Konten Media Partner

Kisah Achmad Yurianto Titip Pesan Dimakamkan di Sebelah Makam Ibunya

22 Mei 2022 13:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi pemakaman Achmad Yurian, secara militer. foto / ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pemakaman Achmad Yurian, secara militer. foto / ulul Azmy
ADVERTISEMENT
BATU - Achmad Yurianto, mantan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 RI dimakamkan secara militer di TPU Dadaprejo, Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (22/5/2022).
ADVERTISEMENT
Pemakamannya di TPU Dadaprejo, Kota Batu, Jawa Timur adalah wasiat dari mendiang sendiri sebelum meninggal. Yurianto di tengah sakitnya meminta dipulangkan ke rumah karena merasa rindu dengan ibunya.
Bapak ibunya sendiri M. Soead Adimilyo dan RR Mintarti sudah lama wafat dan dikebumikan di TPU Dadaprejo. Hingga akhirnya, keluarga memutuskan memakamkan almarhum di samping makam ibunya.
Edy Suhartono (55), adik bungsu mendiang Achmad Yurianto, mantan Jubir Satgas COVID-19 RI. foto/Ulul Azmy
Hal ini diungkapkan adik bungsu almarhum, Edy Suhartono (55). Tidak heran, Yurianto adalah sosok paling dekat dengan ibunya. Setiap kegiatan apa pun, kisah Edy, Yurianto selalu menyempatkan berpamit pada ibunya, baik secara langsung maupun via telepon.
''Meski agak usil dan lucu, beliau tetap hormat pada ibunya. Gak heran waktu sakit itu dia minta pulang dan kangen ibunya,'' kisahnya menuturkan firasat mendiang sebelum meninggal.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dirinya, Edy juga kerap bersinggungan dengan kakak nomor tujuhnya itu. Usia mereka terpaut lima tahun. Semasa kecil, mereka tinggal sebagai anak kolong di Kesatrian, kompleks militer Brawijaya V hingga kemudian pindah ke bilangan Dadaprejo.
Dari sembilan bersaudara, hanya Yurianto yang meneruskan karier di militer seperti ayahnya. Dari situ pula dirinya sering dikerjain kakaknya tersebut. Pernah suatu ketika, dirinya diajak naik ke Gunung Panderman.
''Namun saya ditinggal, tujuannya biar saya berani dan memang sejak itu keberanian saya jadi terlatih,'' kisahnya.
Kepergian kakak ketujuhnya tersebut membuat Edy kehilangan sosok pemimpin dalam keluarga, khususnya dari segi pendidikan militer. Karier militer mendiang cukup moncer sejak 1987. Karirnya terus melejit hingga ditunjuk menjadi menjadi Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes pada 2014.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, mendiang juga dipercaya menduduki Direktur Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan hingga Jubir Satgas Penanganan Covid-19. Terakhir, Yurianto mendapat kepercayaan Presiden, dilantik sebagai Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan Periode 2021– 2026.
''Kepemimpinannya di keluarga terasa sekali, apalagi buat adik-adiknya. Orangnya disiplin, tapi juga lucu. Gak pernah kelihatan susah atau ngeluh,'' ujar Edy pada awak media usai pemakaman.
Bahkan saking humorisnya, imbuh Edy, tidak ada yang tahu jika mendiang memiliki riwayat penyakit sejak lama. Hingga pada sekitar April 2022 lalu, kanker yang dideritanya mulai mengganas. Sejak itu mendiang sering keluar masuk rumah sakit.
Almarhum Yurianto meninggalkan dua orang anak dan istri di usianya ke-60 tahun. Mendiang diketahui mengembuskan napas terakhir di RSSA Malang sejak 4 hari yang lalu akibat kanker usus yang dideritanya.
ADVERTISEMENT