Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Memandang Pandemi dari Sudut Pandang Penghayat Kepercayaan
30 November 2020 18:29 WIB
RBC Institute A Malik Fadjar Gelar Bincang Buku Kepercayaan dan Pandemi
ADVERTISEMENT
MALANG - RBC Institute A Malik Fadjar bekerja sama dengan Komunitas Pelangi Sastra dan SATUNAMA menggelar bincang buku Kepercayaan dan Pandemi, pada Kamis (26/11/2020).
ADVERTISEMENT
Buku ini merupakan kumpulan esai para penghayat kepercayaan. Mengabarkan bagaimana masyarakat penghayat kepercayaan, baik kepercayaan luhur atau lokal, dalam menyikapi pageblug.
Bincang buku ini menghadirkan dua pembedah, yakni Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Prof Djoko Saryono dan Direktur Riset RBC Institute A Malik Fadjar, Hasnan Bachtiar.
Djoko Saryono memaparkan, buku ini merupakan testimoni, ekspresi, dan perspektif pelaku penghayat kepercayaan dalam menghadapi pandemi.
Dalam kesempatannya, Djoko Saryono memberi beberapa catatan atas buku ini. "Pertama, buku ini tidak berisi catatan kejadian atau dokumentasi selama pandemi. Buku ini hanya menyajikan analis atau respon terkait kondisi pandemi pada masyarakat penghayat kepercayaan," ucapnya.
Selanjutnya, kata dia, buku ini tidak dapat mewakili pengalaman masyarakat itu sendiri, karena beberapa penulis hanya merupakan pengamat kelompok penghayat kepercayaan dan bukan bagian dari kelompok itu sendiri.
ADVERTISEMENT
"Dalam menghadapi pandemi, masyarakat penghayatan memiliki beberapa strategi, seperti penguatan spiritualitas dan material ekonomi," katanya.
"Penguatan hubungan dengan Tuhan harus terus dilakukan, tidak hanya saat pandemi tapi juga setelahnya. Pada penguatan material ekonomi lebih ditekankan pada penguatan ketahanan pangan untuk keberlangsungan kehidupan," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Hasnan Bachtiar mengatakan, dalam buku ini, ada pesan dari masyarakat penghayat kepercayaan untuk publik mengenai kondisi mereka.
"Pandemi menjadikan penghayat kepercayaan bukan hanya menjadi kaum minoritas, namun juga menjadi multiple minority," ucapnya.
Lanjut dia, ada 4 poin utama yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, merupakan bagian dari agama minoritas dari 6 agama yang diakui di Indonesia; kedua, kondisi ekonomi masyarakat penghayat kepercayaan tergolong menengah ke bawah; ketiga, secara geografis tempat tinggal mereka terletak di daerah 3T; keempat, masyarakat penghayat kepercayaan merupakan kelompok rentan baru akibat pandemi.
ADVERTISEMENT
“Masyakat penghayat kepercayaan di Indonesia harus dilindungi, mereka bagian dari Indonesia dan Indonesia itu mereka.” imbuhnya.
Melalui buku ini, kata dia, alam seolah memberi pesan, bahwa makhluk hidup di bumi bukan hanya manusia, tapi juga makhluk hidup seluruh alam. Baik manusia maupun lainnya memiliki derajat yang sama.
"COVID-19 juga bagian dari alam. Virus ini harus diterima, dengan upaya mengobati yang sakit dan menemukan penawarnya," pungkasnya.