Megahnya Masjid Tiban di Malang yang Dibangun Tanpa Arahan Arsitek

Konten Media Partner
11 Juni 2019 16:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menara Masjid di Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Menara Masjid di Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.IDTempat wisata ini tidaklah biasa. Tempat yang berada di Jalan KH. Wachid Hasyim, Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang itu bukanlah taman rekreasi, melainkan sebuah masjid yang super megah.
ADVERTISEMENT
Meski libur Lebaran sudah usai, tapi sisa-sisa keramaian di tempat ini masih terasa hingga hari ini, Selasa (11/6). Jumlah pengunjung pun mencapai sepuluh ribu orang. Rata-rata para pengunjung yang datang ke sana ingin menikmati kemegahan arsitektur masjid tersebut.
Tampak kemolekan menara tinggi menjulang di tengah-tengah area permukiman. Perpaduan ornamen khas Turki, India, Russia, hingga Mesir saling berpadu satu menjadi satu bangunan yang elok. Begitu eksotis yang seakan memiliki unsur magis bagi para pengunjung untuk terus datang. Itulah tempat bernama Masjid Tiban Malang yang konon dibangun hanya dalam waktu satu malam.
Penampakan Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Masjid Tiban sebenarnya merupakan sebuah pondok pesantren yang bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah yang berlokasi di Jl. KH. Wachid Hasyim Gg. Anggur No. 17 RT. 27 RW. 06 Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Nama masjid 'tiban' disandangnya lantaran bangunan tersebut dianggap muncul atau jatuh secara tiba-tiba dan dipercaya oleh masyarakat dibangun oleh ‘jin’.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya bangunan tersebut bukanlah bangunan yang didirikan dalam waktu yang cepat, melainkan melalui proses panjang. Setidaknya itulah yang ingin disampaikan oleh Iphoeng HD Purwanto, salah seorang santri ponpes tersebut. Sebab, bangunan 10 lantai tersebut nyatanya dibangun sejak tahun 1978 silam.
Suasana di dalam Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
"Kalau rintisannya tahun 1963, tapi mulai membangun itu mulai tahun 1978 karena juga sudah ada santri yang mulai menetap," kata Iphoeng saat berbincang dengan tugumalang.id, Selasa (11/6).
Itu artinya kata Iphoeng bangunan masjid ini dibangun oleh manusia. Ia juga ingin meluruskan terkait isu yang beredar di masyarakat ihwal masjid yang dibangun oleh pasukan jin maupun dibangun dalam waktu satu malam.
Selain itu, ketika tugumalang.id mengunjungi lokasi tersebut, gaya arsitek dalam satu bangunan itu begitu banyak. Mulai ukuran ruangan, sudut ruangan, hingga lorong-lorong bangunan terkesan beragam dan tidak beraturan seperti bangunan pada umumnya. Namun, nyatanya semuanya masih terlihat rapi dan menawan.
ADVERTISEMENT
Ya, bangunan utama seluas dua hektare dan tinggi 10 lantai tersebut ternyata tidak dibangun oleh seorang arsitek, melainkan dibangun melalui petunjuk dari Sang Pencipta melalui mata batin sang pendiri pondok, yakni Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam atau dikenal Romo Kyai Ahmad.
Suasana di dalam Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
"Betul, jadi bangunan ini berdasarkan istikhoroh, jadi istikhoroh ini merupakan olah rasa dalam hati yang berdasarkan pada Alquran dan Al-Sunnah," ujar Iphoeng.
Menurutnya istikhoroh ini tidak selalu melalui salat istikhiroh pada umumnya, namun berupa perenungan, berkonsentrasi yang bertujuan untuk menemukan jawaban yang terbaik.
"Jadi mulai ukuran ruangan, ornamen, dan warna itu semuanya berdasarkan petunjuk. Jadi sebenarnya tidak tahu bangunan ini bentuknya nanti jadi seperti apa. Karena petunjuknya ini hanya dibangun angkar di sini, membangun ini di sini. Mungkin nanti warna menyamakan dengan bangunan sebelahnya," beber pria asal Yogyakarta.
Suasana di dalam Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Iphoeng bilang setelah Romo Kyai Ahmad meninggal dunia pada tahun 2010, pembangunan Masjid Tiban lantas dilanjutkan berdasarkan petunjuk melalui istikhoroh istri dari Kyai Ahmad, yakni Nyai Hj. Luluk Rifqah binti H. Romli.
