsi di sejumlah titik yang tersebar di Kecamatan Pronojiwo, Kecamatan Pasirian, dan Kecamatan Candipuro.
Hingga saat ini, untuk kerugian materil akibat peristiwa ini masih dilakukan pendataan. Untuk korban jiwa meninggal dunia tercatat ada 13 orang dan 41 orang mengalami luka bakar. Semua sudah ditangani. Data ini akan terus dimutakhirkan.
ADVERTISEMENT
BPBD terus melakukan koordinasi bersama perangkat desa setempat dan Pos Pengamat Gunung Api (PPGA) terkait pemutakhiran aktivitas Gunung Semeru.