Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID- Dibalik keindahan Kampung Warna-Warni Jodipan, tetapi saat musim hujan justru membuat masyarakat deg-degan. Hal ini kekhawatiran masyarakat tentang banjir tahunan yang melanda kampung tematik andalan Kota Malang ini.
ADVERTISEMENT
Warga Jodipan mulai merasakan was-was ketika musim hujan. Bukan tanpa sebab, rupanya kampung ini langganan banjir dari luapan Sungai Brantas. Menurut Ketua RW 02 Kelurahan Jodipan, Soni Parin, 73, menuturkan jika banjir sudah terjadi sejak tahun 1994. Setidaknya, sekali atau dua kali banjir bervolume besar menerjang Jodipan. "Setidaknya sekali atau dua kali antara Desember dan Januari ada banjir bervolume besar," kata Soni.
Kali Brantas sendiri, imbuh Soni, meluap karena mendapatkan kiriman air dari Kota Batu. Meskipun warga sekitar sudah terbiasa terdampak banjir tiap tahunan, tetapi ia khawatir jika air akan merusak bangunan. Seperti tahun lalu, Soni menjelaskan banjir kiriman sempat merusak hiasan payung-payung yang sudah dibangun warga di pinggiran kali.
Soni menambahkan sebenarnya pemerintah sudah memecah arus air di persimpangan sungai yang ada Universitas Muhammadyah Malang (UMM) ke sungai Amprong. Namun, lumpur dan banjir masih menghantui warga Kampung Warna-Warni tersebut.
ADVERTISEMENT
Begitu pula yang diungkapkan Saidah, 41. Warga asli Jodipan ini menceritakan kisahnya sendiri jika banjir selalu datang antara jam 5 sore saat musim hujan. "Banjir pasti antara setengah 5 sampai jam 5 sore. Warga jadi harus membersihkan lumpur bersama-sama," terangnya.
Harapan warga adalah pemerintah dapat lebih perhatian untuk masalah banjir. Karena kampung warna-warni sendiri merupakan salah satu tempat wisata yang menjadi ikon kota Malang. Setiap harinya wisatawan lokal maupun mancanegara datang berkunjung. Jadi, akan kurang estetis jika Kampung Warna-Warni diterjang banjir setiap tahun.
Reporter : Rizal Adhi Pratama
Editor : Rino Hayyu Setyo