Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Kisah Siti Muatikah, Janda Lima Anak yang Terbengkalai Tak Punya Rumah
16 Juli 2019 16:15 WIB
ADVERTISEMENT

TUGUMALANG.ID - Sembilan tahun silam, kehidupan Siti Muatikah (46) warga Sumberpucung, Kabupaten Malang itu masih serba tercukupi. Ia hidup bahagia bersama sang suami dan kelima anaknya. Namun, semenjak suaminya Edi Wiyanto meninggal, tahun 2010 lalu, semuanya berubah.
ADVERTISEMENT
Ia harus berjuang untuk hidup, menyekolahkan dan memberi makan anak-anaknya lantaran suami yang sebelumnya menjadi tulang punggung keluarga, harus pergi untuk selama-lamanya.
Selama sembilan tahun ini pula, dirinya bekerja sebagai tukang pijat dengan penghasilan seadanya. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun cobaan mendera tiada henti, sekitar satu bulan lalu, ia harus 'terusir' dari rumah kontrakan yang selama ini ia tinggali dan kali ini terluntang-lantung akibat tidak punya tempat tinggal.
"Ya mungkin diusir secara halus, karena alasan sang pemilik kontrakan rumahnya mau direnovasi," ujar ibu lima orang anak yang akrab disapa Tikah tersebut kepada tugumalang.id, Selasa (16/7/2019). Namun, dirinya mengaku tidak mempersoalkan apa yang dilakukan oleh sang pemilik rumah itu."Kalau saya ya tidak apa-apa. Itu memang bukan rumah milik saya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia bercerita, bahwa selama enam tahun ia mengontrak di rumah kontrakan tersebut. "Sebelumnya sempat tinggal sekitar satu setengah tahun di rumah mertua (orang tua suami). Kemudian kontrak tidak jauh dari sini," terangnya. Namun setelah pergi dari kontrakan, dirinya untuk sementara tinggal di rumah mertuanya kembali yang saat ini ditempati oleh sang adik dari suaminya.
Pada awalnya, ia mengaku kaget ketika disuruh untuk mencari tempat kontrakan lain. Sebab, hanya sedikit tabungan yang ia punya. Dan hanya sepetak tanah warisan sang suami yang ia punya. Padahal, dirinya tidak ada uang untuk membangun rumah itu.
"Karena saya masih ada warisan milik anak-anak dari sang suami. Kemudian saya minta ke keluarga, dan semuanya memperbolehkan," imbuhnya. Warisan itu adalah tanah seluas 5x12 meter yang rencananya akan dibanguni rumah.
ADVERTISEMENT
Karena tidak punya uang untuk membangun rumah itu, ia berharap bahwa bantuan untuk membangun rumah itu datang. Dia lantas bercerita kepada Eka Wulandari, seorang difabel dan juga pegiat sosial di Komunitas Difabel Ganesha Indonesia."Akhirnya meminta bantuan sama mbak Wulan, dan akhirnya bisa mendapat sumbangan-sumbangan ini," terangnya.
Sementara itu, Eka Wulandari berkisah bahwa keluarganya sering menggunakan jasa pijat dari Siti Muatikah. "Ibu Tikah itu sering pijat urut ke rumah, terus sering cerita juga," terang Eka. Setelah itu, dirinya pun getol untuk mencari bantuan pada pihak Pemerintah Desa, Kecamatan, dan juga perusahaan-perusahaan untuk mengumpulkan uang untuk membangun rumah di lahan kosong agar bisa ditempati oleh Muatikah.
Akhirnya, ia berhasil mengumpulkan bantuan dari salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Malang untuk menyumbang batako untuk membangun rumah janda lima anak tersebut. Ada 1.200 batako yang dibantu kepada Siti.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku melakukan hal itu tanpa pamrih lantaran prihatin atas kondisi Siti Muatikah. "Saya melakukan ini karena merasa prihatin juga. Saya berpikir saya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan, dan mbak Tika ini banyak berpikir untuk tidur, dan juga untuk anak-anaknya yang harus bersekolah," pungkasnya.
Dia melanjutkan, dari bantuan yang masuk itu, nantinya akan dipakai untuk mendirikan rumah Siti."Jadi hanya berdiri saja, selanjutnya rumah itu mau diperbaiki lebih, Bu Siti yang akan melakukan dengan uang pribadi atau mungkin bantuan pihak lain," katanya.
Reporter: Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq