Konten Media Partner

Kisah Hariyadi, Sopir Angkot di Malang yang Tetap Mengaspal Meski Harga BBM Naik

4 September 2022 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sopir angkot di Kota Malang, Hariyadi menunggu penumpang di depan Stasiun Malang Kota. Foto: M Sholeh
zoom-in-whitePerbesar
Sopir angkot di Kota Malang, Hariyadi menunggu penumpang di depan Stasiun Malang Kota. Foto: M Sholeh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM pada Sabtu (3/9/2022) sore kemarin. Meski begitu, seorang sopir angkot di Kota Malang, Hariyadi (62) mengaku tak memusingkan kenaikan harga BBM tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia justru menantang pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang lebih tinggi, misalnya naik sebesar Rp 20 ribu per liter. Jika kenaikan harga BBM itu memang untuk menyejahterakan rakyat dan demi kemajuan perekonomian Indonesia.
Namun kembali lagi, dia mengaku sama sekali tak mempersoalkan kenaikan harga BBM itu. Pasalnya, dia ingin fokus bekerja untuk menghidupi keluarga kecilnya yang tengah menanti di rumah.
Padahal diakuinya, omzetnya menurun usai harga BBM naik sejak kemarin. Dia juga tetap mengaspal atau beroperasi meski dengan tarif angkot yang sama dengan sebelumnya yakni Rp 4 ribu untuk masyarakat umum dan Rp 2 ribu untuk pelajar.
Hariyadi memilih tetap mengaspal untuk melayani masyarakat di Kota Malang. Dia menjelaskan bahwa anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, tidak lain adalah dari hasil profesinya sebagai sopir angkot ini.
ADVERTISEMENT
"Sekarang tarifnya masih sama, belum naik. Saya hanya ingin melayani masyarakat untuk membalas budi. Anak saya bisa kuliah ya dari angkot ini," ungkapnya, pada Minggu (4/9/2022).
Bahkan diceritakan, dia pernah suatu hari tak mendapati satu pun penumpang. Sementara biaya BBM angkotnya mencapai Rp 80 ribu per hari. Namun dia bertekad untuk terus menyusuri jalanan, mencari penumpang yang membutuhkan.
Ayah dua anak itu juga menyampaikan bahwa dalam sepekan, hanya hari Sabtu dan Minggu yang penumpangnya melimpah. Sementara di hari lain, dia mengaku kadang merugi, kadang tak ada untung.
Terlebih, transportasi online dengan berbagai jenis di Kota Malang kini tengah merajai jalanan atau telah menjamur. Namun dia mengatakan, setiap orang telah memiliki rezekinya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Hariyadi mengatakan, meski tarif angkot di Kota Malang sebesar Rp 4 ribu, dia tak memaksa penumpang untuk membayar sebesar itu. Jika tak membayar atau hanya Rp 2 ribu, dia akan tetap menerimanya. Namun dia juga mengaku sering diberi ongkos sebesar Rp 5 ribu oleh penumpang yang tak mau diberi kembalian Rp 1.000.
"Sopir angkot itu, bisa diamati sendiri, kalau di jalan sampai menawari ibu-ibu atau nenek-nenek. Mau ke mana bu? Itu tidak dilakukan oleh transportasi online. Alangkah baiknya jika kita semua memperhatikan orang yang mungkin kesulitan atau membutuhkan," paparnya.
Sebagai rakyat kecil, dia bermimpi di Kota Malang tak ada masyarakat yang kesulitan perekonomian. Namun dikatakan, banyak pengangguran di Kota Malang yang masih belum tersentuh perhatian.
ADVERTISEMENT