ADVERTISEMENT
Fasilitas Super Lengkap, Jadi Tujuan Wisata Religi
Suasana di pintu masuk Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Info tentang masjid yang dibangun dalam waktu satu malam itupun begitu cepat menyebar ke seantero negeri. Pengunjung ponpes inipun berjumlah ribuan setiap harinya, di mana tempat tersebut seakan sudah menjadi tempat wisata religi yang sangat direkomendasikan jika anda pergi ke Malang. Namun, sebenarnya pihak ponpes tersebut mengaku bahwa tempat tersebut bukanlah tempat wisata.
"Kami tidak pernah terbesit di dalam hati kami untuk membuat dan menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata maupun tempat pariwisata. Kalau kami menyebutnya sebagai Pondok Pesantren. Tapi kalau ada pengunjung yang datang kami juga mempersilakannya. Monggo saja," imbuhnya.
Meski masjid ini tidak dipromosikan sebagai tempat wisata, namun tempat ini bisa jadi cocok untuk jadi kawasan wisata yang menarik. Sebab, fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap. Mulai lahan parkir yang luas, toilet yang begitu banyak, kantin, hingga pusat perbelanjaan atau oleh-oleh yang terletak di dalam bangunan maupun di sekitar bangunan Masjid Tiban ini.
ADVERTISEMENT
Adapun rincian dari masing-msing lantai adalah lantai 1 yang merupakan tempat istirahat dan musala; lantai 2 berisi loket, ruang istirahat, ruang makan, dan dapur; lantai 3 berisi musala, akuarium, dan kebun binatang mini; lantai 4 merupakan lantai untuk keluarga pengasuh pondok; lantai 5 terdapat musala; lantai 6 merupakan ruangan istirahat untuk santri; lantai 7 dan 8 berisi toko dan kios-kios milik pondok yang dikelola oleh para santri; lantai 9 merupakan bangunan yang didesain sebagai lereng gunung; sedang lantai 10 adalah gua dan juga puncak gunung.
Menara menjulang tinggi di Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
"Fasilitas kami memang cukup lengkap, ada tempat parkir yang luas dan juga kantin. Namun sebenarnya mungkin bangunan ini baru selesai 50 persen, jadi sebenarnya belum siap. Tapi bagaimanapun juga kami kan harus siap (menampung pengunjung)," katanya. Ia mencontohkan bahwa jumlah toilet dianggap masih kurang dengan jumlah pengunjung yang begitu banyak.
ADVERTISEMENT
Sedangkan terkait santri di pondok tersebut, ia menuturkan bahwa saat ini berjumlah 300-an santri. Mereka ada yang tinggal di dalam pondok atau juga di sekitar pondok.
Hari Raya Idul Fitri, Jumlah Pengunjung Berjumlah 10 Ribu orang Per Hari
Menara menjulang tinggi di Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Jumlah pengunjung atau wisatawan di Masjid Tiban juga meningkat saat hari Raya. "Kalau harian mungkin 2.000-an, tapi waktu lebaran ini mungkin bisa sampai 10.000 per harinya," imbuh Iphoeng yang juga santri di Ponpes tersebut.
Selain libur Lebaran, biasanya jumlah pengunjung meningkat saat hari Minggu atau liburan tiba. "Jika hari Minggu, jumlahnya pernah mencapai 14.000 pengunjung dalam satu hari," katanya.
Meski sekarang sudah mulai memasuki hari kerja, namun dirinya yakin minat pengunjung masih tetap tinggi dalam waktu sepekan ke depan. "Kalau Lebaran, ramainya biasanya sampai 14 hari," katanya.
Aneka macam assesoris dijual Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang yang menjulang tinggi. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Sementara itu, salah satu wisatawan dari Rembang, Pasuruan, Syamsul Hadi, menjelaskan bahwa dirinya beserta keluarganya sangat senang karena untuk kali kedua ia berkunjung ke Masjid Tiban itu lagi.
ADVERTISEMENT
"Ini sudah yang kedua, yang pertama dulu tahun 2016. Tempat ini bagus, unik. Kami ketagihan untuk datang ke sini lagi," ujarnya yang membawa serta tujuh anggota keluarganya tersebut.
Syamsul juga mengaku senang bisa mengunjungi masjid tersebut. Tempat itu pun menjadi tujuan pertama sebelum ia dan keluarganya bertamasya ke tempat lain di Kota Malang.
Reporter: Gigih Mazda
Editor: Irham Thoriq