Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kilas Balik Kereta Berjalan Sendiri di Malang, Tewaskan Seorang Bocah pada 2011
20 November 2020 18:17 WIB
ADVERTISEMENT
MALANG - Kejadian kereta larat atau berjalan sendiri tanpa lokomotif di Malang, bukanlah hal baru. Kejadian yang kemudian disebut 'kereta hantu' ini, seolah membawa ingatan pada peristiwa serupa di tahun 2011 silam. Bahkan saat itu, memakan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
''Sepengetahuan saya disini sudah 3 kali. Pertama, pada tahun 2000-an dulu. Kedua, 2011 itu juga KA Gajayana, itu malah nabrak rumah warga sampai ada satu anak meninggal,'' ungkap Saksi Mata, Slamet S Effendy, warga yang tinggal di bantaran rel kereta selama bertahun-tahun.
Perlu diketahui, pada 4 Januari 2011 silam, peristiwa kereta larat terjadi sekitar pukul 13.15 WIB. Ada 4 gerbong KA Gajayana berjalan sendiri dari Stasiun Kota Baru hingga sampai di Simpang Peltu Sujono, Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Rangkaian gerbong ini menghempas 3 rumah warga sekitar.
Dilansir dari berbagai sumber, kereta hantu pada 2011 bahkan berhasil terpantau dan dialihkan ke jalur rel darurat. Dimana jalur tersebut ada untuk kebutuhan darurat dengan dilengkapi spoor box penahan. Lokasi beton penahan (jalur mati) ini berada di sebelah utara rumah warga.
ADVERTISEMENT
Namun di luar dugaan, box penahan ini tak kuat menahan beban gempuran kereta sehingga kereta terus meluncur dan menerjang tiga rumah.
Akibatnya, bocah berusia 2,5 tahun bernama M Nur Rosyid tewas setelah sempat dirawat di RS Panti Nirmala. Serta satu anak usia 1,5 tahun luka-luka.
Sementara yang baru terjadi Rabu kemarin (18/11/2020), hampir saja menerjang puluhan pekerja proyek yang sedang memperbaiki rel, jika saja mereka tak mendengar teriakan Slamet.
Hal senada juga dikatakan Pengamat Kereta Api di Malang, Tjahjana Indra Kusuma, bahwa peristiwa ini juga bukan hal baru dijumpainya.
Dia menuturkan, selain dua kejadian yang diketahui, juga pernah terjadi kereta larat sejak 1980-an.
"Sepengetahuan saya juga pernah liat kereta barang (kereta tangki koson) meluncur ke Kepanjen. Ada pula, gerbong lokomotif sekitar tahun 1980-an juga pernah hampir keluar di rel embong brantas itu,'' bebernya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, dengan kejadian yang terus berulang ini, sudah seharusnya dijadikan pembelajaran dan antisipasi sejak dini.
''Harusnya kalau sudah gini kan harus ada SOP antisipasi ya. Saya melihatnya ada faktor human error selain faktor topografi dari kedua stasiun ini,'' tegasnya.