Konten Media Partner

Keseruan Blitar Reunitour IKA-PLS 1983 Universitas Negeri Malang

19 Juni 2022 19:08 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IKA-PLS 1983 UM saat Reunitour di Blitar. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
IKA-PLS 1983 UM saat Reunitour di Blitar. Foto: dok
ADVERTISEMENT
BLITAR - Sebuah mobil berplat nomor Banyuwangi memasuki halaman Wisma Moeradi, pada Jumat (17/6/2022), jam 16.30 WIB. Tampak gembira, pasutri berusia menjelang enam puluhan turun dan dipersilahkan masuk oleh petugas kebersihan wisma. Tak berapa lama, beberapa pria seusia mereka tampak memasuki wisma dan saling menyapa penuh keakraban.
ADVERTISEMENT
Semakin malam, beberapa tamu, baik bersama keluarga maupun bersama teman, juga memasuki wisma. Peluk kerinduan, gurauan ambyar dan obrolan pecah berlangsung sangat seru di lobi utama wisma milik Pemerintah Kabupaten Blitar itu.
Sabtu (18/6/2022) dini hari hingga siang, semakin banyak tamu yang sendirian, sejoli, maupun pasutri dan putra-putri mereka.
Ada yang dari Papua, Tapanuli, Tangerang, Bandung, Banyuwangi, Surabaya, Malang, Madiun, Ngawi, Kediri, Tulungagung, dan kota atau kabupaten lain. Terbanyak berasal dari kota dan kabupaten di Jawa Timur. Siapakah mereka? Sedang apa mereka?
Nilai Tambah
IKA-PLS 1983 UM saat Reunitour di Blitar. Foto: dok
“Selamat datang di Blitar sahabat-sahabat semua,” sambut Izul Marom, tuan rumah, lewat pesan singkat. Pria berpenampilan kalem yang juga Sekda Kabupaten Blitar itu, belum bisa bergabung karena sedang menerima kunjungan kerja Moeldoko.
ADVERTISEMENT
Bersama Supriyono, Jambur, Hariyanto, Sugiyono, Eny Setyowati, Siswo Adi, yang tak lain adalah rekan sekelas semasa kuliah di Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) IKIP Malang (Universitas Negeri Malang), mereka menjadi tuan rumah temu tahunan. Sebelum Blitar, acara serupa dilaksanakan di Bandung, dengan Djarot Hidayat sebagai tuan rumah.
Temu kangen sembari wisata atau reunitour begini memang menggejala belakangan ini. Setiap daerah, kota, maupun kabupaten, berpotensi sebagai destinasi reunitour. Tak hanya kota pendidikan, semisal Bandung, Yogyakarta, dan Malang yang berpotensi menjadi destinasi tipe wisata ini, tetapi juga daerah yang warganya punya banyak temah kuliah di daerah lain.
Blitar adalah contoh daerah yang warganya punya banyak temah kuliah di daerah lain. Mereka bisa berinisiatif untuk mengajak rekan-rekan sekelas semasa kuliah untuk reunitour di daerahnya.
ADVERTISEMENT
Ada nilai tambah tersendiri gaya reunitour seperti ini dibanding gaya-gaya wisata biasa. Mengapa? Selain mendapat hosts and tourguide yang paham betul acara dan destinasi menarik, pertemuan dan kebersamaan para peserta saja sudah menjadi kegembiraan tersendiri. Nyaris tak ada waktu tanpa rasa bahagia dan haru.
PLS Lapan Tiga
IKA-PLS 1983 UM saat ziarah di Makam Bung Karno. Foto: dok
PLS Lapan Tiga adalah sebutan ringkas teman sekelas Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Malang atau Universitas Negeri Malang tahun akademik 1983/1984. Hingga sekarang, masih rutin menyelenggarakan temu tahunan, terkecuali ada larangan dari pemerintah.
