Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kolaborasi Pertamina Feat Emak-emak Angkat Pamor Rempeyek ke Mancanegara
28 Oktober 2021 16:33 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
MALANG - Pagi itu, Senin (25/10/2021). Mastutik atau akrab disapa Bu Tutik bersama karyawannya sudah sibuk mengurusi proses pengepakan ratusan dus berisi kemasan rempeyek, aneka keripik sayur dan juga buah. Totalnya ada sekitar 6 kwintal dan akan diekspor ke Kanada pekan depan.
ADVERTISEMENT
Ekspor aneka keripik sayur buah dan rempeyek itu bukanlah yang pertama. Bu Tutik adalah pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bernama CV Arjuna 999 di kota kecil di Jawa Timur, Kota Batu. Produknya yang populer bernama Momchips sudah melanglang buana ke pasaran lokal maupun internasional.
CV Arjuna 999 milik Mastutik tercatat menjadi satu dari 496 mitra binaan Pertamina di wilayah Jawa Timur yang naik kelas selama tiga tahun terakhir. Mastutik sendiri menjadi mitra binaan Pertamina sejak tahun 2019. Berkat sejumlah pembinaan itulah dari yang tadinya rempeyek ditolak, kini malah tembus ke mancanegara.
Kesibukannya di hari itu ternyata membawa ingatan ibu berusia 62 tahun itu kembali ke masa silam, saat berada di titik nol. 10 tahun lalu, persisnya pada tahun 2012, Bu Tutik mendapat kabar mengejutkan.
ADVERTISEMENT
Seorang pengusaha Hongkong memesan rempeyek bikinannya setengah kwintal senilai Rp 10 juta. Pengusaha itu tahu dari akun Facebook CV Arjuna 999 yang dibuat oleh anaknya, tanpa sepengetahuan dirinya.
Tentu saja, kabar itu bak durian runtuh. Sebuah optimisme yang datang di kala Mastutik benar-benar terpuruk. Saat itu, kisahnya, dia sudah sempat down lantaran produknya ditolak di mana-mana, bahkan di toko oleh-oleh Kota Batu sekalipun.
''Itulah kenapa rempeyek ini sangat bersejarah bagi saya. Rempeyek ini yang bikin usaha saya semaju sekarang,'' kata ibu 3 anak asli Sidomulyo, Kota Batu ini kepada tugumalang.id, pada Kamis (28/10/2021).
Mastutik atau akrab disapa Bu Tutik pada mulanya adalah ibu rumah tangga seperti umumnya. Namun sejak sepeninggal suaminya, Tutik mencoba untuk tetap bertahan hidup dengan berbekal keahliannya membuat keripik. Waktu itu, dia masih punya 3 varian saja. Selain rempeyek, dia membuat keripik tempe dan bayam.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, tidak ada usaha yang langsung berbuah manis. Produknya tidak langsung diterima begitu saja di pasaran. Banyak toko oleh-oleh di Kota Batu yang tidak mau menerima produknya. Hingga jalan itu mulai terbuka saat Bu Tutik memberikan keripik miliknya ke tetangga sekitar.
''Dari situ ternyata tetangga saya ngasih keripik dan rempeyek saya ke tamu vila. Nah, setelah dicoba tamu itu ngerasa enak dan sekalian pesen buat oleh-oleh. Dari situlah kemudian getok tular dan mulai banyak pesanan,'' kisah Tutik.
Seiring waktu, para pelanggannya ikut mendukung Tutik menciptakan varian keripik lain. Tutik merasa tertantang dan mulai mencoba membuat keripik dari bahan baku sayur dan buah lain yang didapat dari petani lokal sekitar. Hingga kini, total dia punya 50 lebih varian keripik.
ADVERTISEMENT
Dari puluhan varian itu, kata Tutik, ada 10 varian yang jadi langganan dipesan ke luar negeri. Mulai keripik nanas, nangka, apel, pisang, brokoli, paprika, wortel, baby buncis, hingga bunga kol. Selain ke Hongkong, keripiknya juga tembus Korea, Jepang, Amerika, Malaysia, Turki, Kanada, Hongaria, hingga Maldives atau Maladewa.
''Kalau rempeyek di luar negeri gak semua penduduk luar negeri suka ya, kan beda lidah. Kalau rempeyek malah larisnya di Belanda, Turki, Qatar, Korea, dan Brunei. Orang sana pada suka, aneh ya,'' herannya.
Momchips, Bukti UMKM Bisa Tahan Banting Selama Pandemi COVID-19
Ketekunan dan kerja keras Mastutik selama sembilan tahun merintis usaha ini membuktikan UMKM miliknya tahan banting dari segala situasi. Misalnya, pada tahun 2020, Mastutik kembali diuji permasalahan yang bahkan lebih pelik.
ADVERTISEMENT
Kali ini, ujian yang harus dihadapi yaitu pagebluk COVID-19 yang membawa dampak besar terhadap segala aspek. Pembatasan mobilitas masyarakat membuat aktivitas ekonomi mandek yang dialami semua orang, tak terkecuali petani.
Kota Batu yang hampir semua warganya berprofesi sebagai petani mulai kesulitan mendistribusikan hasil taninya. Tak jarang, hasil tani mereka berujung dibuang karena busuk atau dibagi-bagikan ke warga yang lewat.
''Waktu itu saya trenyuh sekali. Akhirnya, saya mikir bisa gak ya sayur mayur itu dibuat keripik. Setelah saya coba ternyata bisa. Saya sempurnakan terus dan ternyata banyak yang suka,'' kisah Tutik.
