Koperasi Hanjuang Dorong Potensi Pemasaran Madu Hutan

Konten Media Partner
23 November 2020 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Madu Hutan. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Madu Hutan. Foto: dok
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PANDEGLANG - Koperasi Hanjuang membangun pemasaran bersama madu hutan Apis Dorsara atau lebih dikenal lebah madu raksasa.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan untuk mendorong perekonomian petani di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, tepatnya Kabupaten Pandeglang,
"Karena warganya disini didominasi petani yang memanfaatkan tadah hujan. Jadi kalau musim kemarau banyak yang nganggur. Tak ada hujan jadi nggak bisa menggarap sawah. Sementara madu hutan ini kan musimnya juga satu tahun sekali pas di musim kemarau, saat tanaman hutan berbunga," jelas Ketua Koperasi Hanjuang, Eman Sulaiman.
Madu Hutan. Foto: dok
Dirintis pada tahun 2003, produk madu hutan terus berkembang dan dipasarkan hingga ke seluruh Indonesia, bahkan mampu menarik perusahaan swasta, yakni Oriflame, untuk bekerja sama.
Namun, sejak pandemi COVID-19, pemasaran harus kembali dilakukan secara mandiri menggunakan platform digital hingga sosial media agar tetap eksis.
ADVERTISEMENT
Apalagi di tahun 2006, Koperasi ini juga sudah memiliki teknologi pengurangan kadar air sendiri, yakni teknologi dehumidifier untuk menyesuaikan standart SNI.
Madu Hutan. Foto: dok
Dalam pendampingan tersebut, Koperasi Hanjuang turut menggandeng Balai Taman Nasional Ujung Kulon, WWF, hingga Aliansi Petani Indonesia (API). Diantaranya, menerapkan teknik panen lestari agar berkelanjutan hingga teknik pasca panen dengan cara diubah menjadi diiris diatas kain bukan lagi diperas dengan tangan sehingga lebih higienis.
"Dengan API, kita ada program penguatan manajemen organisasi, seperti kepengurusan koperasi, pencatatan keuangan, hingga pembuatan costing produksi. Sementara bersama WWF kita bekerja sama melakukan pemetaan pohon sarang lebah," imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga berencana akan melakukan sertifikasi organik bersama jaringan API. Namun karena biaya yang cukup besar, maka akan dilakukan secara perlahan.
Madu Hutan. Foto: dok
"Awal kita mulai dari pengambilan koordinat, kita lengkapi database asal produknya. Tak hanya itu, yang budidaya kita juga fokus budidaya lebah trigona. Kelebihannya punya kandungan probolis yang lebih tinggi," sambung Eman.
ADVERTISEMENT
Ke depan, dia optimis bisnis madu ini akan lebih berkembang, berikut tantangannya. Sehingga, pihaknya berkomitmen untuk terus mengoptimalkan komoditas madu hitam agar berkelanjutan dan mampu mensejahterahkan perekonomian masyarakat setempat.
"Kami optimis, kalau madu palsu saja bisa milyaran. Itu juga tantangan, karena kalau di kita kan jual madu murni. Kita coba bagaimana membangun produk yang baik supaya bisa meyakinkan konsumen sekaligus menjaga mutu," tutupnya.
Perlu diketahui, program ini difasilitasi oleh API melalui program MTCP2-AFOSP yang didukung oleh IFAD dan Uni Eropa.(ads)