Semula, jumlah anggotanya ada 60, kemudian bertambah satu orang masukan sarjana muda, dan dua orang pindahan dari perguruan tinggi lain. Ada satu anggota yang wafat saat masih kuliah, Muchyidin yang alhamdulillah senantiasa disebut dan didoakan dalam setiap pertemuan. Beberapa orang tidak bisa dihubungi atau tidak aktif dengan pertimbangan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sifat dasar jurusan PLS yang broad-based dan luwes menjadikan alumninya memiliki profesi bermacam-macam. Izul Marom, yang gelar M Sc-nya dari Brock University, adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar. Angkatan ini juga menghasilkan dua guru besar atau profesor yaitu Prof Dr Supriyono MPd dan Prof Dr Hardika MPd.
Mantan Ketua Senat Mahasiswa, Suyatno, sukses menjadi kepala desa dan kemudian Anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi.
Seorang aktivis gerakan mahasiswa, Sakban Rosidi, kini menjabat Direktur Sekolah Pascasarjana.
Beberapa menjadi pejabat di Kantor Dinas Pendidikan, BP-PAUDNI, Sanggar Kegiatan Belajar, Unit Perpustakaan, Pengawas Penyuluh KB, Widya Iswara Pemberdayaan Masyarakat, menjadi Kades perempuan, serta Aktivis LSM Pemberdayaan Masyarakat.
Bahkan ada yang menjadi Kepala Satpol PP Kota Madiun, Djoko Purwito dan Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung, Bambang Triono.
ADVERTISEMENT
Aktivis buruh migran dan penyair, Megah Everistianawati, juga berasal dari PLS Lapan Tiga.
Selain itu, ada yang menjadi pendidik altruistik anak-anak berkebutuhan khusus, Ninik Mariani.
Ada yang nyelonong ke PUPR Kabupaten Ponorogo, Widoretno Suprandini.
Ada satu lagi yang karir dan keluarganya cukup menarik karena berdinas di Papua, menikah dengan putra Papua, dan selalu menjabat hingga memasuki masa purnatugas, Ninik Sulishandayani.
Komitmen kebangsaan dan moderasi keberagamaan angkatan ini sangat kentara. Saat berziarah di Makam Bung Karno, ada inisiatif doa khusus utuk Proklamator yang dipimpin oleh Sakban Rosidi. Kesanggupan saling menyayangi, saling membantu, dan saling memaafkan menjadi perekat dalam kebhinekaan.
Sekedar contoh, saat di Wisma Moeradi, ada pembacaan tahlil dan doa khusus buat semua sahabat dan keluarganya yang dipimpin oleh Ikhsanudin, ASN sebuah madrasah di Kemenag Ngawi.
ADVERTISEMENT
Mengapa tidak menggunakan nama resmi IKA-UM? Karena tidak semuanya adalah lulusan (alumni). Semua itu, baik lulus atau gagal lulus sarjana, dan bahkan yang berhasil mencapai jabatan fungsional akademik tertinggi, profesor, senantiasa berhasil ditanggalkan saat berkumpul bersama teman seangkatan. Seberapa greget angkatan ini tergambar jelas dalam catatan Edi Basuki berikut ini.
Catatan Edi Basuki
Tanggal 11–12 Juni 2022, kami alumni mahasiswa PLS, FIP, IKIP Malang angkatan 1983, tumplek blek di Wisma Muradi Kota Blitar. Kami datang secara mandiri dengan semangat Susu Tante (Sungguh-sungguh Tanpa Tekanan). Hanya ada satu tujuan, reuni kangen-kangenan, guyon koyo mbiyen zaman kuliah (bercanda seperti dulu zaman kuliah), dan berbagi cerita pengalaman menapaki jalannya takdir.
Alhamdulillah, atas budi baik Izul Marom, salah seorang alumni yang sedang diamanahi menjadi Sekda Kabupaten Blitar, dengan ikhlas berkenan memfasilitasi teman seangkatannya untuk bergembira di Wisma Muradi, milik Pemerintah Kabupaten Blitar yang diperuntukkan untuk tamu istimewa.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, Izul memperlakukan teman lamanya dengan istimewa. Mulai penyediaan kopi 24 jam, menu makanan yang serba enak, serta kunjungan ke berbagai destinasi wisata di seputaran Blitar yang selalu dikawal oleh mobil nguing-nguing sesuai protap layaknya pejabat.
