Maksimalkan Potensi Diri Lewat Coaching Ala PT Paragon Technology & Innovation

Konten Media Partner
27 Maret 2022 15:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, dalam sesi pengenalan metode Coaching di FJP 2022. Foto: tangkapan layar
zoom-in-whitePerbesar
CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, dalam sesi pengenalan metode Coaching di FJP 2022. Foto: tangkapan layar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Banyak orang tidak sadar bahwa saling bertanya jawab antara dua individu adalah bentuk dari pengembangan potensi diri. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan, anda bisa memaksimalkan kemampuan diri, baik secara pribadi maupun profesional, terutama di bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
Coaching mutlak harus dimiliki oleh tenaga pendidik guna memaksimalkan potensi diri dalam siswanya. Khususnya terhadap generasi saat ini yang tumbuh berdampingan dengan teknologi. Sebab itulah, metode coaching di zaman ini cukup relevan untuk dipelajari.
Demikian sekilas disampaikan CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat, dalam sesi pengenalan metode Coaching guna efektivitas pembelajaran pada lembaga pendidikan dalam Program Fellowship Jurnalis Pendidikan (FJP) Batch IV, Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), di Jakarta, pada Rabu 23 Maret 2022.
CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat (kiri) dan Direktur GWPP, Nurcholis MA Basyari (kanan), dalam sesi pengenalan metode Coaching di FJP 2022. Foto: tangkapan layar
Sebagai pengantar, Coaching menurut International Coach Federation (ICF) adalah bentuk partnership yang terbangun antara coach dan coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee melalui proses kreatif. Dalam praktiknya, coaching dapat menstimulasi eksplorasi pikiran individu.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, menurut Salman yang adalah penggemar Coaching (Coaching Enthusiast) ini, coaching sebenarnya sudah kita terapkan sehari-hari.
''Sadar gak sadar, ketika kita ditanyai dan juga menanyai seseorang, itu adalah coaching,'' kata Salman.
Dengan cara ini, jelas dia, dapat membuka pikiran seseorang guna mengetahui potensi dirinya sendiri tanpa harus merasa digurui. Pertanyaan dapat merangsang pertumbuhan individu secara kognitif dalam melihat masa depan mereka.
''Coaching (pembinaan) adalah kemitraan antara coach dan coachee, pelatih dengan pelatih yang fokus kepada masa depan yang mereka temukan sendiri,'' jelasnya.
Coaching sendiri mulai muncul seiring dengan pertumbuhan generasi Z atau berkisar usia 20 tahun. Berdasar dari hasil sensus penduduk tahun 2020 menyebutkan, terdapat 27.94 persen generasi Z di tahun ini. Generasi Z juga kerap diistilahkan menjadi generasiNet atau generasi internet.
ADVERTISEMENT
Generasi ini sendiri tumbuh berdampingan dengan perkembangan teknologi. Cara pandang mereka dalam melihat sesuatu juga terus terang berbeda. Sebab itu, Coaching menjadi metode yang tepat sebagai langkah pendampingan pendidikan mereka.
''Tenaga pendidik perlu menumbuhkan keterampilan mereka berpikir kritis. Memaksimalkan peran mereka artinya student-centrik, semua berpusat pada siswa,'' terang Salman Subakat.
Lebih lanjut, metode coaching sendiri bahkan telah diterapkan di internal PT Paragon, perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia, sejak lama. PT Paragon membentuk coaching community hingga saat ini sudah ada 165 orang internal coach.
“Paragon ingin menyebarkan manfaat coaching baik ke internal Paragon maupun ke masyarakat,” harapnya.
Hal senada dikatakan Coach dan Konsultan CSR Pengembangan Pendidikan PT Paragon Technology and Innovation, Rico Juni Artanto, bahwa metode coaching tidak bisa dilakukan sekali dua kali saja. Artinya, memang harus menjadi kebiasan atau kultur.
ADVERTISEMENT
Coach dan Konsultan CSR Pengembangan Pendidikan PT Paragon Technology and Innovation, Rico Juni Artanto (bawah), saat FJP 2022. Foto: tangkapan layar
''Dulu saya sama Pak Salman sering gitu ditanyai seputar hal-hal visioner. Ditanya-tanya saja, jarang sekali beliau bercerita. Lambat laun, ternyata saya baru sadar kalau itu adalah coaching,'' kata dia.
Dalam metode coaching, pendidik tidak merasa perlu ikut campur dalam menangani masalah individu. Coaching hanya bersifat memprovokasi diri agar menemukan masalah dan solusinya sendiri.
''Ya jadi gak kerasa. Bahasanya jernih, tanpa ada kesan menggurui. Nah untuk menjadi coaching, saya belajar untuk menjadi pendengar yang baik, dari yang sebelumnya saya banyak bercerita (telling),'' kata dia.
Sementara itu, Psikolog dari Universitas Padjajaran, Dr Yus Nugraha yang ikut dihadirkan dalam sesi itu, sepakat dengan manfaat metode coaching terutama di zaman sekarang. Coaching tidak bicara soal masa lalu, tapi bicara soal menumbuhkan potensi seseorang.
ADVERTISEMENT
''Terkadang seseorang itu tidak tahu potensi yang dia miliki, tapi orang lain tahu. Sebab itu, coaching dalam hal ini memang perlu dilakukan,'' ucapnya.
Menyitir perkataan Johari Windows, lanjut Yus, pada diri manusia memang ada yang diistilahkan daerah tersembunyi, tempat seseorang menyimpan rapat-rapat rahasinya.
''Namun juga ada yang disebut daerah buta yang artinya memang harus bertanya kepada orang lain atau lawan bicara,'' paparnya.
Relevansi metode coaching dalam hal ini bukan berangkat dari kosong. Seorang Mahasiswi Semester 6 Manajemen Pemasaran Universitas Jenderal Soedirman, Hana Putri Ramadina adalah satu dari banyak orang yang merasakan manfaat dari Coaching Community di PT Paragon.
Hana adalah satu dari 77 peserta yang beruntung bisa tergabung dalam Coaching Community PT Paragon dalam Paragon Internship Program (PIP) tersebut. Selama dia tergabung di sana, Hana merasa menjadi pribadi yang baru.
ADVERTISEMENT
Pertama, kata dia, Hana seperti mendapat nyawa baru dalam pribadinya. Hana diajarkan untuk aktif berani percaya diri untuk berbicara. Dengan begitu, pemikiran kritisnya secara perlahan mulai terbangun dan menemukan solusi atas masalah (problem solving).
''Waktu saya di sana itu, coachnya tidak langsung berbagi tips apa gitu secara eksplisit, tapi justru seolah memotivasi kita untuk bisa menyelesaikan masalah saya sendiri,” ungkap Hana.
Dari sekian tahapan pemikiran itu, kemudian Hana menjadi sering berdiskusi dengan dirinya sendiri. Dalam artian, coaching memberi kesempatan diri untuk merefleksi diri. ''Sehingga peserta menjadi lebih memahami tentang potensi dirinya,'' tandasnya.
Perlu diketahui, FJP diinisiasi oleh PT Paragon Technology and Innovation berkolaborasi dengan GWPP. FJP yang akan berlangsung hingga Mei 2022 secara virtual melalui Zoom ini, akan mencakup aspek pelatihan, praktik, dan pendampingan, khususnya dalam mengarusutamakan isu pendidikan.
ADVERTISEMENT
Ada lima mentor kapabel yang akan mendampingi yakni Nurcholis MA Basyari, M Nasir, Haryo Prasetyo, Frans Surdiasis, dan Tri Juli Sukaryana.
Dalam FJP Batch IV ini kembali dipilih 15 peserta jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya Wartawan tugumalang.id, M Ulul Azmy yang terpilih menjadi salah satu peserta.(*)