news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kilas Balik Rel Trem Lawas di Kayutangan Malang

Konten Media Partner
15 November 2020 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rel Trem Lawas di Kayutangan. Foto: Ben
zoom-in-whitePerbesar
Rel Trem Lawas di Kayutangan. Foto: Ben
ADVERTISEMENT
MALANG - Kawasan Kayutangan di jantung Kota Malang menyimpan jejak historis yang panjang. Disini, bisa ditemui banyak jejak peninggalan zaman kolonial Belanda yang masih bertahan sesuai desain arsitektur aslinya.
ADVERTISEMENT
Terbaru, publik Kota Malang dikejutkan temuan rel trem lawas di bawah aspal Kayutangan. Sebagian 'ular besi' sepanjang 200 meter ini, ditemukan persis di perempatan Rajabally, Jalan Basuki Rahmat, saat pembongkaran jalan dalam proyek Kayutangan Heritage, pada Rabu lalu (11/11/2020).
Belakangan diketahui, lintasan trem yang masih dalam kondisi kokoh ini, terkubur aspal jalan protokol utama Kota Malang selama puluhan tahun.
Kawasan Kayutangan. Foto: Ben
Pengamat Kereta Api Kota Malang, Cahyana Indra Kusuma, membeberkan keberadaan rel trem ini tidak lepas dari sejarah tonggak awal berdirinya Kota Malang pada sekitar tahun 1914 silam.
Berdasarkan topografinya, kata dia, Malang Raya yang saat itu masih menjadi wilayah karesidenan Pasuruan, banyak dimanfaatkan sebagai sentra perkebunan dan pertanian dengan komoditas utama mulai kopi, karet, hingga tebu.
ADVERTISEMENT
Melimpahnya hasil sumber daya alam itu, membuat Belanda membangun jalur angkutan barang guna mempermudah distribusinya. Sehingga, dibangunlah rel kereta trem ini yang diperkirakan dimulai pada tahun 1897 dan selesai pada tahun 1908.
Kawasan Kayutangan. Foto: Ben
"Pemerintah saat itu membangun jalur rel kereta api yang diprakarsai Malang Stoomtram Maatschaij (MSM), salah satu perusahaan kereta trem saat itu. Perkiraan mulai beroperasinya sekitar 15 Februari 1903,'' bebernya, belum lama ini.
Setidaknya, merunut data arsip sejarah, kata dia, ada 8 jalur trem yang saling terhubung, terutama dengan kawasan Malang Selatan. Yakni rute Malang - Bululawang, Bululawang - Gondanglegi, Gondanglegi - Talok, Talok - Dampit, Gondanglegi - Kepanjen, Tumpang - Singosari, Malang - Blimbing, dan Sedayu - Turen.
ADVERTISEMENT
Sementara, yang ditemukan saat ini, diperkirakan Cahyana terbentang mulai Stasiun Blimbing, lalu membelah jantung Kota Malang, melewati kawasan Kayutangan - Alun-Alun hingga Jagalan.
Tak aneh, karena kawasan Kayutangan merupakan sentra bisnis dan pemukiman warga Belanda dan Eropa.
"Dulu memang kereta trem menjadi alat angkut utama membawa orang dan barang. Rel trem dibuat untuk jalur perdagangan. Jika digali lebih jauh, bekas rel ini juga bisa memanjang dari Singosari menuju Jagalan, juga melewati Alun-Alun Kota," tambah dia.
Hingga lambat laun, seiring peta politik dan teknologi transportasi yang terus berkembang, perlahan kereta trem ini mulai tidak difungsikan. Hingga pada sekitar tahun 1959, jalur lintasan ini kemudian ditutup dan menjadi jalan raya protokol kota.
ADVERTISEMENT
Jejak jalur trem ini, kata Cahyana, juga ditemukan di sejumlah lokasi.
"Namun, sebagian besar sudah hilang diangkut orang tak bertanggung jawab. Saya berharap ada kebijakan untuk menjaga aset sejarah ini. Ini peninggalan bersejarah yang harus diketahui publik,'' harap pegiat sejarah di Komunitas Malang Raya Heritage ini.
Ramai-ramai akibat temuan ini, banyak pihak punya ide untuk kembali mengaktifkan jalur trem ini.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung Harjaya Buana, menuturkan reaktifasi tidak mungkin dilakukan. Pasalnya, rangkaian jalur rel penghubung yang lain di sejumlah lokasi sudah hilang. Seperti di kawasan Alun-Alun, misalnya. Termasuk rangkaian lintasan di kawasan sepanjang menuju Blimbing juga sudah tidak ada lagi.
"Sebagian besar rangkaian rel itu ada yang sudah dipotong-potong oleh Belanda, sejak pengelola utamanya MMS tutup,'' kata dia.
ADVERTISEMENT