Alhamdulillah pula, selama ngumpul bercengkerama di Wisma Muradi, kami bisa menanggalkan status sosial yang sedang kami nikmati. Sehingga tidak ada jarak di antara kami, guyonan los dol gak rewel, tanpa rikuh pakewuh (bercanda bebas, tanpa rasa sungkan). Termasuk pak Sekda juga larut dalam begejesan (bercandaan) tanpa harus jaim dan sungkan kepada para ajudannya yang selalu memonitor,
Mungkin karena faktor usia yang semakin menua, sehingga kata-kata pisuan yang dulu sangat akrab di telinga kami seperti jancuk, matamu, raimu, ndasmu, dengkulmu, dan sejenisnya itu tidak terdengar di Wisma Muradi. Mungkin itu salah satu tanda bahwa kami sudah layak menyandang status manula yang semakin bijaksana (dan bijaksini).
ADVERTISEMENT
Sehingga acara reuni di tahun yang bershio macan air ini berjalan lancar, aman, dan terkendali. Semua puas atas layanan Izul, istri, dan pasukannya yang grapyak semanak. Apalagi Izul juga berkenan memberi buah tangan kepada semua tanpa membeda-bedakan.
Kini, acara reuni itu telah berlalu, semua kembali kepada rutinitas hariannya, sesuai jalan hidupnya. Kini, semua tinggal kenangan yang terabadikan dengan indah di ponsel masing-masing. Sambil menikmati jajanan khas Blitar, dapat dipastikan semuanya senyam senyum sendiri membuka WhatsApp dan membaca aneka komentar dan foto bersama dengan aneka gaya angkatan milenial (padahal golongan angkatan kolonial).
Sebagai tuan rumah, Izul dalam postingannya mengatakan: “Sahabat-sahabatku Alumni PLS 83, terima kasih sudah berkunjung dan berreuni bersama-sama di Blitar. Mohon maaf dan selamat bertemu kembali dengan keluarga bagi yang sudah sampai rumah. Bagi yang masih dalam perjalanan, semoga perjalanannya lancar sampai rumah. Dua-tiga hari bertemu di Blitar semakin mempererat persahabatan dan kekeluargaan kita,” tulisnya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan Jambur, yang didapuk sebagai panitia, mengatakan: “Terimakasih saudara-saudaraku PLS '83 yang menyempatkan waktu dan pengorbanannya sehingga bisa hadir pada reuni kita di Blitar. Maafkan sumua kukurangan dan kesalahan kami. Semoga Allah SWT menjadikan pertemuan ini sebagai forum silaturahmi yang penuh makna dihadapan-Nya. Bagi teman-teman yang karena sesuatu hal belum bisa bergabung, saya doakan semuanya sehat selalu dan bisa bertemu di lain kesempatan. Aamiin Yaa Robbalngalamin,” tulisnya.
Sambil menikmati foto-foto yang mbois (keren), tanpa terasa pipi ini basah oleh air mata bahagia. Sumpah kita memang hebat kompak penuh gaya riang gembira. Kita bisa sejenak meninggalkan beban hidup, tanpa mikir masalah harian yang menyita. Bahkan, yang luar biasa itu kita bisa menanggalkan kesombongan kita
ADVERTISEMENT
Anisa Fahmi pun tak ketinggalan berkomentar. Dia menulis: “Pak Izul dan istri, bersama jajaran Sekda Kab Blitar, juga panitia reuni ini, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pemberian semuanya dan minta maaf apabila ada kesalahan. Untuk saudaraku tercinta yang sedang OTW kondur (perjalanan pulang), mudah-mudahan oleh Allah diberi kelancaran, keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan. Insyaallah kita bisa ketemu lagi di Banyuwangi,” tulisnya.
Sedangkan Martiningsih menulis: “Terima kasih sedulurku (saudaraku) semua yang sudah membuatku bangga dengan semua yang panjenengan lakukan untuk memberi semangat di usia yang tidak muda lagi. Minta maaf bila ada salah kata, tingkah laku, maupun sikap kami yngg kurang berkenan di hati panjenengan semua. Moga kita semua diberikan kesehatan, umur yang panjang. Insyaallah tahun depan kita bisa bergabung lagi,” harapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Asriningtyas, yang jauh-jauh dari pulau Sumangtrah (Sumatra), dalam postingan panjangnya menulis: “Selamat pagi saudaraku PLS 83 yang terkasih. Sekaranglah waktuku membuka album kebersamaan dan kemesraan kita. Tak habis-habisnya, tak bosan-bosannya, kuulang, kulihat, kubaca, dan kubayangkan lagi waktu yang sudah kita lewati. Tetap tak bisa kubendung tetes air mata suka cita, dan haru.. Syukurku padaMu Tuhan Allahku yang masih memberiku waktu dan kesempatan untuk bertemu kembali dengan kawanku saat aku masih muda dahulu. Terima kasih kawan untuk semua yang telah kuterima dari kalian semua. Kiranya Tuhan memberkati kalian semua,” tulisnya.
Sungguh, masih banyak lagi komentar yang tidak sempat dituliskan di sini. Di samping nadanya sama, melow semua, juga karena keburu termehak-mehek sendiri, menahan air mata yang ingin membasahi pipi.
ADVERTISEMENT
Misalnya, komentar Ikhsan, Sugiono, dan Edy Klaseman, yang sederhana, namun ada tersirat rasa haru yang membiru.
Begitu juga aneka foto yang dikirimkan Izul lewat Google drive, belumlah sempat dibuka untuk dilihat. Masih sibuk menikmati satu persatu foto saat bergembira di Warung Soto Krincing samping Gedung BRI, menikmati pagi di Warungnya Mbok Sani, siang di Pendopo, di Istana Gebang, di kantornya Izul, di Masjid Ar-Rahman, dan di Kampung Coklat, serta saat beberapa orang nekat tampil memamerkan suaranya dengan iringan organ tunggal. Juga di Taman Pecut dan Alun-alun Blitar yang ditumbuhi pohon beringin dan menjadi sarang burung blekok yang suaranya berisik di waktu pagi dan sore hari.
Ya, beberapa hari sudah kegiatan reuni telah usai. Namun dengan melihat foto hasil jepretan berbagai pihak itu rasanya masih mak ser. Seakan kita masih berdekatan. Sementara komentarnya sudah mulai bercerita tentang rutinitas hariannya yang membanggakan.
ADVERTISEMENT
Yang masih terngiang di telinga adalah ketika Sakban Rosidi dengan semangat ampat lima meneriakkan yel-yel, “PLS lapan tiga, oke, ... PLS lapan tiga, luar biasa, ... PLS lapan tiga, yes yes yes,”. Membuat merinding bulu roma. Semoga yel-yel itu akan bergema lagi di Banyuwangi, nanti. Tentunya setelah melalui modifikasi sesuai kearifan lokal dan usia kita yang semakin menua.
Eninya Sumo juga mengatakan: “Pak Izul dan ibu, saya dan rombongan mengucapkan banyak terima kasih atas segala fasilitas luar biasa yang telah panjenengan berikan. Kami mohon maaf jika ada kata dan tindakan yang tidak berkenan. Semoga bapak selalu diberikan rejeki yang melimpah, sukses selalu, dan kita diberi kesehatan panjang umur sehingga dapat reuni kembali. Aamiin,” tulisnya.
ADVERTISEMENT
Sakban Rosidi dan keluarga yang datang membawa mobil mahalnya yang berwarna hitam mengkilat juga berkata: “Alhamdulillah. Terima kasih atas kebahagiaan dan kebaikan dalam tiga hari ini, khususnya kepada tuan rumah Pak Izul Marom dan panitia kecil Bung Supriyono, Jambur, Hariyanto, Sugiyono, Siswo Adi, dan sista Eny Setyowati. Juga kepada jajaran protokoler dan Satpol PP. Tak lupa nyonya rumah, Ny Izul Marom, atas semuanya. Semoga Allah SWT ridho atas semua kebaikan. Amin ya rabbal alamin,” tulisnya.(*)