Awalnya dia mencoba bereksperimen dengan bahan baku brokoli berlanjut ke wortel, baby buncis, cabe, paprika, dan bunga kol. Bahkan akhirnya semua bahan baku sayur dan buah bisa disulapnya menjadi keripik.
ADVERTISEMENT
Alhasil, inovasi brilian di tengah situasi mampet itu berbuah manis. Tak hanya buat dia sendiri, tapi juga membuat tetangganya terhidupi, baik para petani dan juga 15 karyawannya. Kenapa? Karena di tengah situasi sulit itu saja dia masih bisa produksi 3-4 ton.
''Itu sudah bersyukur sekali. Sebelum pandemi itu biasanya bisa produksi 5-10 ton. Yang paling bikin trenyuh itu ya ternyata keyakinan saya untuk menolong petani tetangga dan karyawan itu semua terwujud,'' ucapnya.
''Terus terang, saat itu anak saya gak sepakat sama keyakinan saya itu. Tapi ternyata ya bisa. Saya yakin niat baik semua pasti ada solusinya. Gusti Allah mboten sare,'' imbuhnya.
Kolaborasi Bersama Pertamina Bikin Hoki
Semangat kolaborasi selalu memunculkan kumparan energi yang dahsyat. Kolaborasi ciamik antara Pertamina dan Mastutik adalah buktinya. Bersama, mereka sukses mewujudkan diri tumbuh menjelma menjadi lokomotif perekonomian.
ADVERTISEMENT
Bermula dari keberaniannya mengikuti pameran UMKM dari skala lokal hingga nasional, Mastutik seolah mendapat jodohnya. Tahun 2019, Mastutik mendaftar ikut menjadi mitra binaan Pertamina dan dinyatakan lolos dari berbagai macam tahapan dan kurasi.
Sejak bergabung jadi mitra itulah, dia mendapatkan sejumlah pembinaan dan pelatihan hingga bantuan modal. Pertamina juga mempertemukan Mastutik dengan banyak orang baru untuk memperluas ceruk pasarnya.
Tak butuh waktu lama, kapasitas produksinya ikut meningkat tajam. Dari semula yang hanya 500 pak per bulan menjadi 5-10 ton per bulan dengan profit mencapai 70 juta tiap bulan. Peningkatan omzet dan perkembangan usaha lainnya inilah yang membuatnya naik kelas.
''Sejak jadi mitra binaan Pertamina itu saya banyak mendapat ilmu. Diajak pameran-pameran, ketemu banyak orang. Sejak itu saya mulai pede (percaya diri) dan berani menghadapi buyer (pembeli). Banyak sekali manfaatnya,'' kata dia.
ADVERTISEMENT
''Terakhir, saya dipertemukan dengan delapan buyer dari berbagai negara. Di situ saya diajarkan bagaimana cara memasarkan produk, menjaga kualitas produk, dan masih banyak lagi,'' tambahnya.
Hingga kini, Mastutik telah memiliki kantor resmi di dua cabang yakni di Kota Batu dan Kota Depok. Hingga di usianya yang ke 62 tahun ini, dia tetap dapat menghidupi 15 karyawan yang rata-rata adalah tetangga kiri kanan rumahnya.
''Meski pandemi kemarin seret, tapi Alhamdulillah saya masih bisa menggaji mereka dengan segala daya dan upaya. Senang sekali bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya. Semoga energinya bisa menular ke UMKM lain,'' harapnya.
Terpisah, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Wilayah Jatimbalinus, Deden M Idhani mengaku bangga dengan UMKM Pertamina seperti CV Arjuna 999 yang mampu bertahan di tengah kondisi krisis seperti ini.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya bertahan, kata Deden, Mastutik telah dianggap berhasil menerapkan konsep bisnis sociopreneur dengan baik. Selain berbisnis, namun juga tetap mengusung misi sosial, menebar energi positif untuk sekitarnya.
''Saya sangat mengapresiasi langkah Ibu Mastutik yang dengan segala daya dan upayanya tidak sampai merumahkan pegawainya. Itu patut diacungi jempol. Apalagi juga bisa menolong para petani untuk tetap dapat bertahan,'' pujinya.
Di lain sisi, produk olahan keripik sayur, buah, dan rempeyek ini merupakan kuliner khas Indonesia. ''Tentu sangat membanggakan sekali jika produk lokal kita bisa diekspor ke mana-mana. Kami, Pertamina sangat mendukung upaya ini,'' ujar Deden.
Deden menambahkan, Pertamina akan selalu siaga membantu UMKM untuk bangkit sebagai wujud dari implementasi Goals 8 SDGs. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 8.621 UMKM mitra binaan Pertamina di wilayah Jatimbalinus yang berhasil naik kelas selama kurun 1993 - 2021.
ADVERTISEMENT
Sama seperti yang diyakini Mastutik, Pertamina juga punya motto 'Energizing You'. Dijelaskan Deden, bahwa selain memproduksi energi, Pertamina juga menghadirkan energi positif berupa harapan, semangat, masa depan, kerja sama, hingga berbagi dalam bentuk program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Dari semua upaya tersebut diharapkan bisa menjadi energi untuk menggerakkan roda ekonomi nasional terlebih di masa pandemi ini. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan.
''Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab lingkungan dan sosial. Semua didasari keyakinan kami untuk bisa memberikan energi dan saling menguatkan. Terlebih dalam situasi pandemi ini,” pungkasnya.(*)