Manfaat Kacang Tunggak: Cegah Osteoporosis pada Wanita Pasca-Menopause

Konten Media Partner
14 September 2021 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa FK UB temukan solusi kesehatan melalui penelitian berjudul Kacang Tunggak Sebagai Antioksidan Untuk Mencegah Osteoporosis. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa FK UB temukan solusi kesehatan melalui penelitian berjudul Kacang Tunggak Sebagai Antioksidan Untuk Mencegah Osteoporosis. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Tingginya risiko osteoporosis pada wanita pasca-menopause menjadi perhatian lebih di dunia kesehatan. Termasuk pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) yang menemukan solusi lewat penelitian berjudul "Kacang Tunggak Sebagai Antioksidan Untuk Mencegah Osteoporosis".
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kacang tunggak sudah familiar di masyarakat, namun belum banyak yang tahu tentang kandungan dan manfaatnya," ujar Elisa Danik Kurniawati STrKeb MKeb yang baru menyelesaikan pendidikan Magister Kebidanan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya ini.
Menurutnya, kacang tunggak menjadi salah satu makanan dengan manfaat baik untuk wanita yang mengalami menopause disertai dengan gejala gangguan kesehatan. Lantaran termasuk salah satu fitoestrogen yaitu senyawa turunan tumbuhan yang mirip estrogen.
Anggota tim peneliti sekaligus mahasiswa FK UB yang temukan solusi kesehatan melalui penelitian berjudul Kacang Tunggak Sebagai Antioksidan Untuk Mencegah Osteoporosis. Foto: dok
Dia menjelaskan, sebagai fitoestrogen, kacang tunggak dapat berikatan dengan reseptor estrogen sehingga dapat mengatasi ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada masa menopause. Hal ini membantu mengembalikan efek perlindungan pada tulang dan menjadi antioksidan untuk mencegah penuaan.
"Maka dari itu, kami tertarik menggunakan tumbuhan ini untuk mengetahui efek fitoestrogen dan antioksidan yang terkandung di dalamnya. Serta melihat efek yang terjadi pada beberapa organ tubuh seperti tulang, otak, dan aorta (pembuluh darah) dengan pemeriksaan dan marker tertentu di laboratorium," sambung dara yang berhasil lulus dengan IPK cumlaude, yakni 3,81 tersebut.
ADVERTISEMENT
Bersama dengan An Nisa Fithri SKM MKM, mahasiswa S3 Ilmu Kedokteran FK UB serta sesama mahasiswa S2 Kebidanan FK UB, Tanti Tri Lestary SST MKeb dan Ni Putu Sri Haryati SKebBd MKeb, mereka mengajukan proposal penelitian terkait kacang tunggak sebagai tugas akhir yang disetujui oleh Dr dr I Wayan Arsana Wiyasa SpOG (K), selaku dosen pembimbing.
Elisa Danik Kurniawati STrKeb MKeb, salah satu anggota tim peneliti yang baru menyelesaikan pendidikan Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) yang temukan solusi kesehatan melalui penelitian berjudul Kacang Tunggak Sebagai Antioksidan Untuk Mencegah Osteoporosis. Foto: dok
Keempat mahasiswa ini, selanjutnya melakukan uji coba pada tikus betina berusia 15 bulan dengan model ovariektomi untuk mendapatkan kondisi yang serupa dengan menopause pada manusia.
Hasilnya, menunjukkan bahwa pemberian kacang tunggak selama 40 hari dengan berbagai dosis mampu menurunkan ekspresi Rankl yang menjadi salah satu penanda pengeroposan tulang.
"Tapi masih perlu uji toksisitas untuk dosis yang optimal, baru dilanjutkan dengan clinical trial pada manusia," jelas alumni Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang ini.
Kacang tunggak. Foto: istimewa
Lebih jauh, osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang dan disebabkan karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikroarsitekturnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang sehingga tulang akan mudah patah.
"International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa satu dari empat wanita di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki risiko terkena osteoporosis," tambah perempuan 24 tahun itu.
Apalagi, berkurangnya hormon estrogen pada wanita menopause membuat fungsi protektifnya pada tulang menurun. Jika hal ini disertai dengan proses penuaan maka dapat meningkatkan agen stres oksidatif sehingga membuat enzim antioksidan di dalam tubuh juga menurun.
Sehingga ke depan, tim penelitian ini berharap tak hanya berhenti di sini saja. Namun dapat membuat produk olahan yang mudah dikonsumsi yang sekaligus bermanfaat bagi kesehatan wanita.
"Semoga bisa membuat produk ekstrak kacang tunggak dalam bentuk yang mudah dikonsumsi seperti tablet hisap atau pil. Kemudian bisa melakukan uji toksisitas sehingga dapat diberikan sebagai terapi herbal, terutama pada wanita premenopause," tutupnya.(ads)
ADVERTISEMENT