Konten Media Partner

Melihat Uniknya Motif Batik Malangan Khas Kota Malang

26 Agustus 2019 13:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batik khas bertema lingkungan yang dipamerkan. Batik ini menunjukkan wilayah Malang yang dikelilingi gunung, sehingga wilayah pertaniannya makmur. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
zoom-in-whitePerbesar
Batik khas bertema lingkungan yang dipamerkan. Batik ini menunjukkan wilayah Malang yang dikelilingi gunung, sehingga wilayah pertaniannya makmur. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID- Selama ini Malang Raya belum terkenal dengan karya batiknya. Tapi, ternyata ada begitu banyak potensi karya batik di daerah ini.
ADVERTISEMENT
Acara 'Festival Batik Ngalam' menghadirkan 52 perajin batik. Event tersebut digelar hari ini, Senin (26/8), hingga besok, Selasa (27/8). Lokasinya di Taman Krida Budaya, Kota Malang, Jawa Timur.
Sriwijayanti, salah satu pembatik asal Turen, Kabupaten Malang, bercerita sebelumnya dia belum menguasai tata cara membatik. Namun, keuletan, ketelatenan, serta kreativitasnya berhasil membuatnya membuka sentral membatik.
"Awalnya, dulu saya tidak tahu cara membatik, saya belajar dan sering berkunjung ke Pekalongan dan Semarang untuk belajar dan melihat langsung proses membatik," ungkap Sri saat ditemui tugumalang.id, Senin (26/8).
Salah satu motif batik Malang. Sebagian di antaranya mempunyai motif topeng malangan, yang merupakan khas dari Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalangid
Saat ini, motif batik yang menjadi ciri khas dari hasil kreativitasnya ialah motif bambu. Dirinya juga membatik menggunakan motif yang alami. "Jadi, selain dari motif bambu saya juga menggunakan motif daun mulai yang kecil sampai daun yang lebar, bunga jadi dicetak dengan menggunakan daun asli," imbuhnya.
Sejumlah motif batik malangan yang dipamerkan, Senin (26/8). Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalangid
Tak hanya itu, ia pun menggunakan motif lain yang lahir dari kreativitasnya sendiri dengan melihat apa yang ada di lingkungan. "Saya lebih suka membatik itu melihat apa yang ada di sekitar, dan pembuatannya cuma satu kali, misalnya orang mancing, sandal, sepatu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sri membanderol batiknya mulai dari harga Rp 250 ribu hingga Rp 700 ribu untuk satu potong batik. Sedangkan, kalau kain sarimbit, dijual dengan harga Rp 1 juta.
Kreativitas seni batik yang dipamerkan di Festival Batik Ngalam tak hanya tergambar di atas kain sepanjang dua meter. Para pembatik juga memperluas kreativitasnya dengan melukis motif batik di atas jilbab atau pun mengombinasikannya dengan melukis di atas batik lurik.
Dua orang perajin sedang membatik di sela-sela pameran. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
Lasti, salah satu pembatik lain misalnya, ia melukis motif batik di jilbab dan baju. "Jadi, saya ini mengombinasikan batik lukis yang dibuat untuk fesyen," ujarnya.
Motif yang digunakannya seperti bunga, topeng, atau pun wayang. Dalam satu hari, biasanya ia mampu menghasilkan tiga sampai empat kerajinan. "Kalau motifnya bunga itu cepat, yang lama itu kalau motifnya rumit," tambah Lasti.
ADVERTISEMENT
Batik lurik yang dikombinasikan dengan lukisan rupanya banyak diminati mahasiswa asing. "Saya kan suka mengombinasikan, seperti ini, kain lurik yang dikombinasi dengan lukisan," kata Lasti, sambil menunjukkan karyanya.
Setiap baju lukis dijual dengan harga Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu. Sedangkan kalau jilbab dibanderol Rp 85 ribu hingga Rp 150 ribu. "Kalau harga itu tergantung model dan tingkat kerumitan motif," pungkasnya.
Sejumlah bahan yang digunakan untuk membatik. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalangid
Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan, acara 'Festival Batik Ngalam' ini diharapkan bisa mengajak seluruh masyarakat untuk mencintai batik yang merupakan ciri khas Indonesia. Menurutnya, dengan mencintai batik akan muncul berbagai kreativitas, lantaran batik memiliki nilai seni dan keunikan tersendiri.
"Jadi bukan hanya Malang saja tetapi seluruh masyarakat, kan ini juga event diikuti oleh beberapa daerah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Rezza Doa Lathanza
Editor: Irham Thoriq